Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih 100.000 Siswa dan 20.000 Guru di Sulteng yang Terdampak Bencana

Bahron Ansori - Jumat, 5 Oktober 2018 - 00:48 WIB

Jumat, 5 Oktober 2018 - 00:48 WIB

0 Views

Jakarta, MINA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy pada Rabu (3/10) mengatakan, lebih dari 100.000 siswa, 20.000 guru, dan 2.000 sekolah terdampak bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng).

Saat ini, menurut Muhadjir, Kementerian masih terus melakukan pendataan untuk membantu pemulihan kondisi di Sulteng, khususnya bidang pendidikan.

Bantuan pendidikan yang disiapkan untuk korban bencana Sulteng antara lain pendirian tenda untuk digunakan sebagai ruang kelas darurat, pengiriman tim pemulihan trauma (trauma healing) untuk pendampingan psikologis, rehabilitasi sekolah, dan tunjangan khusus bagi guru yang menjadi korban bencana.

“Sedang kami pertimbangkan, seperti kemarin di NTB, kami ada tunjangan khusus dan itu amanah undang-undang. Nanti kami akan lihat kemampuan Kemendikbud,” ujarnya saat berada di Yogyakarta.

Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan 

Ia menuturkan, pihaknya akan mengumpulkan guru-guru yang terdampak bencana di Sulteng. Mereka akan diberikan pendampingan dan motivasi agar bisa kembali menjalankan tugasnya mengajar setelah situasi dianggap mulai kondusif.

Ia berharap, kegiatan belajar mengajar di wilayah Sulteng bisa segera dimulai.

“Kalau sekolahnya roboh, nanti kita siapkan ruang kelas darurat berupa tenda,” tutur Muhadjir.

Sampai saat ini, Kemendikbud mencatat sebanyak 2.736 sekolah rusak pascagempa dan tsunami di Sulteng.  Proses perbaikan dan rehabilitasi sekolah rusak tersebut membutuhkan waktu minimal setahun.

Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun

“Seperti di NTB, target kita setahun. Tahun ini ada tiga tahap untuk menjamin proses KBM (kegiatan belajar mengajar) tetap berjalan. Pertama bikin kelas darurat berupa tenda dari Kemendikbud berstandar UNICEF, setelah itu pemerintah melalui Kementerian PUPR bangun sekolah yang rusak berat,” kata Muhadjir.

Ia menambahkan, penanganan seluruh dampak bencana berada di bawah koordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), termasuk bidang pendidikan. Karena itu, ia juga akan berangkat ke Sulteng untuk mengecek langsung kondisi di lapangan.

“Jika memungkinkan, sekolah dibangun di lokasi asal. Jika harus direlokasi, nanti dibangun di tempat lain,” jelasnya.

Muhadjir mengakui, sulit melakukan pendataan sebab unit pelaksana teknis (UPT) Kemendikbud di daerah, yaitu Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) juga terdampak bencana, baik gedung instansi maupun pegawainya. Namun, Muhadjir akan berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan pendataan dan mengirimkan bantuan untuk pendidikan di Sulteng. (T/RS3/RI-1)

Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda