New Haven, MINA – Sejak perang antara Rusia dan Ukraina pada 24 Februari tahun lalu, lebih dari 1.000 perusahaan telah menangguhkan atau mengakhiri aktivitas bisnis mereka di Rusia, tetapi sebagian perusahaan tetap melanjutkannya.
Setelah Rusia memulai apa yang disebutnya “operasi militer khusus” di tetangganya pada 24 Februari 2022, banyak sektor dan negara mengumumkan sanksi atau penangguhan karena mencoba menekan ekonomi Rusia. Anadolu Agency melaporkan.
Beberapa perusahaan menghentikan operasi dan pengiriman mereka di Rusia, sementara yang lain mengakhiri investasi mereka atau menarik diri dari kemitraan mereka di Rusia, bahkan di Belarusia.
Pada Kamis (27/4/2023), sebuah laporan dari Universitas Yale yang berbasis di AS menunjukkan bahwa puluhan perusahaan tetap melakukan bisnis seperti biasa di Rusia.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Terutama dari China, banyak perusahaan terus beroperasi, termasuk Air China, Alibaba, China Mobile, Bank Pertanian China, Honor, Oppo, Tencent, dan ZTE.
Sebanyak 27 perusahaan Jerman, termasuk AnyDesk Software, Claas, Globus, Hoffman Group, dan Siemens Healthineers, termasuk di antara perusahaan aktif di negara tersebut.
Sekitar 27 perusahaan AS juga aktif di negara tersebut, termasuk Quicksilver, Cloudflare, Sbarro Pizza, Riot Games, Tupperware, Valve, dan Guess.
Ada hampir 30 perusahaan Prancis, 12 Italia, 7 Inggris, dan 5 Spanyol di antara perusahaan aktif.
Baca Juga: Parlemen Brasil Keluarkan Laporan Dokumentasi Genosida di Gaza
Sebelumnya, laporan Brand Finance menunjukkan bahwa banyak merek besar Barat menangguhkan operasinya.
Merek top dunia, Amazon, menangguhkan operasinya di Rusia pada 9 Maret 2022, dan Apple, yang menempati posisi kedua dalam daftar merek teratas, juga menangguhkan semua penjualan resmi di Rusia mulai 2 Maret 2022.
Sebagai merek paling berharga ketiga, Google menangguhkan beberapa layanan di negara itu pada Maret 2022, seperti pasar periklanan dan aplikasi.
Pada bulan Januari, laporan Universitas St. Gallen yang berbasis di Swiss menunjukkan bahwa hanya 8,5% perusahaan UE dan G7 yang mengambil langkah untuk keluar dari Rusia atau menangguhkan operasi mereka di sana.
Baca Juga: Bank dan Toko-Toko di Damaskus sudah Kembali Buka
Sementara itu, beberapa berita menegaskan bahwa negara-negara G-7 sedang mendiskusikan pembatasan operasi bisnis di Rusia. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ratu Elizabeth II Yakin Setiap Warga Israel adalah Teroris