Saint Petersburg, 7 Rajab 1438/4 April 2017 (MINA) – Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan bom dalam kereta metro di Saint Petersburg yang menewaskan 11 orang dan melukai 45 lainnya.
Pemerintah Rusia menggolongkan ledakan hari Senin (3/4) itu sebagai kasus pidana atas tuduhan “tindakan teroris”, tapi mereka juga mengatakan akan mempertimbangkan semua kemungkinan penyebab lain. Demikian Al-Jazeera memberitakannya yang dikutip MINA.
Menurut laporan media Rusia, penyidik menduga bahwa serangan itu dilakukan oleh seorang pelaku bom bunuh diri yang meninggalkan bahan peledak di sebuah stasiun metro, kemudian naik kereta dengan perangkat lain dalam tas ransel.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Media Rusia awalnya melaporkan bahwa ada dua ledakan, tapi para pejabat kemudian mengatakan bahwa hanya ada satu ledakan yang terjadi saat kereta itu bergerak antara Sennaya Ploshchad dan Stasiun Institut Tekhnologichesky.
Beberapa jam kemudian, polisi menemukan dan menonaktifkan sebuah bom kedua di stasiun metro lain. Hal itu menimbulkan gelombang ketakutan di St Petersburg yang merupakan kota sibuk.
Warganet juga mengunggah foto dan video dari lokasi ledakan, menunjukkan gambar orang tergeletak di lantai dan kereta api dengan pintu hancur di dekatnya.
Presiden Rusia Vladimir Putin yang sedang mengunjungi St Petersburg untuk menghadiri forum ekonomi, menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban.
Baca Juga: Setelah 20 Tahun di Penjara, Amerika Bebaskan Saudara laki-laki Khaled Meshaal
Dia kemudian meletakkan karangan bunga di luar stasiun tempat kereta yang rusak tiba setelah ledakan. (T/RI-1/R01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia