Beersheba, Palestina bagian selatan, 19 Ramadhan 1436/6 Juli 2015 (MINA) – Avigdor Lieberman, pemimpin sayap kanan partai oposisi Israel, Yisrael Beiteinu, memperkirakan akan lengsernya pemerintahan Netanyahu atau terpaksa merombak kabinetnya, sebelum akhir tahun ini, karena tidak akan mampu meloloskan anggaran negara di Knesset (Parlemen), karena Kabinet Netanyahu hanya didukung sebuah koalisi dari 61 anggota Knesset.
‘Masalah pokok adalah pada rencana pengembangan ladang gas alam yang menimbulkan kontroversi besar,” kata Lieberman yang dalam kabinet Netanyahu sebelumnya menjadi Menteri Luar Negeri, tapi kini partainya menjadi partai oposisi. Liberman juga mengangkat isyu hasil pengelolaan minyak dan kebijakan luar negeri Netanyahu.
“Rencana pengembangan ladag gas itu tidak realistis. Itu yang kami lihat, kami mungkin akan melihat secara lebih dramatis masalah pengelolaan gas alam ini dalam diskusi anggaran,” kata Lieberman dalam sebuah simposium budaya di Kota Beersheba, selatan wilayah Palestina yang diduduki Israel, Ahad (5/7). Demikian demikian Palestine News Network (PNN) melaporkan sebagaimana dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Netanyahu menghadapi krisis koalisi besar pertama sejak pemilihan kembali pekan ini, saat para menteri kabinetnya memotong dukungan untuk rencana pemerintah mengembangkan ladang gas alam Israel.
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
Berdasarkan kesepakatan yang diusulkan, perusahaan energi Noble Energy berbasis di Texas, Amerika Serikat, dan Israel Delek Grup, akan tetap mendapatkan hak kepemilikan ladang gas lepas Pantai Leviathan Besar, sementara saham dalam proyek-proyek yang lebih kecil disiapkan untuk penjualan, kata para pejabat industri.
Perjanjian tersebut telah menjadi fokus perdebatan nasional dengan para kritikus mengatakan Netanyahu telah menempatkan keuntungan minyak sebesar-besarnya atas apa yang bisa menjadi dana bagi negara, namun warganya berharap untuk menurunkan harga energi.
Lieberman menekankan ada banyak perbedaan dalam posisi ideologis antara dirinya dan Netanyahu. Ia menuduh Netanyahu tidak menindaklanjuti banyak janji yang telah disepakati dalam perjanjian politik dengan partai-partai ultra-Ortodoks Yahudi Haredim.
Mantan Menteri Luar Negeri Israel itu juga menekankan kembali fakta bahwa ia tidak akan bergabung dengan koalisi Netanyahu.
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
“Netanyahu tidak ingin saya berada dalam pemerintahan, tapi dia ingin orang saya, itulah perbedaan mendasar antara kami dalam bagaimana kami melihat dunia.. menerima pendekatan perdana menteri bahwa kita tidak akan mampu membangun di Yerusalem dan juga janji kebangsaan Yahudi telah tertunda,” ujarnya.
Partai Garis Keras anti-Arab yang dipimpin Lieberman itu memenangkan enam kursi dalam pemilu Maret 2015 lalu dan diharapkan untuk dapat bergabung dengan partai Netanyahu Likud dalam pemerintahan yang terdiri dari enam fraksi.
Namun Lieberman memutuskan untuk tidak melakukannya, mengatakan bahwa pihaknya “mencapai kesimpulan yang jelas dan tegas bahwa hal itu tidak akan benar dari sudut pandang pihaknya untuk bergabung dengan koalisi saat ini.”
Dia juga mengecam keamanan dan kebijakan luar negeri Netanyahu yang telah membuat Israel lemah tidak memiliki kemampuan untuk mencegah musuh-musuhnya, demikian dilaporkan harian Israel Ynet.(T/R05/P2)
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Sudah 66 Hari Israel Blokir Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Utara