Liga Arab Tuntut Trump Batalkan Pengakuan Yerusalem Sebagai Ibukota Israel

Para menteri Liga telah meminta Washington untuk membatalkan pengakuan sebagai ibukota (Foto: File/CNA)

Kairo, MINA – Para menteri luar negeri negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab, pada hari Sabtu (9/12) mendesak Amerika Serikat (AS) untuk membatalkan pengakuannya atas Yerusalem sebagai ibukota Israel dan meminta masyarakat internasional mengakui sebagai negara.

Dalam sebuah resolusi setelah sebuah pertemuan darurat di Kairo, para menteri anggota Liga Arab mengatakan, Amerika Serikat telah “menarik dirinya sebagai sponsor dan penengah” proses perdamaian Palestina-Israel dengan langkah kontroversialnya tersebut.

Para menteri bertemu di markas besar liga di Kairo untuk merumuskan tanggapan terhadap keputusan AS, yang telah dikritik secara bulat di dunia Arab dan internasional.

Langkah Presiden AS Donald “dikecam dan dikutuk,” Ketua Liga Arab Ahmed Abul Gheit mengatakan kepada menteri pada awal pertemuan tersebut.

Para menteri sepakat untuk menuntut agar Amerika Serikat membatalkan keputusannya mengenai Yerusalem dan mengajak masyarakat internasional untuk mengakakui negara Palestina dengan Yerusalem timur sebagai ibukotanya.

Mereka juga mengatakan, bahwa mereka akan menuntut ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membuat resolusi yang mengecam keputusan AS sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional.

Keputusan Trump tersebut telah memicu protes dan bentrokan di wilayah Palestina sejak Trump mengumumkan keputusan pada hari Rabu (6/12) yang mendapat kritik dari setiap anggota Dewan Keamanan PBB lainnya pada sebuah pertemuan darurat pada hari Jumat (8/12).

Presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas telah membatalkan sebuah pertemuan yang dijadwalkan dengan Wakil Presiden AS Mike Pence di Ramallah akhir bulan ini.

Di Mesir, yang juga akan dikunjungi oleh Pence, ulama Muslim dan Kristen terbesar di negara tersebut telah membatalkan pertemuan yang dijadwalkan dengan Pence sebagai protes atas keputusan Trump.

Channel News Asia yang dikutip MINA melaporkan, ada kekhawatiran akan adanya peningkatan kekerasan yang jauh lebih besar setelah pemimpin Hamas Ismail Haniya menyerukan intifada Palestina yang baru, atau perlawanan besar-besaran terhadap Israel.

Hamas dan kelompok militan Jihad Islam yang lebih kecil memperbarui peringatan tersebut pada hari Sabtu (9/12).

Organisasi Fatah pimpinan Abbas juga mendesak warga Palestina untuk terus melakukan perlawanan dan memperluasnya ke semua titik di mana tentara Israel berada di Tepi Barat.

Israel merebut Yerusalem timur Arab dalam Perang Enam Hari 1967 dan kemudian mencaploknya dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.

Orang-orang Palestina menginginkan bagian timur sebagai ibukota negara masa depan mereka.

Masyarakat internasional tidak mengakui kota tua Yerusalem tersebut sebagai ibu kota Israel, bersikukuh bahwa masalahnya hanya bisa diselesaikan dalam negosiasi. (T/B05/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Zaenal Muttaqin

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.