LIPI: Penanganan Pascabencana Jadi Tahapan Penting bagi Kehidupan Penyintas

Jakarta, MINA – Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (), Tri Nuke Pudjiastuti mengatakan penanganan menjadi tahapan penting bagi para penyintas atau korban yang selamat dari bencana.

Hal itu untuk menentukan kembali kepada kehidupan yang normal atau menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk.

“Selama ini, perencanaan pemulihan pascabencana lebih banyak difokuskan pada aspek infrastruktur fisik. Padahal, aspek sosial tidak dapat ditinggalkan mengingat merupakan kelompok yang terdampak langsung dan selanjutnya harus berusaha pulih setelah bencana,” katanya pada Selasa, (15/1) di Jakarta.

LIPI melalui Pusat Penelitian Kependudukan melakukan kajian penanganan pascabencana di Palu, Sigi dan Donggala, Sulawesi Tengah yang hasilnya akan disampaikan pada Selasa ini.

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui proses pemulihan pascabencana, khususnya terkait dengan tempat tinggal dan sumber penghidupan, dengan menggunakan pendekatan people-centered (berpusat pada orang).

“Pendekatan ini mengutamakan aspek penduduk dengan mempertimbangkan kebutuhan penduduk dan optimalisasi potensi lokal yang ada untuk mempercepat proses pemulihan pascabencana,” jelasnya.

Menurutnya, pengabaian terhadap karakteristik lokal dan partisipasi masyarakat dalam proses pemulihan pascabencana akan menyebabkan munculnya risiko baru akibat kegagalan masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan budaya yang baru setelah terjadinya bencana.

Hasil kajian ini menegaskan bahwa permasalahan dalam penanganan pascabencana memerlukan kajian yang terintegrasi dan multidisiplin dengan menempatkan ilmu pengetahuan sosial sejajar dengan ilmu pengetahuan alam.

“Kedeputian Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan LIPI sedang membangun Pusat Kebencanaan yang akan memfasilitasi berbagai kajian kebencanaan dengan menekankan pada koordinasi kegiatan penelitian sehingga memberikan hasil yang optimal untuk pengelolaan bencana,” ujar Nuke

Disamping itu, peneliti Pusat Penelitian Kependudukan LIPI Gusti Ayu Ketut Surtiari mengatakan, kajian ini sendiri memberikan dua rekomendasi utama untuk aspek pemulihan tempat tinggal dan sumber penghidupan.

Ia menekan untuk pemulihan tempat tinggal, konsep aman, nyaman, sehat, dan berfungsi pemulihan psikis dalam pemulihan tempat tinggal.

“Perlu pengawasan dalam menjaga kualitas sesuai standar minimal yang ditetapkan oleh pemerintah sehingga para penyintas tidak menjadi lebih rentan tetapi dapat kembali perlahan ke kehidupan yang normal,” ujarnya.

Ia juga menegaskan pentingnya informasi akurat tentang mikrozonasi untuk menyesuaikan tempat tinggal dengan tingkat kerawanan terhadap  bencana.

Hasil penelitian juga merekomendasikan perlunya koordinasi antara pengembang atau donatur hunian dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat  sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial.

Terkait pemulihan sumber penghidupan, tim peneliti memetakan tiga sumber mata pencaharian utama di Palu, Sigi, dan Donggala yang terdampak bencana, yakni pertanian, perdagangan, dan perikanan laut.

Terkait sektor pertanian, hasil penelitian memberi rekomendasi perlunya penentuan status lahan pertanian yang hilang serta besarnya kompensasi akibat bencana sehingga dapat dijadikan sebagai modal usaha tani bagi pemiliknya.(L/R10/R01)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.