Pengasuh LTQ Ar-Razzaq Depok: LTQ Benteng Hadapi Kejahatan dan Kemungkaran

Depok, 1 Sya’ban 1437/8 Mei 2016 (MINA) – Lembaga Al-Quran (LTQ) dapat menjadi benteng utama masyarakat menghadapi segala kejahatan dan kemungkaran.

Pengasuh LTQ Ar-Razzaq, Ali Farkhan Tsani, mengatakan hal itu dalam tausiyah pembukaan Program Tahfidz Al-Quran Menjelang Ramadhan di Masjid Ar-Razzaq Perum Arsama Jatimulya, Cilodong, Depok, Jawa Barat, Sabtu malam (7/5).

“Al-Quran adalah pedoman hidup kita, sumber keberkahan, dan jika kita memuliakan Al-Quran maka Allah akan memuliakan pula kita dan menjaga kita dan masyarakat sekitar kita dari segala kejahatan dan kemungkaran,” ujar Ali Farkhan, yang juga Duta Al-Quds tersebut.

Menurut alumni Mu’assasah Al-Quda Ad-Dauly Yaman itu, terjadinya berbagai kejahatan di luar batas seperti tindak kriminalitas berlapis, kekerasan, pemerkosaan hingga pembunuhan, akibat jauh dari ajaran Al-Quran.

“Dengan adanya lembaga tahifdz di mana-mana, di lingkungan kompleks perumahan, di sekolah-sekolah, maupun di rumah-rumah, akan memancarkan cahaya kebaikan masyarakat, mencegah dari kemungkaran,” ujarnya.

Apalagi, imbuhnya, Ramadhan nanti adalah bulan Al-Quran, saatnya kaum Muslimin, khususnya generasi muda kembali kepada Al-Quran. “Kepada DKM-DKM, coba buatlah program tadarus, menghafal dan kajian Al-Quran sepanjang Ramadhan, khususnya untuk anak-anak sekolah. Ini yang dilakukan masjid-masjid di Jalur Gaza, Palestina, hingga dapat mewisuda hafidz-hafidzah Al-Quran tiap Ramadhan,” katanya.

Skala lebih luas, terjadinya kerusakan di muka bumi, konflik antarnegeri-negeri Muslim, hingga tercerai-berainya perjuangan dunia Islam, juga akibat Muslimin jauh dari Al-Quran.

Untuk itu, pemerintah dan pejabat di manapun berada, berkewajiban mendukung keberadaan dan kemajuan Lembaga Tahfidz Al-Quran, baik secara moral maupun material. Sebab, dari lembaga itulah dididik anak-anak generasi masa depan yang berakhlak Al-Quran, yang diperlukan untuk membangun umat dan bangsa, imbuhnya.

Pembina LTQ Ar-Razzaq Depok, R. Widjojo Hartono mengatakan, program tahfidz yang diselenggarakan di tempatnya, terbuka untuk umum dari anak-anak hingga dewasa, program model ekstensi tiap akhir pekan Sabtu-Ahad, beasiswa penuh bagi peserta, dan target satu juz satu tahun.

Progra meliputi: tahsin klasikal, tahfidz per grup, muroja’ah di rumah masing-masing, setoran per pekan hingga simaan tiap semester. Diharapkan model ektensi ini menjadi model, terutama di kompleks-kompeks perumahan, di mana anak-anak bersekolah full day di lembaga pendidikan umum atau lainnya.

“Sepekan sekali digembleng hafalan Qurannya  di Lembaga tahfidz kami. Ke depan setelah melahirkan hafidz-hafidz muda, kita akan sebarkan ke musholla, masjid ke masyarakat sekitar,” ujarnya.

Menurut bagian sekretariat LTQ Ar-Razzaq, tahap awal ini terdaftar beberapa kelas tahfidz, yaitu kelas bawah tujuh tahun, kelas SD-Menengah, dan kelas orang tua/dewasa. Jumlah peserta per kelas rata-rata 10 orang. Peserta paling cilik berusia dua tahun, yang tiap berangkat didampingi orang tuanya.

Khusus kelas orang tua/dewasa, peserta ada yang berumur 65 tahun. Pembelajaran metode talqin (menirukan) tiap sabtu malam Ahad ba’da Isya, sekaligus diawali dengan Kajian Tafsir Al-Quran ba’da maghrib. (L/P005/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)