Makassar, MINA – Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, berhasil menciptakan alat depurasi kerang yang dapat membantu perekonomian masyarakat nelayan.
“Kami ingin membantu masyarakat nelayan untuk meningkatkan perekonomian dan kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat di wilayah Sidoarjo, Jawa Timur,” ujar Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Sri Subekti saat mengisi acara seminar di pameran Ritech Expo 2017, Makassar, Ahad (13/8).
Pameran tahunan Ritech Expo merupakan rangkaian acara dari Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-22 yang telah digelar di Gedung Wisma Negara, Center Point of Makassar (CPI) sejak 10 Agustus lalu.
Dalam seminarnya, Sri Subekti memaparkan tentang Penerapan Teknologi Depurasi Produk Kekerangan sebagai upaya peningkatan ekonomi Masyarakat Nelayan. Berawal dari pembinaan masyarakat pesisir desa Banjar Kemuning, Sedati, dan Sidoarjo, terdapat permintaan dari Fishnblues yang bekerjasama dengan organisasi non-pemerintah internasional World Wide Fund for Nature (WWF) terkait produk kekerangan, laporan laman Ristekdikti yang dikutip MINA
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
Kerang adalah jenis binatang avertebrata, komoditas non ikan yang produktivitasnya cukup tinggi di daerah Jawa Timur. Kerang merupakan organisme filter feeder di tempat habitatnya. Laut yang kotor, biasanya kerang dapat terkontaminasi dengan cara penyerapan ke dalam dagingnya, seperti kandungan logam berat yang terakumulasi ke dalam daging kerang di perairan dapat menimbulkan keracunan dan kerusakan syaraf bagi manusia yang memakan kerang.
“Untuk itu, penanganan pasca penangkapan kerang harus dapat meningkatkan nilai jual Kerang yang pada biasanya hasil tangkapan kerang dijual cukup rendah mulai dari Rp 5000,-/kilogram. Dalam hal ini, bak durasi yang memenuhi standar utuh harus segera diterapkan,” jelas Sri.
Pada prinsipnya, depurasi adalah pencucian atau purifikasi dan juga pemberokan kerang untuk mengurangi kontaminasi Bakteri Vibrio, Salmonella, dan Escherichia Coli yang dapat menurunkan kadar logam berat seperti, Mercury dan Timah yang mempunyai dampak sangat berbahaya bagi manusia.
Metode depurasi merupakan proses pencucian secara berulang dengan sirkulasi air yang mengalir pada bak atau kolam pemeliharaan selama 48 jam. Untuk memerlukan sterilisasi air, metode ini menggunakan sinar ultra violet (UV) dan air harus tetap mengalir jernih sehingga diperlukan sistem penyaringan.
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
“Hasil tangkapan kerang harus dicuci berkali-kali dengan air mengalir untuk membersihkan cangkang yang terkontaminasi,” ucap Sri.
Maka dari itu, sistem depurasi kekerangan untuk keamanan pangan dengan konsep Blue Economy sebagai dasar pengelolaan sumber daya perikanan secara berkelanjutan sangat dibutuhkan.
“Ke depannya, semoga sistem depurasi dengan alat yang diciptakan oleh Fakultas Perikanan dan Kelautan Unair dapat bermanfaat untuk masyarakat nelayan,” tutupnya. (T/R09/RS2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru