MAKIN BANYAK YANG SHALAT ISTISQA MOHON BERAKHIRNYA KRISIS ASAP

kabut asap-antaraOleh: Nidiya Fitriyah Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Permasalahan asap menjadi salah satu topik besar yang ramai diperbincangkan, yang hingga saat ini belum jua terpecahkan.

Berbicara solusi mengatasi yang menyelimuti negeri ini, grup band papan atas SLANK dalam sebuah konser musiknya Sabtu (24/10) lalu tidak ketinggalan menyerukan kepada para penggemarnya (slankers) untuk melakukan sholat Istisqa (sholat minta hujan).

Hal serupa juga digemakan oleh para tokoh negeri ini. Ketua umum MUI, KH Ma’ruf Amin, Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, Walikota Bandung, Ridwan Kamil dan beberapa artis tak ketinggalan bersuara mengenai solusi mengatasi .

Bencana kabut asap di wilayah Sumatera, sudah berlangsung lebih dari tiga bulan, bahkan kini merambah ke wilayah timur. Dengan durasi sepanjang itu, Berdasarkan data, sedikitnya 70% warga Sumatera kini tidak dapat menghirup segarnya oksigen.

Kemarau panjang dan kebakaran hutan menjadi penyebab kabut asap itu. Musibah yang melanda negeri ini bisa jadi merupakan peringatan dari Allah SWT agar rakyat Indonesia sadar betapa pentingnya merawat alam yang telah Allah karuniakan.

Cara yang digunakan para pengusaha yang ingin membuka lahan secara instan juga menjadi pelajaran berharga, karena dampaknya sangat fatal. Alih- alih ingin membuka lapangan usaha, namun malah menjadi bencana.

Hujan di Pekan Baru

Alhamdulillah, Selasa (27/10), sekitar pukul 17.45 WIB, sebagian kawasan Kota Pekanbaru, Provinsi Riau diguyur hujan lebat. Wargapun merasa gembira dan bersuka cita, setelah lama menunggu turunnya hujan, karena kondisi cuaca yang tidak sehat akibat diselimuti kabut asap.

Seperti diberitakan GoRiau. di kawasan Sukajadi, tepatnya di Jalan KH Achmad Dahlan, Pekanbaru, hujan deras disertai petir membuat banjir kecil dipermukaan jalan. Meski kehujanan, sebagian warga tampak senang, bahkan rela berhujan-hujan di atas motor yang dikendarainya.

“Alhamdullah, akhirnya hujan turun, lumayan bisa mencuci paru-paru yang selama ini berasap,” ujar Raisha, salah seorang mahasiswi yang tinggal di Sukajadi.

Di tempat lain, warga Bandung bersama Wali Kota M Ridwan Kamil melaksanakan di Taman Alun-alun Bandung, Ahad (25/10) sebagai upaya meminta hujan kepada Allah SWT. Shalat istisqa dipimpin oleh KH Dadang Suherman dan yang memberikan tausyiah adalah KH Sukriadi Sambas.

Selain menggelar shalat istisqa, warga menggalang sumbangan untuk korban bencana asap di dan Kalimantan. Dana yang terkumpul mencapai Rp 250 juta, Dana tesebut akan diberikan kepada para korban asap.

Semoga dengan turunnya hujan di Pekan Baru, Allah juga menurunkan berkah hujannya kepada wilayah-wilayah lain yang masih diselimuti kabut asap di negeri ini.

Shalat Istisqa di Pekan Baru

Di tengah kepungan asap, masyarakat Pekanbaru sejak Juli lalu beberapa kali menggelar salat istisqa, salah satunya di halaman Kantor Gubernur Riau di Pekanbaru. Lantunan doa dari khotib dibarengi isak tangis para jamaah menambah khusuknya ibadah mereka.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Riau, Nazir Karim yang menjadi Imaam sekaligus khatib salat Istisqa menyebutkan bahwa kabut asap itu merupakan bencana, namun semua merupakan teguran dari Allah SWT.

“Mari kita bertobat kepada Allah SWT atas segala cobaan. Ini merupakan teguran kepada kita semua,” ucapnya. Para jemaah pun tetap mengenakan masker ketika menunaikan sholat.

Kerugian Akibat Kabut Asap

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kabut asap tebal tersebut mengganggu 25,6 juta orang di enam provinsi di Pulau Sumatera, menyebabkan ribuan orang terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan perekonomian lumpuh salah satunya di sektor transportasi udara seperti terjadi di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru dan Bandara Sultan Thaha Jambi.

Peneliti Center for International Forestry Research (CIFOR), Herry Purnomo, menjelaskan, dampak ekonomi akibat kebakaran hutan dan lahan di Indonesia diperkirakan mencapai lebih dari Rp. 200 trilliun, melebihi kerugian pada tahun 1997.

Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia (BI) Provinsi Riau, Irwan Mulawarman, sedikitnya ada 17 sektor perekonomian, tujuh diantaranya yang dirasa paling terkena dampak kabut asap, diantaranya sektor transportasi, sektor jasa pengiriman, sektor perdagangan, serta penyedia akomodasi jasa makanan dan minuman. Kemudian sektor jasa pendidikan dan kesehatan, sektor perkebunan, konstruksi dan properti, dan sektor perbankan.

Untuk sektor transportasi, Irwan menyebutkan, Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, Riau merugi hingga Rp200 miliar lebih selama September 2015 saja. Hal ini karena adanya penurunan omset hingga 60 persen.

Kreatifitas Anak Bangsa Atasi Kabut Asap

Seorang guru di SMP negeri unggulan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat mampu menciptakan alat penghisap asap dan polusi udara. Inovasi itu bisa dimanfaatkan untuk menangani bencana kabut asap yang terjadi.

Seperti diberitakan Okezone, Adalah Sutarjo, sang penemu alat sederhana tersebut. Dengan biaya kurang dari Rp80 ribu, Sutarjo sudah bisa merakit satu unit penghisap asap yang dinamainya Sapu Jagad.

Tidak hanya sudah diuji coba, Sutarjo juga meraih penghargaan baik di tingkat provinsi maupun nasional dengan Sapu Jagad. Dia menjelaskan, cara kerja alat ini sangat sederhana.

“Hanya butuh kipas angin, aquarium untuk menampung air kapur serta air kapur. Kipas angin akan menghisap asap, sedangkan air kapur berfungsi mengubah kabut asap tersebut menjadi serpihan padat,” tutur Sutarjo.

Dia menyarankan, setiap rumah di daerah rawan bencana asap memiliki tiga hingga empat alat penghisap asap ini. Selain berbiaya murah,alat ini tidak memiliki risiko

“Keuntungan lainnya, serpihan limbah polutan yang banyak mengandung logam berat ini dapat digunakan untuk pupuk cair tanaman non pangan,” imbuh Sutarjo, seraya berharap temuan alat penghisap asap sederhananya dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi bencana kabut asap di Sumatera dan Kalimantan.

Disadari maupun tidak disadari, bencana asap yang melanda negeri ini tentu tidak terlepas dari ulah-ulah tangan manusia. Menyalahkan satu sama lain bukanlah hal baik yang dapat mengatasi permasalah ini. Tidak ada sebuah ujian melainkan ada hikmah dibalik itu semua. Dengan adanya bencana asap ini juga manusia berusaha berpikir untuk mengatasinya. Hingga bermunculan kreasi dari anak bangsa yang membuat sebuah alat penghisap asap. Walau dari segi lainnya membawa beberapa efek yang tidak menguntungkan bagi manusia itu sendiri.

Banyak hal yang terus dilakukan untuk mengatasi bencana asap ini, salah satunya dengan melaksanakan shalat Istisqa. Mendekat kepada Pemilik alam semesta, mengharap hujan dapat meredam lahan-lahan yang berisikan api. Bukankah ini sebuah peringatan? Bagaimana permasalahan ini dapat terselesaikan, jika semua lapisan masyarakat menjauh dari Sang Pencipta? (A/P008/P2)

*dari berbagai sumber

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0