Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Makna “Stay At Home” Dalam Bahasa Arab (Oleh: Ihsan Faisal di Makkah)

sajadi - Ahad, 12 April 2020 - 08:47 WIB

Ahad, 12 April 2020 - 08:47 WIB

31 Views

Oleh: Ihsan Faisal (Kasi Penyiapan Akomodasi Dityanhaj LN, Ditjen PHU, Kemenag RI)

Merumahkan para penghuni rumah, stay at home. Kalimat itu saat ini sering terdengar, menjadi obrolan banyak orang. Dari pegawai pemerintah, ulama, pendeta, dan tokoh agama lainnya, para guru, dosen, sampai ketua RT, semua ikut membincang hal yang sama, di rumah saja.

Tinggal di rumah saat ini menjadi ikhtiar mencegah penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19). Beragam aktivitas, mulai dari belajar, kerja, sampai ibadah, dilakukan di rumah. Maka muncul istilah Work From Home (WFH), Study at Home, Pray at Home, dan lain-lain.

Kondisi ini tidak hanya di Indonesia, tapi di banyak negara dunia. Tidak jauh berbeda juga kondisi di Makkah, tempat saat ini penulis menetap untuk tugas pengadaan layanan akomodasi haji 1441H/2020M. Bahkan, di beberapa masjid kota kelahiran Nabi ini, seruan adzan ditambah dengan lafadz: “shalluu fii rihaalikum / buyuutikum” (shalatkah di tempat tinggal/rumah kalian).

Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari

Hal itu mendorong penulis untuk menggores pena, mengupas makna rumah dalam beragam istilah bahasa Arab.

Etimologi Rumah

Dalam Bahasa Arab, sedikitnya ada empat istilah yang menunjukam arti rumah, yaitu: Bait, Daar, Maskan, dan Manzil. Lantas apa makna fungsional rumah sehingga diistilahkan dalam empat kata tersebut?

Bait

Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina

Kata “bait” atau “buyuut” (plural) berasal dari kata baata yabiitu yang artinya bermalam. Dari kata ini, kita mendengar istilah mabit (bermalam) atau ahlul bait.

Dalam istilah ini, rumah berfungsi sebagai tempat untuk bermalam bagi para penghuninya. Ketika ada seruan tinggal di rumah, itu artinya mengingatkan kembali para penghuninya untuk bisa kembali bermalam di rumahnya.

Mungkin selama ini ada orang yang karena kesibukannya tidak pernah bermalam/tidur di rumahnya, berpindah dari satu kota ke kota lain, dari negara ke negara lain, atau bahkan dari hotel ke hotel lain, maka saatnya sekarang bisa kembali merasakan tidur/bermalam di tempat aslinya, kumpul dengan isteri dan anak-anak tercinta. Merasakan kembali empuk dan nyamannya tempat tidur keluarga, sifat manjanya anak-anak di tempat tidur, atau bahkan tempat tidur bisa dijadikan playing ground bagi keluarga.

Daar

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23]  Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran

Kata “daar” atau “diyaar” (plural) berasal dari kata daara yaduuru yang artinya berkeliling / beredar. Pengertian yang kedua ini mengandung arti bahwa rumah sebagai tempat keliling/beredarnya penghuni rumah setiap hari. Kalau dalam istilah orang tua dulu, aktifitas rumah itu berputar antara dapur, sumur, dan kasur. Apalagi, untuk seorang ibu rumah tangga yang sangat familier dengan sudut-sudut rumah.

Kebutuhan sandang pangan anggota keluarga akan terpenuhi dengan bagian-bagian rumah tersebut. Anak-anak terutama balita akan terus berotasi mengelilingi bagian-bagian rumah; dari halaman, ruang tamu, ruang keluarga, kamar, dapur, toilet, dan lain sebagainya.

Maskan

Kata “maskan” atau “masaakin” (plural) berasal dari kata sakana yaskunu yang artinya tetap, tenang, tentram. Dengan istilah maskan, rumah berarti menjadi tempat sumber ketenangan, ketentraman, tetap dan nyaman.

Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam

Dari kata inilah muncul istilah “sakinah” yang bermakna ketentraman, ketenangan (baca QS. Al Ruum : 21). Sejatinya rumah itu menjadi sumber/tempat segala ketenangan/ketentraman.

Para pekerja yang banting tulang dari pagi hingga sore bahkan malam ketika dia kembali ke rumahnya, melihat anak & istrinya, maka yang terasa adalah sikap nyaman, tenang, tentram. Seorang pelajar, mahasiswa ketika merasakan kepenatan dengan soal-soal pelajaran/mata kuliahnya, dia akan merasakan tenang dan nyaman ketika pulang kembali ke rumahnya, berkumpul dengan orang tuanya.

Fenomena saat ini tentu akan terasa pas dirasakan oleh seluruh masyarakat. Ketika potensi penularan Covid-19 bersumber dari interaksi di luar rumah, maka sejatinya tempat yang menjadi sumber ketenangan, keselamatan adalah rumah itu sendiri.

Manzil

Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina

Kata “manzil” atau “manaazil” (plural) berasal dari kata nazala yanzulu yang artinya turun, singgah. Makna yang terkandung dari istilah ini berarti rumah sebagai tempat turun atau singgahnya para penghuni rumah.

Seharian penuh para penghuninya melakukan aktifitas yang beragam, maka pada akhirnya mereka akan turun dari tempat aktifitasnya dan singgah kembali ke tempat yang disebut rumah. Para pengembara, pelancong, traveler, walaupun dia banyak menghabiskan waktunya di luar, pada akhirnya akan kembali lagi pulang ke rumahnya. Yang ada dalam benak dan bayangan setiap petualang/pengembara adalah suatu saat dia ingin kembali pulang ke tempat asalnya, itu-lah rumah.

Hikmah

Sebuah hadits Rasul SAW riwayat Imam Muslim menyatakan, “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapapun kecuali oleh orang mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat kesusahan ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya.”

Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata

Hadits ini memberi pelajaran kepada kita untuk bersyukur saat senang dan bersabar saat mendapat ujian. Pemerintah meminta kita tinggal di rumah dan itu menjadi ikhtiar agar tidak tertular Covid-19.

Udkhuluu Masaakinakum (QS. Al Naml : 18). Wallahu a’lam bis shawwab. (A/RE1/P1)

Sember: Kemenag.go.id

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga

Rekomendasi untuk Anda