Tel Aviv, 8 Syawal 1428/3 Juli 2017 (MINA) – Mantan Perdana Menteri (PM) Israel Ehud Olmert dibebaskan dari penjara dini hari Ahad karena memperoleh pembebasan bersyarat setelah menjalani hukuman penjara selama 16 bulan dari hukuman 27 bulan penjara karena kasus korupsi.
Olmert adalah PM Israel yang banyak melakukan pendekatan pada Palestina untuk mencari penyelesaian damai.
Juru bicara Lembaga Penjara Assaf Librati mengatakan Olmert (71 tahun) dibawa pergi oleh dinas keamanan Israel setelah dibebaskan dan pulang ke rumah.
Dia mengatakan syarat-syarat pembebasan awal Olmert menetapkan bahwa dalam beberapa bulan ke depan ia harus melakukan pekerjaan sukarela, harus melaporkan diri ke polisi dua kali sebulan, dan tidak dapat memberikan wawancara ke media atau meninggalkan negara tersebut.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Dia menambahkan, Presiden Reuven Rivlin dapat membebaskannya dari pembatasan pembebasan bersyarat.
Olmert divonis pada tahun 2014 dalam kasus berskala luas yang menuduhnya menerima suap untuk mempromosikan proyek real estat di Alquds (Jerusalem) dan menghambat peradilan, ketika dia menjadi wali kota Jerusalem dan menteri perdagangan sebelum menjadi perdana menteri di tahun 2006.
Masa kepemimpinan Olmert sebagai PM yang berakhir pada 2009 sekaligus mengakhiri upaya perdamaian Israel-Palestina utama yang terakhir dan memasuki era Benjamin Netanyahu.
Olmert adalah figur lama di sayap kanan hawkish Israel saat dia mulai melakukan pendekatan yang dramatis lebih dekat ke Palestina lebih dari satu dekade yang lalu.
Baca Juga: Parlemen Brasil Keluarkan Laporan Dokumentasi Genosida di Gaza
Dia memainkan peran utama dalam penarikan mundur pasukan Israel dari Jalur Gaza pada tahun 2005 dan menjadi perdana menteri pada bulan Januari 2006 setelah Perdana Menteri Ariel Sharon menderita stroke yang melemahkan.
Dia kemudian mengundurkan diri di tengah skandal korupsi yang menurunkan popularitas pemerintahannya.
‘Melawan Arus Utama’
Dikenal sebagai seorang orator berbakat, kebijakan Olmert cenderung melawan arus utama di dalam negeri dan ‘mendekatkan’ diri ke Palestina.
Baca Juga: Bank dan Toko-Toko di Damaskus sudah Kembali Buka
Ia memecahkan serangkaian tabu saat menjabat – memperingatkan bahwa Israel dapat menjadi seperti rezim apartheid Afrika Selatan jika melanjutkan pendudukannya terhadap orang-orang Palestina. Bahkan ia mengungkapkan kesiapan untuk menyerahkan bagian-bagian Jerusalem di bawah kesepakatan damai.
Dia memimpin pemerintahannya ke konferensi perdamaian Annapolis pada November 2007 – meluncurkan lebih dari satu tahun perundingan ambisius, namun pada akhirnya tidak berhasil yang diprakarsai Amerika Serikat.
Olmert mengatakan dia membuat konsesi yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada orang-orang Palestina – termasuk penarikan total dari Tepi Barat dan sebuah tawaran untuk menempatkan Kota Tua Jerusalem di bawah kendali internasional – dan hampir mencapai kesepakatan pada saat pengunduran dirinya.
Olmert dilarikan ke rumah sakit akibat mengalami nyeri dada bulan lalu, namun dokter mengesampingkan potensi serangan jantung.
Baca Juga: Ratu Elizabeth II Yakin Setiap Warga Israel adalah Teroris
Beberapa hari sebelumnya, Kementerian Kehakiman Israel meminta polisi untuk menyelidiki apakah Olmert melakukan ‘tindak pidana’ sementara berada di balik jeruji besi.
Dikatakan sebuah buku Olmert yang sedang proses penulisan menyentuh ‘masalah keamanan yang sensitif’ dan pengacaranya tertangkap meninggalkan penjara membawa sebuah bab dari buku itu yang mengulas ‘operasi rahasia’. Bagian itu tidak disetujui oleh sensor untuk diterbitkan. Polisi menggeledah rumah penerbitan surat kabar Yediot Ahronot, tapi bukan surat kabar itu sendiri, mengenai kejadian tersebut.
Menteri Kehakiman Ayelet Shaked menyambut baik pembebasan Olmert, mengatakan kepada Radio Militer bahwa dia pantas mendapatkan pengurangan hukuman dan bahwa ‘semua perilaku di penjara sangat baik’. (R11/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)