Gaza, MINA – Hilal Jaradat, mantan tahanan di Penjara Gilboa Israel, menyebut penjara Gilboa sebagai “Guantanamo Israel.”
Guantanamo adalah penjara yang dibuat Amerika Serikat di wilayah Cuba, khusus untuk tahanan-tahanan kelas berat seperti yang didakwa sebagai teroris terlibat pemboman Menara Kembar 11/9.
Jaradat yang pernah ikut dalam upaya melarikan diri dari penjara Gilboa, mengatakan pelarian enam tahanan Palestina dari penjara Gilboa baru-baru ini sebagai “keajaiban.” Arab News melaporkan, Kamis (9/9).
Ia menggambarkan Gilboa dengan temboknya yang tinggi dilengkapi kawat berduri, pengerahan penjaga, menara, dan banyaknya kamera pengintai yang memantau setiap gerakan.
Baca Juga: Al-Qasam Rilis Video Animasi ”Netanyahu Gali Kubur untuk Sandera”
Jaradat ditangkap pada tahun 1985 atas tuduhan pembunuhan tiga tentara Israel, dan dijatuhi hukuman 99 tahun penjara ketika dia berusia 19 tahun.
Dia menghabiskan 27 tahun di penjara Israel dan dideportasi ke Gaza setelah pertukaran tahanan pada tahun 2011 antara Hamas dan Israel.
Dia berada di Gilboa selama beberapa tahun, di mana lima anggota Jihad Islam dan satu anggota Dewan Revolusi Fatah berusaha melarikan diri, juga melalui penggalian terowongan tahun 1988.
Beberapa tahanan ada yang berhasil melarikan diri, sebelum penjaga menemukan terowongan itu.
Baca Juga: Tentara Cadangan Israel Mengaku Lakukan Kejahatan Perang di Gaza
Dia mengatakan, cara itu membutuhkan perencanaan yang hebat dan banyak kesabaran untuk menembus benteng dan sistem pemantauan manusia dan teknis.
Ia mengungkapkan, para tahanan di Gilboa tidak diberi kebebasan. Israel menganggap mereka adalah orang-orang paling berbahaya: Mereka yang dimasukkan ke penjara itu, dituduh berada di balik pembunuhan tentara Israel.
Dia menambahkan, prosedur kompleks ditujukan untuk “melanggar kehendak para tahanan.” Namun banyak tahanan tidak berhenti berpikir untuk mencari jalan kebebasan mereka dengan segala cara yang mungkin.
Gunakan Sendok
Baca Juga: Jihad Islam Kecam Otoritas Palestina yang Menangkap Para Pejuang di Tepi Barat
Saat itu mereka merencanakan pelarian melalui terowongan yang membentang lebih dari 20 meter, mereka bergantian menggali menggunakan sendok dan potongan besi dan kayu yang mereka ambil dari tempat tidur mereka.
“Di belakang wastafel, ada toilet terbengkalai dengan pintu tertutup permanen dengan pengelasan berat. Dua rekan kami mengurus proses pembuangan pasir dengan membuangnya ke saluran pembuangan. Kemudian kami menutup pintu, menghilangkan jejak. Prosesnya diulang setiap hari,” ujarnya.
Mereka menghadapi banyak kendala, tapi berhasil mereka atasi dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia di penjara.
Mereka membuat campuran pasta gigi dan obat-obatan sebagai pengganti semen untuk memperbaiki kembali ubin lantai setiap malam agar operasi tidak terbongkar jika terjadi penggeledahan.
Baca Juga: Israel Larang Renovasi Masjid Al-Aqsa oleh Wakaf Islam
Butuh 77 hari untuk menggali terowongan sepanjang 25 meter dan kedalaman 2,5 meter, yang dapat digunakan sebanyak 22 tahanan untuk melarikan diri.
Namun, kesalahan sederhana yang dilakukan oleh seorang tahanan, yang lupa untuk meletakkan “sepotong karton untuk menutupi lubang terowongan” setelah keluar, menyebabkan terbukanya terowongan tersebut.
Jaradat mengatakan, reaksi dari departemen penjara adalah kekerasan.
“Sejumlah besar tentara menyerbu sel dan menyerang para tahanan, dan mereka memberlakukan isolasi dan pembatasan kunjungan,” lanjutnya.
Baca Juga: Israel kembali Serang RS Kamal Adwan, Sejumlah Fasilitas Hancur
Sekitar 5.000 tahanan, termasuk puluhan wanita, anak-anak dan orang sakit, saat ini berada di penjara Israel, dan ratusan dari mereka menjalani hukuman penjara selama bertahun-tahun. (T/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)