Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Maruf Amin: Penetapan Usia Perkawinan Harus Pertimbangkan Kesiapan Mental

kurnia - Kamis, 18 Maret 2021 - 22:12 WIB

Kamis, 18 Maret 2021 - 22:12 WIB

7 Views ㅤ

Jakarta, MINA – Wakil Presiden RI, Prof. Dr. KH. Maruf Amin mengatakan bahwa dalam penetapan usia perkawinan harus mempertimbangkan kesiapan mental dan reproduksi anak, bukan berfokus pada angka usia saja.

“Hal ini penting untuk mencegah terjadinya ancaman pernikahan yang disebabkan karena kurangnya kesiapan mental dan minim edukasi, seperti ancaman kesehatan reproduksi, kematian dalam persalinan, KDRT, dan menghasilkan generasi stunting,” kata Ma’ruf dalam Seminar dan Deklarasi Gerakan Nasional Pendewasaan Usia Perkawinan Anak Majelis Ulama Indonesia, Kamis (18/3) secara virtual melalui Zoom.

Ia mengatakan, usia perkawinan jangan hanya dilihat dari sisi bolehnya saja, tapi juga mempertimbangkan kematangan individu baik secara fisik dan mental, dan mengedepankan tujuan perkawinan yakni kemaslahatan.

“Tingginya angka pernikahan anak juga menjadi sumbangsih tersendiri terhadap faktor perceraian usia dini. Ini disebabkan karena usia anak di bawah 19 tahun secara psikologis belum memiliki kesiapan mental yang cukup untuk memulai bahtera rumah tangga,” kata Ma’ruf.

Baca Juga: Update Bencana Sukabumi:  Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian

“Jadi kematangan ini harus dimaknai secara kualitatif, matang secara fisik dan mental,” imbuhnya.

Ma’ruf yang juga Ketua Dewan Pertimbangan MUI  menyampaikan, bahwa pendidikan dan penanaman kesadaran berrumah tangga perlu diberikan kepada para calon pengantin melalui konseling pra nikah, dan konseling hal ini menjadi lebih penting setelah ada temuan tingginya angka perceraian.

“Dalam konseling tersebut nantinya para calon pengantin akan diajarkan berbagai macam hal krusial dalam dunia perkawinan. Dalam konseling nanti diajarkan misalnya tujuan perkawinan, hak dan kewajiban, serta cara untuk saling memahami pasangan, kesehatan reproduksi, dan kehamilan, kesehatan ibu dan anak, dsb,” ucap dia.

Ia mengatakan, pernikahan yang dilaksanakan tanpa persiapan yang matang baik secara psikis dan biologis, memiliki kemungkinan lebih besar kepada terciptanya keluarga yang tidak harmonis dan bahagia, bahkan sampai berujung pada perceraian. (R/R4/P2)

Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025

 

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Naik 6,5 Persen, UMP Jakarta 2025 Sebesar Rp5,3 Juta

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia