Masjid Utsmani di Bosnia Dibuka Kembali Setelah 27 Tahun

Salah satu masjid era Khilafah Utsmani yang paling penting di Bosnia Herzegovina akan dibuka kembali pada 4 Mei.

Terletak di kota Foca di timur, Masjid Alaca benar-benar dihancurkan oleh pasukan Serbia ketika kota itu diduduki selama Perang Bosnia pada pertengahan 1990-an.

Dikenal sebagai Mutiara Bosnia atau Keindahan Foca, Masjid Alaca telah dibangun kembali secara intensif sejak 2014 oleh Direktorat Jenderal Yayasan Turki.

Sebuah pernyataan dari Persatuan Islam Bosnia Herzegovina menyatakan, Masjid Alaca akan dibuka pada malam hari.

Negara kecil Balkan yang selamat dari penembakan besar-besaran selama perang serta pembantaian dan genosida Srebrenica 1995 itu, menandai 7 Mei sebagai Hari Masjid-nya.

“Tanggal ini dengan cara simbolis mengingatkan kita lebih dari seribu masjid, ruang shalat dan karya amal lainnya, yang dihancurkan dalam perang. Tahun ini, kita menandai wasiat itu memiliki makna khusus dengan membuka kembali Masjid Alaca,” kata pernyataan itu.

Dibangun pada tahun 1549 di Foca, Masjid Alaca adalah salah satu warisan budaya yang dilindungi di Bosnia Herzegovina.

Ini adalah salah satu masjid pertama yang dibangun di negara ini dengan arsitektur Ottoman klasik.  Masjid itu dihancurkan oleh pasukan Serbia pada tahun 1992 oleh ledakan dinamit.

Batu-batu masjid ditemukan di dua lokasi yang berbeda, ratusan meter dari situs yang sekarang. Sisa-sisa masjid itu sengaja dikubur.

Ada 12 masjid di Foca sebelum perang, semua dihancurkan. Menurut Persatuan Islam Bosnia, 614 masjid, 218 ruang shalat, 69 situs kursus Al-Quran, empat pondok darwis, 37 makam, dan 405 warisan sejarah milik yayasan Muslim dihancurkan selama perang.

Sekitar 534 masjid di wilayah yang dikuasai pasukan Serbia dihancurkan, begitu pula 80 masjid di wilayah yang berada pada kekuasaan pasukan Kroasia juga dihancurkan.

Menurut serikat itu, 80 persen dari 1.144 masjid di Bosnia dihancurkan atau dirusak. Selain masjid dan bangunan keagamaan lainnya yang dihancurkan, lebih dari 100 imam tewas oleh pasukan Serbia dan Kroasia.

Perang Bosnia (Perang Bosnia dan Herzegovina) adalah sebuah konflik bersenjata internasional yang terjadi pada Maret 1992 dan November 1995. Perang ini melibatkan beberapa pihak. Konflik ini melibatkan Bosnia dan Republik Federal Yugoslavia (sekarang Serbia dan Montenegro), begitu pula Kroasia.

Kejamnya pembantaian Ratko Mladic

Petaka bagi Muslim Bosnia berawal pada 1992, ketika Muslim Bosnia dan Kroasia memilih merdeka dalam referendum yang diboikot oleh warga Kroasia.

Yang terjadi kemudian adalah perang terbuka antara Muslim Bosnia dan Kroasia di satu sisi dan Serbia Bosnia di kubu lain.

Bersama pemimpin politik Serbia, Radovan Karadzic, komandan militer Serbia Bosnia Ratko Mladic adalah tokoh kunci pembersihan etnik yang menyebabkan puluhan ribu orang tewas dan ratusan ribu lainnya mengungsi.

Peristiwa ini banyak digambarkan sebagai kekejaman terburuk di Eropa pasca-Perang Dunia.

Mladic aktif hadir di berbagai garis depan dan membawahi tak kurang dari 180.000 tentara yang pada fase awal perang menguasai lebih dari 70% wilayah Bosnia.

 

Perang brutal

Perang berlangsung brutal, termasuk pengepungan tanpa henti selama tiga tahun terhadap Sarajevo, yang menyebabkan lebih dari 10.000 orang meninggal dunia. Juga pembantaian di Srebenica yang menewaskan lebih dari 7.000 laki-laki dan remaja Muslim Bosnia.

Mereka dibantai dan mayat mereka dibuang begitu saja di sejumlah kuburan massal.

Srebenica adalah wilayah yang didiami Muslim Bosnia, sekitar 80 km di utara Sarajevo, dan sebenarnya memiliki status daerah perlindungan PBB.

Pada 1995, tentara Mladic memasuki kota ini dan menangkap remaja dan ribuan laki-laki Muslim berusia antara 12 hingga 77 tahun.

Dalam kurun lima hari, di satu lapangan di luar kota, lebih dari 7.000 Muslim Bosnia dieksekusi, dilaporkan dengan menggunakan senapan mesin, sebelum dibuang dengan menggunakan buldoser di kuburan-kuburan massal.

Insiden ini disebut sebagai eksekusi massal paling kejam setelah kejahatan Nazi di Eropa pada Perang Dunia.

Perang berakhir tak lama sesudah pembantaian Srebenica ini. Ratusan ribu warga non-Serbia diusir dari rumah-rumah mereka dalam upaya mendirikan negara Kroasia dan Bosnia yang murni dihuni oleh etnik Serbia saja.

Bagi Mladic, perang ini ia anggap sebagai upaya untuk meneguhkan keberadaan negara Serbia. Ia melihat perang itu sebagai balas dendam terhadap pendudukan Muslim Turki selama lima abad.

Ia menyebut Muslim Bosnia dengan nama ‘orang-orang Turki’ sebagai bentuk penghinaan. (T/Ast/RI-1)

Sumber: Anadolu Agency dan BBC

 

Mi’raj News Agency (MINA)