Rakhine Utara, Myanmar, 16 Rabi’ul Awwal 1435/18 Januari 2014 (MINA) – Sekelompok Massa Budha mengamuk melalui kota di Rakhine Utara, Myanmar, membacok para wanita dan anak-anak Muslim etnis minoritas Rohingya yang setidaknya menewaskan selusin orang.
Peristiwa tersebut diungkapkan oleh seorang warga setempat dan kelompok Hak Asasi Manuasia hari Jumat (17/1), demikian South China Morning Post yang diberitakan Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Seorang pejabat pemerintah mengatakan situasi tegang, tapi membantah adanya kematian.
Myanmar yang adalah negara berpenduduk mayoritas beragama Budha dari total 60 juta jiwa, telah bergulat dengan kekerasan sektarian selama hampir dua tahun.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Chris Lewa dari kelompok advokasi Proyek Arakan yang berbasis di Thailand mengungkapkan, lebih dari 240 orang telah tewas dan 250.000 yang sebagian besar umat Islam, terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Chris Lewa telah mendokumentasikan pelanggaran yang dilakukan umat Buddha terhadap minoritas Muslim Rohinyga selama lebih dari satu dekade.
Ini adalah salah satu daerah yang paling terisolasi di negeri ini, baik secara politik dan geografis, dan akses bagi orang asing ditolak atau sangat dibatasi.
Menurut Chris Lewa dari sumber saksi staf desa, jumlah korban tewas dalam persitiwa kekerasan terakhir yang dilakukan umat Buddha terhadap Muslim Rohingya bisa berkisar antara 10 hingga 60 orang.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Ketegangan telah tibul di wilayah tersebut sejak bulan lalu, ketika biarawan dari gerakan ekstrimis Buddha yang dikenal sebagai 969, berkeliling di wilayah itu dan memberi khotbah dengan speaker yang menganjurkan pengusiran semua etnis Rohingya dari Rakhine Utara.
Ditemukan pula tiga mayat di selokan dekat desa Char Du Yar Tan oleh beberapa pengumpul kayu bakar. Diyakini mereka termasuk di antara delapan etnis Rohingya yang hilang setelah ditahan oleh pihak berwenang sehari sebelumnya.
Wanita dan anak-anak dibantai
Malam kejadian, lima polisi pergi ke desa untuk menyita ponsel dan memeriksa daftar keluarga, tapi warga menentang petugas, memukuli dan mengusirnya.
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam
Namun pasukan polisi datang kembali dengan jumlah lebih banyak dan mengatakan salah satu dari mereka telah hilang. Maka terjadilah tindakan keras aparat keamanan. Bersama kelompok Buddha, tentara dan polisi mengepung desa, mendobrak pintu dan menjarah ternak dan barang berharga lainnya.
Seorang guru Bahasa Inggris sebagai saksi menceritakan, hampir semua pria melarikan diri, meninggalkan kaum perempuan, anak-anak dan orang tua di belakang.
Lewa mengatakan, rekannya melaporkan bahwa perempuan dan anak-anak Rohingya telah dibacok sampai mati, namun saksi memberi jumlah korban yang bervariasi.
Beberapa sumber menyebut jumlah korban lima atau 10, tapi satu sumber yang bekerja untuk pemerintahan di kota Maungdaw mengatakan, diyakini 40 orang meninggal, sebagian besar perempuan dan anak-anak. (T/P09/E1).
Baca Juga: PBB akan Luncurkan Proyek Alternatif Pengganti Opium untuk Petani Afghanistan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA).