Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا يَعۡمُرُ مَسَـٰجِدَ ٱللَّهِ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّڪَوٰةَ وَلَمۡ يَخۡشَ إِلَّا ٱللَّهَۖ فَعَسَىٰٓ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُهۡتَدِينَ
Artinya, “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut [kepada siapa pun] selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah [9] ayat 18).
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Hanya orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang tidak pernah meninggalkan salat lima waktunya, juga menunaikan berbagai kewajiban zakatnya. Seolah-olah Allah mengatakan, hanya merekalah yang berhak memakmurkan rumah-rumah Allah di bumi ini, karena hanya merekalah orang-orang yang tidak takut kepada siapa pun, kecuali kepada Allah. Karena mereka takut kepada Allah, maka mereka pasti akan datang kepada Allah di rumah-rumah-Nya.
Maka orang-orang yang mengaku takut hanya kepada Allah perlu bertanya kembali kepada dirinya, “Benarkah aku hanya takut kepada Allah?” sementara mereka tidak terlihat memakmurkan rumah-rumah Allah, masjid-masjid Allah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
اِذَا رَاَيْتُمُ الرَّجُلَ يَعْتَادُ الْمَسْجِدَ فَاشْهَدُوْا لَهُ باِلإِيْمَانِ
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Artinya, “Apabila kamu sekalian melihat seseorang biasa ke masjid, maka saksikanlah bahwa ia benar-benar beriman.” (HR. Tirmidzi dari Abu Sa’id Al Khudri).
Tidak perlu menghitung dalam skala nasional jumlah umat Islam. Di satu lingkungan saja, dapat dilihat perbandingan jumlah Muslim dalam satu RT dengan jumlah Muslim yang salat berjamaah di masjid atau di musala setempat.
Betapa sepinya masjid dan musala di saat waktu Subuh, Zuhur dan Ashar. Waktu Maghrib dan Isya menjadi waktu salat favorit dengan jumlah jamaah yang sedikit lebih banyak. Meski memprihatinkan, tapi masih ada waktu salat Jumat yang masjid-masjid selalu penuh oleh jamaah.
Kondisi ini sangat terpengaruhi oleh lingkungan bekerja bagi seorang Muslim. Seorang Muslim yang bekerja di lingkungan sibuk, sangat dianjurkan bisa bertindak cerdas dalam mengatur waktunya, sehingga bisa salat berjamaah di masjid tepat pada waktunya.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Memang harus diakui, tidak semua orang yang beragama Islam mendapat petunjuk.
Sebagaimana ayat di atas mengungkapkan, memakmurkan masjid adalah amalan yang harus ditempuh untuk mendapat petunjuk dari Allah.
Di masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, tidak ada satu pun sahabat yang tidak salat berjamaah di masjid.
Mau Untung Besar, Makmurkan Masjid
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Secara terang-terangan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menawarkan kepada hamba-hamba-Nya sesuatu yang sangat menguntungkan yang hanya ada di masjid. Untuk mendapatkan hadiah itu, hamba tersebut harus datang ke masjid dan beribadah di sana.
Sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan dalam firman-Nya di atas, dengan memakmurkan masjid, seorang hamba sangat berpeluang mendapat petunjuk.
Dengan memakmurkan masjid, kita akan dimuliakan Allah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
صَلاَةُ الرَّجُلِ فِى جَمَاعَةٍ تَضْعُفُ عَلَى صَلاَتِهِ فِى بَيْتِهِ وَسُوْقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِيْنَ ضِعْفًا وَذَالِكَ أَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لاَيُخْرِجُهُ إِلاَّ الصَّلاَةُ لَمْ يَخْطُ خُطْوَةً إِلاَّ رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَخُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةٌ فَإِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلِ الْمَلاَئِكَةُ تُصَلِّى عَلَيْهِ مَادَامَ فِى مُصَلاَّهُ مَالَمْ يحدثْ اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَيْهِ اَللَّهُمَّ ارْحَمْهُ وَلاَيَزَالُ فِى صَلاَةٍ مَاانْتَظَرَ الصَّلاَةَ
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Artinya, “Salat seseorang dengan berjamaah itu melebihi salatnya di rumah atau di pasar sebanyak dua puluh lima kali lipat. Sebabnya ialah karena bila ia berwudhu dilakukannya dengan baik lalu pergi ke masjid sedang kepergiannya itu tiada lain dari hendak salat semata-mata, maka setiap langkah yang dilangkahkannya, diangkatlah kedudukannya satu derajat dan dihapuskan dosanya sebuah. Dan jika ia sedang salat, maka para malaikat memohonkan untuknya rahmat selama ia masih berada di tempat salat itu selagi ia belum berhadats, kata mereka, ‘Ya Allah, berilah orang ini rahmat, Ya Allah kasihilah dia. Dan orang itu dianggap sedang shalat sejak ia mulai menantikannya’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Di akhirat pun, orang yang senantiasa memakmurkan masjid mendapat keistimewaan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَظِلَّ اِلاَّظِلُّهُ:..وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسْجِدِ إِذَاخَرَجَ مِنْهُ حَتَّى يَعُوْدَ اِلَيْهِ
Artinya, “Ada tujuh golongan orang yang akan dinaungi Allah yang pada hari itu tidak ada naungan kecuali dari Allah: …seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid ketika ia keluar hingga kembali kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
عَنْ بُرَيْدَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ, بَشِّرِ الْمَشَّائِينَ فِي الظُّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّورِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. رواه أبو داود والترمذي وله شاهد من حديث أنس عند ابن ماجه والحاكم وعن سهل بن سعد عند الحاكم فالحديث صحيح.
Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang pergi menuju masjid-masjid di malam gelap gulita bahwa bagi mereka telah disediakan cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi. Hadits ini memiliki syahid (penguat) dari hadits Anas pada Ibnu Majah dan Al Hakim, juga dari Sahal bin Sa`ad pada Al Hakim. Mengenai kedudukan hadits ini shahih).
Dan masih banyak keutamaan-keutamaan lainnya yang Allah tawarkan.
Rasulullah Benci pada Orang yang Enggan ke Masjid
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
Seiring dengan kebaikan-kebaikan yang Allah berikan bagi pemakmur masjid, Allah juga memberikan ancaman-ancaman dan ganjaran bagi orang-orang Islam yang tidak mau memenuhi panggilan Allah dalam memakmurkan masjid.
Salat berjamaah di masjid menjadi tolok ukur kemunafikan seorang Muslim, terutama ketika tidak ke masjid di waktu salat Isya dan Subuh.
عَنْ أبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَال :َ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, لَيْسَ صَلاةٌ أثْقَلَ عَلَى الْمُنَافِقِينَ مِنْ صَلاةِ الْفَجْرِ وَالْعِشَاءِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوا. متفق عليه.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tidak ada salat yang lebih berat bagi orang munafik daripada salat Subuh dan Isya, seandainya mereka mengetahui pahala kedua salat itu, niscaya mereka akan mendatanginya meskipun harus dengan merangkak-rangkak.” (muttafaqun `alaih)
Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ هَمَمْتُ أنْ آمُرَ بِحَطَبٍ فَيُحْطَبَ ثُمَّ آمُرَ بِالصَّلاةِ فَيُؤَذَّنَ لَهَا ثُمَّ آمُرَ رَجُلا فَيَؤُمَّ النَّاسَ ثُمَّ أخَالِفَ إلَى رِجَالٍ فَأحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ . متفق عليه.
Artinya, “Demi Allah yang jiwaku ada ditangan-Nya, rasanya aku ingin menyuruh mengumpulkan kayu bakar, dan kuperintahkan mengumandangkan azan untuk mendirikan salat, kemudian aku instruksikan seseorang untuk mengimami jamaah salat. Selanjutnya aku berbalik menuju orang-orang yang tidak salat berjamaah, lalu aku bakar mereka bersama rumah-rumah mereka.” (muttafaqun `alaih).
Ingat Kisah Abdullah bin Ummi Maktum
Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika
Terkait pentingnya datang ke masjid, terutama di waktu salat berjamaah, tersebutlah nama seorang sahabat Rasulullah yang sangat patut dijadikan panutan. Ia adalah Abdullah bin Ummi Maktum radhiyallahu ‘anhu.
Suatu hari Abdullah bin Ummi Maktum meminta dispensasi kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk tidak salat ke masjid karena rumahnya agak jauh
Rasulullah sempat mengabulkannya, tapi kemudian beliau ralat saat bertanya, “Apakah engkau mendengar suara muazin?” Abdullah menjawab, “Iya.”
Maka jadilah setiap azan berkumandang, Abdullah yang buta berjalan merayap menyambut panggilan-Nya, tak terkecuali dalam Subuh yang gelap pekat.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-6] Tentang Halal dan Haram
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
(P001/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)