Pamekasan, 16 Rabiul Akhir 1438/15 Januari 2016 (MINA) – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meresmikan kampus Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab (STIBA) Darul Ulum Banyuanyar, Pamekasan, Sabtu (14/1).
Peresmian ini ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Menag Lukman yang disaksikan civitas akademika STIBA, pengasuh, ribuan santri, dan alumni pondok pesantren Darul Ulum Banyuanyar, Pamekasan, Madura.
“Saya bersyukur bisa datang ke pesantren ini, karena bagi saya, pesantren adalah penting,” ujarnya dalam acara yang juga dikemas dengan temu alumni pondok pesantren itu.
Di depan ribuan alumni ponpes yang didirikan KH Itsbat bin Ishaq sejak 1787M ini, Menag memaparkan kondisi global saat ini berikut tantangan dan dampaknya terhadap pembentukan pribadi bangsa.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
Menurutnya, dalam laman resmi Kemenag yang dikutip MINA, hal itu menjadi tantangan tersendiri yang juga harus direspon dengan baik oleh mahasiswa dan santri.
Menag mengatakan, tantangan yang ada menjadikan pendidikan agama saat ini dirasa sangat penting untuk menguatkan nilai-nilai agama pada masing-masing pribadi. “Toleransi antar umat beragama dan umat seagama harus kita pupuk, karena ini merupakan bangunan dasar bangsa ini,” paparnya.
STIBA Darul Ulum mulai beroperasi tahun ini. Tercatat sudah ada 240 mahasiswa yang sedang menjalani perkuliahan semester I,8 rata-rata mereka adalah alumni Pondok Pesantren yang kini diasuh Raden KH M Syamsul Arifin.
Menag berharap, STIBA yang sudah diresmikan ini nantinya dapat menjadi lembaga pendidikan agama yang bisa membawa generasi muda Pamekasan khususnya, menjadi generasi muda yang senantiasa mengedapankan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan.
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
Pesantren Banyuanyar merupakan Pondok Pesantren (Ponpes) tertua di Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Penamaan Banyuanyar sendiri berawal dari penemuan sumber mata air yang cukup besar oleh KH Itsbat. Mata air ini bahkan tidak pernah surut sampai sekarang. Di tempat inilah, ia mengajarkan ilmu agama kepada para santrinya dengan penuh kesabaran.
Setelah wafat, KH Itsbat meninggalkan amanah agar lokasi pesantren kecilnya dikembangkan menjadi pondok pesantren yang representatif dan mampu menjawab segala tantangan zaman. (T/R09/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru