Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meneguhkan Peran Santri di Era Digital

Ali Farkhan Tsani Editor : Widi Kusnadi - Rabu, 22 Oktober 2025 - 14:31 WIB

Rabu, 22 Oktober 2025 - 14:31 WIB

18 Views

Santri melek digital (Dok MINA)

SETIAP 22 Oktober, Indonesia memperingati Hari Santri Nasional, momentum mengingatkan kita pada semangat perjuangan para santri dan ulama dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Peran santri tersebut tidak berhenti di masa lalu. Kini, di tengah derasnya arus teknologi dan informasi, santri kembali dipanggil untuk meneguhkan perannya di era digital.

Dulu, santri dikenal akrab dengan kitab kuning dan halaqah ilmu keislaman di pesantren. Kini, mereka juga dituntut untuk akrab dengan layar komputer, media sosial, dan aplikasi digital. Dunia maya menjadi ruang baru untuk berdakwah, belajar, dan berkontribusi bagi bangsa tercinta.

Tantangannya pun berbeda. Jika dahulu perjuangan dilakukan di medan laga perang fisik, sekarang medan itu berubah menjadi perang narasi, nilai dan informasi. Di tengah banjir hoaks, ujaran kebencian, dan konten negatif, santri diharapkan hadir sebagai penjaga akhlak dan penyebar kebaikan.

Baca Juga: Prof Heri Kuswanto: Indonesia Butuh Lonjakan Talenta Kreatif dan Digital

Era digital membuka peluang besar bagi santri untuk menebarkan ilmu dan inspirasi tanpa batas. Melalui kanal media sosial seperti YouTube, TikTok, Face Book atau Instagram, santri bisa menyampaikan pesan Islam dengan cara yang kreatif dan menarik.

Namun, tentu saja kecanggihan teknologi tersebut harus diimbangi dengan adab dan tanggung jawab moral. Santri tidak hanya harus cerdas digital, tapi juga tetap menjaga kesantunan dalam berdakwah. Karena karakter utama santri adalah keseimbangan antara ilmu, akhlak, dan keteladanan. Teknologi hanyalah alat, yang utama adalah nilai-nilai yang disebarkan.

Karena itu, sekarang banyak pesantren bertransformasi menjadi pusat pengembangan teknologi dan ekonomi umat. Ada pesantren yang mengajarkan coding, bisnis digital, hingga literasi media. Semua itu membuktikan bahwa pesantren tidak tertinggal oleh zaman, tapi justru menjadi bagian penting dari arus kemajuan bangsa.

Kemandirian dan kreativitas santri menjadi modal besar untuk membangun ekonomi umat yang berdaya dan beretika. Dengan semangat khidmah, santri dapat berkontribusi di berbagai bidang: pendidikan, sosial, teknologi, hingga lingkungan.

Baca Juga: Bahasa Indonesia Resmi Digunakan sebagai Bahasa Kerja di Sidang Umum UNESCO

Menjadi santri di era digital berarti menjaga identitas Islam yang moderat dan penuh kasih, sekaligus berani menjawab tantangan zaman dengan inovasi. Dunia membutuhkan figur seperti santri, yang cerdas dalam ilmu, santun dalam akhlak, dan bijak dalam menggunakan teknologi.

Hari Santri Nasional 2025 adalah panggilan bagi seluruh santri untuk terus belajar, beradaptasi, dan berkontribusi. Karena dari pesantrenlah lahir generasi yang mampu menebar cahaya di tengah kegelapan informasi. Cahaya yang membawa nilai-nilai Islam yang membawa kedamaian bagi seluruh alam, Rahmatan lil ‘alamin. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Pemerintah Perkuat Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia

Rekomendasi untuk Anda

MINA Edu
Indonesia
Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar meninjau langsung lokasi bangunan ambruk di Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Selasa (30/9/2025). (foto: Kemenag RI)
Indonesia
MINA Edu