Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meneladani Kepemimpinan Rasulullah (Oleh: Fakhri Iqomul Haq, Lc.)*

Rana Setiawan - Ahad, 28 April 2019 - 11:40 WIB

Ahad, 28 April 2019 - 11:40 WIB

26 Views

Oleh: Fakhri Iqomul Haq, Lc.

Ketika mengenyam pendidikan di usia sekolah kita akan diajarkan ilmu oleh para guru, kemudian di akhir tingkat pendidikan yang ditempuh kita akan diuji mengenai hal-hal itu. Berbeda dengan kehidupan nyata kita akan dihadapkan dengan ujian-ujian hidup terlebih dahulu, baru di akhir ujian akan mendapatkan ilmu dan hikmahnya. Dengan demikian, kita akan lebih tegar dalam melangkah dan tepat dalam menentukan pilihan-pilihan hidup.

Orang yang cerdas dan berakal agar memilliki ilmu dan hikmah tersebut. Kemudian belajar dari orang yang hidup sebelumnya, yaitu orang tua yang telah banyak makan garam, guru-guru dan para alim ulama, sehingga berjalan di atas bashirah dan berjalan selamat sampai tujuan.

Begitu pun umat Islam, dan pergerakan-pergerakan yang ada di dalam tubuh umat Islam yang mempunyai ghirah dengan keadaan umat saat ini, agar tepat dalam memutuskan keputusan-keputusan, harus banyak membaca sejarah dan mengambil pelajaran-pelajaran dari umat sebelum kita serta mempelajari sebab kebangkitan dan sebab kehancuran peradabannya, manhaj ini telah Allah SWT sampaikan dalam Al-Quran:

Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُوْلِي الأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثاً يُفْتَرَى وَلَـكِن تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (يوسف 111)

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Yusuf: 111)

Mari kita renungkan fakta sejarah di bawah ini:

  1. Perang terbesar yang memakan korban dalam sejarah manusia adalah Perang Dunia ke-2 dimana perang tersebut memakan korban sebanyak 60-70 juta manusia.
  2. Mao Tse Tung, selama masa pemerintahannya yang berumur 27 tahun telah membunuh 70 juta orang.
  3. Joseph Stalin dalam 30 tahun telah membunuh 60 juta orang yang artinya setiap hari 5.470 manusia terbunuh di tangannya.
  4. Aldof Hitler telah membunuh 40 juta orang semasa hidupnya.

Kemudian mari kita telaah kisah junjungan Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wa sallam, Nabi terbaik diantara para Nabi, lentera hidup umat manusia, pembawa surat ilahi untuk umat manusia, setiap perkataannya adalah pegangan umatnya, perbuatannya adalah contoh yang dijunjung dan diikuti.

Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia

Sejarah hidupnya adalah sumber inspirasi bagi para dai, negarawan dan filosof muslim. Di tengah keterbatasan keadaan, Ia seru umatnya satu persatu dimulai dari kerabat terdekatnya, kemudian da’wah secara sembunyi-sembunyi dan dilanjutkan dengan dakwah secara terang-terangan.

Ia adalah seorang Nabi, guru, kepala keluarga dan penglima perang. Waktunya, hartanya, keluarganya Ia persembahkan demi tersebarnya Islam.

Selama hidupnya, Nabi Muhammad sallahu alaihi wa sallam telah mendidik para sahabat dengan sebaik-baiknya pendidikan, sehingga ketika beliau wafat, para sahabat meneruskan visinya, perjuangannya, perkara yang menjadi cita-cita hidupnya, yaitu berimannya umat manusia dengan kalimat Lailaaha Illallah. Saat ini visi itu telah terwujud. Islam telah sampai ke seluruh penjuru bumi, Eropa, Amerika, Afrika dan Asia. Apabila kita membaca sejarah beliau kita akan mendapatkan fakta yang luar biasa sebagai berikut:

  • Setidaknya 23 tahun adalah waktu yang diperlukan oleh Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam untuk mendidik para sahabat hingga mereka faham dan siap menyebarkan risalahnya ketika beliau wafat.
  • Setidaknya 23 tahun adalah waktu yang diperlukan Nabi oleh Muhammad sallallahu alaihi wa sallam untuk membangun peradaban yang Ia mulai dari segala keterbatasan.
  • Dalam 23 tahun, di masa kenabian, telah terjadi 27 Gazwah 37 Sariyyah. Setidaknya kurang dari 1.400 jiwa (1022 dari musyrikin dan sekitar 300 dari muslimin) menjadi korban meninggal dari semua perang yang ada di zaman Rasulullah sallahu alaihi wa sallam

Dari fakta di atas kita bisa mengambil pelajaran bahwa penggerak peradaban adalah:

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah

  1. Agama/ideologi/pemahaman.
  2. Pemimpin yang mempunyai kapasitas Ideologi komunis telah menggerakan Mao Tse Tung untuk menguasai Cina hingga Ia menjadi Presiden, memerintah selama 27 tahun dan memaksa rakyatnya agar menganut pahamnya, menghancurkan masjid-masjid, biara dan tempat-tempat ibadah umat beragama. Begitu pun Joseph Stalin, Ia tergerak karena berambisi menyebar pahamnya. Kemudian juga dengan Aldolf Hitler yang terpengaruh oleh teori Darwin. Ia menganggap, ras bangsanya merupakan yang paling tinggi/terhormat dan menganggap dirinya sebagai pemikir besar, serta merasa yakin telah menemukan kunci untuk memahami dunia yang luar biasa rumit. Adolf meyakini bahwa karakteristik, sikap, prilaku dipengaruhi oleh ras, dan keberlangsungan hidup suatu ras ditentukan oleh bagaimana Ia berkembang biak dan seberapa banyak mempunyai wilayah untuk memberi makan ras tersebut. Oleh sebab ideologi inilah Aldolf Hitler melakukan ekspansi ke negara-negara Eropa dan Afrika.

Kemudian bagaimana dengan baginda Muhammad Sallallahu alaihi wa sallam, apa yang menggerakkan beliau sehingga tegar dan risalahnya menyebar ke seluruh dunia. Ya, karena beliau menginginkan agar umat manusia beriman dengan LAILAAHA ILLALLAH. Bahkan karena besarnya harapan Nabi Sallallahu alaihi wa sallam agar semua umat manusia beriman, apabila ada yang menolak dan kufur terhadap dakwahnya Ia merasa sangat sedih dan dadanya sesak.

وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلاَّ بِاللّهِ وَلاَ تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلاَ تَكُ فِي ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُونَ

Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.(QS. An-Nahl: 127)

Mao Tse Tung, Joseph Stalin, Adolf Hitler mempunyai jiwa dan kemampuan memimpin yang tinggi, karena tidak mungkin mereka bisa menjajah negara lain tanpa bisa mempengaruhi dan menggerakkan orang lain sesuai dengan tujuan mereka. Hanya saja karena tidak dibarengi dengan ideologi dan pemahaman yang benar kemampuan itu menjadi boomerang dan bencana bagi umat manusia.

Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir

Sementara Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam adalah pemimpin terbaik. Kemampuan itu dibarengi dengan agama terbaik menjadi sebuah kekuatan besar yang lengkap paketnya. Memimpin para sahabat di tengah keterbatasan, memulai dengan pengikut yang kebanyakan kaum dhuafa, bergerak dengan visi mulia berimannya umat manusia dengan petunjuk keselamatan. Di samping itu, semua perkataan dan perbuatannya dicontoh, semua sahabat Ia perhatikan dikasihi, wajahnya seperti purnama, disenangi semua mata yang memandang. Senyumnya, begitu indah hingga semua sahabat merasa dirinya adalah yang paling dikasihinya. Beliau pula datang membawa cahaya petunjuk, cahayanya menembus batas tempat dan waktu Ia tinggal dan hidup, diterima oleh si miskin, si kaya, rakyat, pejabat, raja dan hamba sahaya.

Apabila kita menelaah lebih dalam, permasalahan umat ini ada di dua hal tadi.

Lemahnya pemahaman, ideologi, agama dan juga minimnya para pemimpin yang mampu menggerakkan ummat kepada perubahan yang lebih baik, memotivasi makalah ini dibuat. Tujuannya agar kita belajar kembali ke masa lalu, sebuah pelajaran penting yang sarat hikmah dari baginda Nabi dalam memimpin dan menggerakan perubahan, dengan metode menjelaskan fungsi utama seorang pemimpin yang diberi syahid – kesaksian-dari kehidupan kepemimpinan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.

Adapun untuk pemahaman Islam sebagai katalisator peradaban bukan fokus kajian makalah ini, karena begitu luasnya pemahaman dan kajian Islam, semuanya ada di buku-buku aqidah, fiqih, akhlaq, dan lainnya.

Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah

Makalah ini bertujuan:

  1. Agar para pembaca memahami sumber krisis pada ummat
  2. Agar para pembaca memahami pentingnya ilmu kepemimpinan
  3. Para pembaca memahami fungsi pemimipin
  4. Para pembaca mempunyai wawasan bagaimana Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat memimpin
  5. Para pembaca mamahami pentingnya pendidikan kepimimpinan guna mempercepat perubahan

Definisi Kepeimpinan

  1. Pengertian Kepemimpinan

Dalam bahasa arab kepemimpinan artinya qiyadah (Inggris: leadership) dan menurut Dr.Thoriq Suwaidan kepemimpinan adalah kemampuan menggerakan para pengikut untuk mencapai suatu tujuan.

Kaitan Kepemimpinan Dengan Yang Lain

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah

  1. Kepemimpinan dan ilmu

Untuk memahami kaitan kepemimpinan dan ilmu, mari kita telaah kisah Khalid Bin Walid. Ketika sedang berperang beliau dipersilahkan oleh para sahabat yang lain untuk mengimami mereka, Ia mengimami para sahabat dan membaca surat-surat pendek dari Al-Quran, namun Khalid Bin Walid lupa pada sebagian ayat dari surat pendek tadi, ketika salam Ia berkata: “Saya telah disibukkan oleh jihad”. Betapa muliaya nya alasan beliau, lupa terhadap ayat Al-Quran Karena disibukan oleh ibadah yang paling mulia, ibadah yang mengorbankan sesuatu yang paling dicintai yaitu nyawa. Ia telah 100 kali berperang 99 kali melawan orang-orang kafir, 1 kali melawan Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam dan dari semua peperangan tersebut ia tidak pernah kalah sekalipun. Dari sini kita bisa faham tidak ada kaitan secara langsung antara kepemimpinan dan ilmu, keilmuan Khalid dalam bidang fiqih dan Al-Quran tidak seperti Zaid Bin Tsabit, Abdullah Ibnu Abbas, Mu’adz Bin Jabal. Namun Ia tetap berjaya sebagai seorang leader (memimpin) tentaranya, tidak pernah kalah dalam medan perang, begitulah hikmah Allah, Kholid bin walid unggul dalam kepemimpinan dan Abdullah bin Abbas, Abdullah bin zubair, Mu’adz bin jabal dalam bidang Fiqih dan Al-Quran.

  1. Kepemimpinan dan umur

Ketika Usamah Bin Zaid berumur 17/18 tahun, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam menunjuknya sebagai panglima perang dan diantara pasukannya ada sahabat-sahabat besar muhajirin dan Anshar, di antaranya Abu bakar dan Umar, keputusan tersebut menjadi perbincangan hangat diantara para sahabat hingga sampai di telinga Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam, kemudian Beliau naik mimbar, setelah membaca tahmid dan hamdalah Ia bersabda, “Sesungguhnya sebagian orang telah menjelekkan kepemimpinan Usamah Bin Zaid, dan sebelumnya mereka pun telah mengejek kepemimmpinan bapaknya, dan Ia Usamah adalah benar benar salah satu orang yang saya cintai setelah bapaknya, dan bapaknya benar-benar diciptakan sebagai pemimpin, dan anaknya juga diciptakan sebagai pemimpin, dan saya berharap yang demikian itu adalah untuk kebaikan kalian semua, maka berbuat baiklah kalian kepadanya”

Rasulullah tidak menjadikan barometer kepemimpinan dari umur tetapi beliau mengukurnya dari kapasitas dan kahlian. Saat ini masih sedikit anak muda yang menjadi pemimpin, dan sedikit yang mempunyai kesempatan memainkan peran besar di masyarakat, di antara sebabnya adalah salah satu dari dua: sedikitnya pedelagasian tanggung jawab kepada para pemuda atau gagalnya kaderisasi para pemuda yang matang, sanggup memimpin dan mengambil peran pada urusan umatnya Karena lemahnya manhaj dalam pendidikan.

 Fungsi Utama dari Pemimpin

Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?

  1. Menentukan Tujuan (Visi)

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam adalah orang yang mempunyai visi dan misi jelas,

Visinya adalah:

عَن أبي هُرَيرة عَن النَّبِيّ صَلَّى الله عَلَيه وَسَلَّم قال: إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق (مسند البزار)

Dari abi hurairah r.a: dari Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam Ia bersabda: sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia (musnad bazzar (8949

Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman

قُلْ تَعَالَوْاْ أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلاَّ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً (الأنعام 151)

Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia (al an’am: 151)

Dari visi itulah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam membuat tahapan dakwah:

  1. Periode lemah, yaitu ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berada di mekah dan tidak mempunyai daulah
  2. Periode bertahan, ketika nabi Muhammda Shallallahu alaihi wasallam hijrah, dan daulah muslimah muncul, perang badar, dan perang khandak
  3. Periode menyerang, setelah perang khandak dan fathu Makkah
  4. Periode perluasan dawah internasional, sariyyah atau perang yang dipimpin oleh Usamah Bin Zaid khususnya setelah perang tabuk

Mari kita contoh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, Ia mulai dari visi yang kemudian membuat rencana dan langkah bagaimana agar visi tersebut bisa tercapai. Siapa yang Allah embankan pada seorang kepimimpinan dan tidak mempunya visi mengenai dalam pendidikan, ekonomi, keagamaan dan sosial, maka ia telah dzolim kepada pengikutnya, bagaimana ia bisa menggerakan pengikutnya sedang ia tidak tahu pengikutnya akan di bawa kemana, buta tujuan artinya buta langkah buta langkah artinya stagnan tidak bergerak atau kemunduran dan ketertinggalan.

Baca Juga: Malu Kepada Allah

Dalam ilmu kepemimpinan modern:

  1. Visi di buat untuk jangka 5 tahun bagi perusahaan yang karyawannya di bawah 100 orang
  2. Visi dibuat untuk jangka 10 tahun bagi perusahaan yang karyawannya dibawah 500 orang
  3. Visi dibuat untuk jangka 15-20 tahun bagi perusahaan yang karyawannya di atas 500 orang

Renungan Bagi Pemimpin

Ketika ditanya apa rencana anda 5 tahun kedepan untuk makmum anda, apakah anda bisa menjawab? Berikut hal-hal yang perlu di perhatikan bagi seorang pemimpin:

  1. Qudwah

Qudwah artinya, contoh untuk yang lain, dan apa-apa yang diikuti, dan dijadikan contoh (mu’jam al ghani). Se’orang pemimpin harus mempunyai akhlaq, sifat dan nilai yang baik agar layak menjadi seseorang yang diikuti dan dijadikan contoh, diantara sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah:

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-19] Jagalah Allah, Pasti Allah akan Menjagamu

  1. Jujur, jujur artinya, mengabarkan sesuatu yang sesuai dengan kenyata’an, dan ia adalah lawan dari kebohongan -al wadih fii ushul fiqh, ibnu aqil 1/29-, jujur adalah sifat utama Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam yang telah melekat padanya sebelum ia diangkat sebagai nabi, sehingga ketika ia di angkat menjadi Nabi penduduk jazirah arab saat itu sebagian besar beriman kepadanya dalam waktu yang sangat singkat yaitu 23 tahun, dan Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَكُونُواْ مَعَ الصَّادِقِينَ

Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (QS. At-Taubah: 119)

Jujur sangat penting bagi para pemimpin sehingga perbuatannya tidak menyelisihi perkataanya, sehingga pemimpin jujur ketika terjadi kegagalan atau keberhasilan terhadap rencana yang di tulis, atau ada pergantian pada rencana.

  1. Amanah, arti umum dari amanah adalah: amanah mencakup semua yang Allah titipkan kepadamu, dan apa yang Allah perintahkan agar menjaganya, maka masuk di dalamnya menjaga anggota badan dari segala yang tidak Allah ridhoi, dan menjaga apa-apa yang di titipkan dari hak-hak manusia – adhwa’ul bayan 846/5, dan amanah mempunyai banyak arti khusus diantaranya: jabatan atau kedudukan pemerintahan, dan ini adalah arti yang kita maksud dalam makalah ini, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam ketika hijrah ia memerintahkan agar Ali mengembalikan barang-barang yang dittitip kan kepada Nabi oleh orang-orang kafir, mari renungkan bahkan musuh Nabi memiliki keyakinan bawasannya walaupun Muhammad adalah musuh saya ia tidak akan mengambil hak saya.
  2. Hadir di lapangan, sebagaimana hadirnya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam di tengah-tengah para sahabat ketika menggali parit yang sangat panjang dan lebar di perang khandak, dan berikut adalah kesaksian Allah bawasannya Nabi Muhammad adalah seorang pemimpin yang mempunyai sifat-sifat yang baik sehingga ia layak dijadikan –uswaah hasanah– yang artinya contoh yang baik. Allah SWT berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Al-Ahzab:21)

Mengubah Keada’an

Pemimpin harus menjadi penggerak perubahan ke arah yang lebih baik, optimis dan pantang menyerah, untuk bisa melaksanakan fungsi ini pemimpin harus memiliki sifat berikut:

  1. Mampu meyakinkan pengikutnya

Ketika para sahabat menghadapi siksaan dan ujian yang berat dari para orang-orang kafir, hingga salah satu sahabat yang bernama Khabab mengadu kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, dari Khabab r.a ia berkata: “Kami mengadu kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan ia bersandar ke burdahnya di samping ka’bah, maka kami bertanya kepadanya: “Ya Rasulullah mengapa engkau tidak memintakan pertolongan kepada kami? Mengapa engkau tidak berdoa kepada Allah untuk kami? “maka ia Rasulullah menjawab: “adalah orang-orang sebelum kalian dikubur hidup-hidup, ada yang di letakan di atas kepalanya gergaji kemudian di belah hingga badannya terbelah menjadi dua, ada yang di sisir tubuhnya dengan sisir besi hingga terpisah dagingnya dari tulangnya dan itu semua tidak menghalangi mereka untuk tegar dalam agamanya, demi Allah, Allah akan benar-benar menyempurna kan perkara ini hingga seorang musafir berjalan dari San’a hingga Hadromaut tidak takut kecuali kepada Allah, atau khawatir terhadap kambing dari ancaman serigala, tetapi kalian semua terburu-buru” (HR.Bukhori: 3612)

  1. Inovasi

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mengimpor manjaniq (pelontar) di perang tho’if, menggali parit pada perang khandak, dan itu adalah hal yang belum pernah di gunakan oleh bangsa arab, hingga abu sufyan berkata: “ini adalah tipudaya yang tidak diketahui oleh orang-orang arab”

Motivasi dan Apresiasi

Sebagaimana kabar dari hadits berikut: Dari Rabi’ah r.a: saya bermalam bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, maka aku datang kepadanya membawa air wudhu dan kebutuhannya, maka ia berkata kepadaku: mintalah, maka aku menjawab: saya meminta agar saya dekat denganmu di surga, Rasul menjawab: atau yang lainnya? Aku menjawab: permintaan ku tidak berubah, Rasul menjawab: maka bantulah aku atas dirimu dengan banyak bersujud (HR. Muslim)

Dan dalam hadits sohih “dan adat Nabi terhadap pembantunya adalah selalu bertanya: apakah kamu membutuhkan sesuatu”. Begitulah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam memotivasi dan mengapresiasi para sahabat dengan menunjukan cinta, perhatian, kasih sayang dan memperhatikan kebutuhan mereka. Dan banyak lagi motivasi dan apresiasi Rasululllah Shallallahu alaihi wasallam diantaranya dengan perkataan: “saya dan pengasuh anak yatim di dalam surga sedekat ini, dan beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya”, atau dengan harta, sebagaimana Nabi memberikan ghanimah yang sangat banyak kepada para pembesar qurasih yang baru masuk Islam.

Begitulah pemimpin harus menjadikan pengikutnya nyaman dengan dirinya, merasa diperhatikan dan dicintai oleh pemimpinnya sehingga mereka bergerak bukan karena terpaksa tetapi karena cinta kepada pemimpinnya.

Training (Pelatihan)

Pemimpin yang berpengaruh selalu memperhatikan kualitas dirinya, mengetahui mana titik kuat dan lemah dirinya, kemudian melatihnya secara terus menerus, tidak stagnan, hari-harinya di penuhi dengan membaca dan hal-hal yang bermanfa’at. Disamping melatih diri pemimpin harus melatih pengikutnya, meningkatkan kemampuannya, di zaman Rasulullah para sahabat selalu meningkatkan kualitas dirinya, belajar memperdalam Al-Quran, berperang, menunggang kuda dan memanah. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

من علم الرمى ثم تركه فليس منا أو قد عصى (رواه مسلم)

Barang siapa yang telah mengetahui memanah kemudian ia meninggalkannya maka bukan dari bagian kami atau telah bermaksiat (HR Muslim)

Dari hadis di atas kita bisa memahami Rasulullah menolak penurunan kualitas dari ummatnya, mengajak dan melatih umatnya agar menjadi lebih baik, dan diantara contoh bagimana Rasulullah melatih umatnya adalah ketika Rasulullah mengutus Mu’adz ke Yaman, sebelum berangkat Rasulullah melatihnya bagaimana berijtiihad:

أن رسول الله صلى الله عليه و سلم بعث معاذا إلى اليمن فقال كيف تقضي فقال أقضي بما في كتاب الله قال فإن لم يكن في كتاب الله قال فبسنة رسول الله صلى الله عليه و سلم قال فإن لم يكن في سنة رسول الله صلى الله عليه و سلم قال أجتهد رأيي قال الحمد لله الذي وفق رسول رسول الله صلى الله عليه و سلم بما يرضي الله ورسوله (أخرجه أبوداود والترميذي والدارمي)

Bawasannya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mengutus Mu’adz ke Yaman, maka Ia berkata: “bagaimana engkau menghukumi permasalahan, Mu’adz menjawab: Saya memutuskan dengan apa yang ada pada kitabullah, Rasul Shallallahu alaihi wasallam menjawab: Apabila tidak ada di kitabullah, Ia berkata: maka dengan sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, Rasul berkata: apabila tidak ada pada sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, Ia berkata: Saya akan berijtihad dengan dengan akalku, Rasulullah menjawab: Segala puji menjadikan utusan utusuan Rasulullah sesuai dengan apa yang di ridhoi Allah dan Rasulullah (HR. Abu Daud Tirmidzi dan Darimi)

Membangun dan Menjaga Relasi

Pondok pesantren, Yayasan, Pergerakan, Negara tidak mungkin hidup sendiri, ia butuh kerjasama, mengambil faidah, keahlian dari yang lain, karena sebesar apapun bentuk perkumpulan unsur terkecilnya adalah manusia, dan manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, semakin besar bentuk perkumpulan maka semakin besar kebutuhannya untuk membangun relasi dan jaringan, semakin banyak pengikut seorang pemimpin maka semakin banyak relasi yang dibutuhkan. Mari kita lihat bagaimana Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam menjaga relasi, bahkan dengan sahabiyah tua yang kerjanya membersihkan masjid

عن أبى هريرة أن امرأة سوداء كانت تقم المسجد- أو شابا – ففقدها رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فسأل عنها – أو عنه – فقالوا مات. قال « أفلا كنتم آذنتمونى ». قال فكأنهم صغروا أمرها -أو أمره- فقال « دلونى على قبره ». فدلوه فصلى عليها (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah: bawasannya ada seorang perempuan hitam yang kerjanya membersihkan masjid, kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam kehilangan dan mencarinya, dan menanyakannya, para sahabat menjawab: Ia telah wafat, Rasul berkata: mengapa kalian tidak mengabarkan perihalnya, Abu Hurairah berkata: sepertinya mereka mengecilkan kedudukannya, maka Rasul berkata: tunjukan saya kuburnya, maka mereka menunjukan kuburnya, kemudian Rasul menyolatinya (HR. Muslim)

Dan dalam membangun relasi Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menempatkan seseorang sesuai kapasitasnya, telah datang kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pembesar qabilah Yaman yaitu sahabat Nabi Jarir Bin Abdullah Al Bajali, ketika Ia sampai di rumah Rasullah Shallallahu alaihi wasallam, Rasulullah bentangkan baginya jubahnya, agar ia duduk di diatasnya.

  1. Intervensi

Seorang pemimmpin yang baik harus memberikan kepada pengikut wewenang, keleluasaan dan kebebasan agar ia bisa berinovasi dan menghasilkan ide-ide cemerlang, namun bukan berarti seorang pemimpi boleh berlepas tanggung jawab terhadap pengikutnya. Adakalanya Ia harus turun, intervensi, mengambil keputusan, ada dua hal kapan seorang pemimpin harus turun dan intervensi terhadap pengikutnya:

Ketika pengikut sudah tidak mampu lagi menyelsaikan masalah pemimpin harus jeli dalam memperhatikan keadaan pengikutnya, apakah Ia mampu dan bisa menyelsaikan perintah dan tugas yang di embankan padanya atau Ia buntu tidak mampu meyelsaikan tugas tersebut, apabila dilihat tidak mampu maka pemimpin harus turun tangan menyelsaikan masalah tersebut

Ketika perang khandak Rasulullah mendapat kabar bawasannya para kafir quraish dan qabilah-qabilah dijazirah arab bersatu untuk membinasakan Islam dan menghabisi muslimin, dan Islam hingga ke akar-akarnya, jumlah mereka 10.000 tentara sedangkan jumlah muslimin Madinah saat itu hanya 3000, di saat sulit itu Salman Al Farisi mengusulkan ide berilian, “di negeri kami apabila terjadi seperti ini kami menggali parit” Rasullah Shallallahu alaihi wasallam menerima ide berlian ini dan memerintahkan para sahabat harus menyelesaikan penggalian sepanjang 5544 dengan rata-rata lebarnya 4,26 meter, dalamnya 3,23 meter[1] dalam waktu yang sangat singkat dua minggu, pekerjaan berat yang mustahil dilkasanakan karena saat itu tidak ada alat berat, musim dingin yang berat hingga saat itu tidak ada yang berani mengeluarkan tangannya, dengan keimanan para sahabat menerima perintah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, ketika menggali parit para sahabat mendapati batu yang sangat besar dan sangat keras, mereka berusaha menghancurkan batu tersebut namun batu itu tidak juga pecah, disinilah nabi Muhammad turun, dengan tangganya yan mulia ia pecahkan batu tersebut dengan kampak hingga keluar kilat dan batu itu hancur.

  1. Apabila masalah sudah kronis

Jika perusahaan, yayasan, pergerakan sudah berumur panjang maka akan banyak rutinitas yang berjalan dan dilakukan terus menerus hingga akhirnya banyak anggota dari perkumpulan di atas yang tidak memahami esensi dan tujuan dari apa yang dikerjakan, dan apabila ditelaah dari rutinitas-rutinitas tersebut ada rutinitas yang dulunya kurang dikaji dalam penerapannya, atau bahkan tanpa esensi dan tujuan atau sudah tidak sesuai dengan zaman, khususnya di zaman teknologi dan milenial ini dimana perubahan begitu cepat, namun karena sudah berlangsung lama maka akan banyak dari anggota perkumpulan tersebut yang mengkultus rutinitas tersebut, sehingga apabila diubah akan menghasilkan kegaduhan, yang bisa jadi rekan-rekan pemimpin juga takut menyampaikan kepada pemimpin bawsannya ada rutinitas-rutinitas yang harus di ubah bahkan dihapus.

Apabila pemimpin mendapati hal ini maka Ia harus turun tangan dan menyelsaikan hal tersebut. Datang salah satu sahabat Nabi kepada Rasululllah Shallallahu alaihi wasallam yang mengalami masalah kemiskinan yang kronis, dan Ia mulai meminta-minta,padahal meminta-minta dalah hal tercela dalam Islam karena bisa mematikan kreatifitas dan menjatuhkan kehormatan seorang mumin sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam:

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: ما يزال الرجل يسأل الناس حتى يأتي يوم القيامة وليس في وجهه مزعة لحم (رواه مسلم)

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: Apabila ada orang yang terus menerus meminta minta, hingga ia datang pada hari kiamat tanpa ada daging di wajahnya (HR Muslim)

Penyelsaian masalah tersebut oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam disebutkan dalam hadits berikut:

عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِيَ بِحُزْمَةِ الْحَطَبِ (حَطَبٍ) عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا فَيَكُفَّ اللهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ (رواه مسلم)

Dari Zubair Bin Awwam dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam Ia bersabda: apabila mengambil salah seorang dari kamu talinya, kemudian Ia datang dengan sekumpulan kayu di atas punggungnya kemudian Ia menjualnya dan dengan demikian itu Allah lindungi wajahnya dari kehinaan, maka yang demikian itu lebih baik baginya dari meminta-minta kepada manusia kemudian mereka memberinya atau tidak memberinya (HR Muslim).

Di sini Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam memberikan pemahaman hinanya meminta-minta dan itu adalah perbuatan yang tercela, kemudian menyelsaikan masalah tersebut dengan memberikan solusi pekerjaan yang bisa ia lakukan.

  1. Pemberdayaan

Salah satu hal terpenting agar suatu pergerakan dakwah bisa terjamin keberlangungannya adalah pemberdayaan sumber manusia, pemberian wewenang dan peran bagi kader-kader pergerakan, para pemimpin umat harus menyadari hal ini, anak-anak muda harus diberdayakan, diberikan keprcayaan dan kesempatan, dididik dibina kemampuannya, sabar terhadap kesalahan mereka, seorang pemmimpin jangan sampai menjadi one man action yang mengerjakan segala sesuatunya sendiri, memaksakan kehendak dan keinginannya tanpa membaca dan memikirkan pendapat yang lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemerdayaan:

  • Ketika pengikut dinilai mempunyai loyalitas dan kemampuan maka harus diberikan wewenang dan fungsi.
  • Apabila mereka dinilai mempunyai kemampuan tetapi loyalitasnya masih kurang harus ada pendekatan, bisa jadi ada kebutuhan yang harus dipenuhi atau sesuatu yang belum dipahami oleh pengikut mengenai pergerakan atau dasar-dasar dari keputusan yang diputuskan.
  • Apabila mereka mempunyai loyalitas namun kemampuannya lemah, tugas pemimpin adalah melatih dan menaikan kemampuan mereka.
  • Apabila mereka tidak mempunyai loyalitas dan kemampuan nya lemah maka harus diberhentikan dari fungsinya dan diganti dengan yang lain.

Ketika Rasullah Shallallahu alaihi wasallam wafat terjadi pemberontakan dimana-mana, banyak qabilah yang murtad, ada yang tidak mau membayar zakat, banyak nabi palsu bermunculan, para sahabat bergerak di bawah perintah Abu Bakar untuk menyelsaikan masalah-masalah di atas, diantaranya memberantas salah satu Nabi palsu yang bernama Musailamah Al Kadzdzab, peperangan ini terjadi begitu hebat hingga banyak para sahabat yang berguguran, dan kebanyakannya adalah para penghafal Al-Quran, melihat situasi seperti ini Umar Bin Khattab mendatangi Abu Bakar dan mengusulkan Agar Al-Quran di kumpulkan dalam satu mushaf. Di zaman Rasulullah hingga wafat Al-Quran belum dikumpulkan dalam satu mushaf, Al-Quran tepencar di para sahabat dan tertulis di atas pelepah kurma, batu, kayu, dan kulit, Abu Bakar menjawab: “Bagaimana saya melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, Umar berkata: insyaAllah yang demikian itu adalah baik, Umar Bin Khattab terus merayu Abu Bakar hingga Allah lapangkan hati Abu Bakar dan menerima usulan tersebut, kemudian Abu Bakar dan Umar mendatangi Zaid Bin Tsabit, Sahabat muda spesialis penulis wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, Abu Bakar berkata: sesungguhnya engkau adalah pemuda yang berakal dan kami tidak meragukan anda, dulu engkau adalah orang yang menulis wahyu Rasullulah Shallallahu alaihi wasallam, Maka carilah Al-Quran-Al-Quran yang tertulis di kulit, pelepah kurma dan lainnya, dan kumpulkanlah.

Perhatikan! bagaimana sikap Abu Bakar ketika melihat ada seorang pemuda yang mempunyai kompetensi, kemampuan dan mempunyai loyalitas yang tidak diragukan, Ia berikan wewenang, kepercayaan dan dukungan kepada Zaid agar menyelesaikan pekerjaan yang besar dan berat yaitu mengumpulkan Al-Quran, Zaid berkata: “demi Allah sikiranya Ia memerintahkan kepadaku untuk memindahkan salah satu gunung dari gunung-gunung itu lebih ringan dari pada apa yang diperintahkan Abu Bakar kepadaku untuk mengumpulkan Al-Quran.

Penutup

Ada sebuah pertanyaan: “Apakah kepemimpinan adalah bakat atau mauhibah yang hanya Allah fitrahkan hanya pada segilintir orang atau Ia dapat dipelajari oleh siapapun?” Pakar pendidikan kepemimpinan Dr.Thoriq suwaidan menjawab pertanyaan di atas dengan data hasil penilitiannya, sebagai berikut:

  • Kelompok pertama: 1% Allah berikan fitrah dan bakat bawaan sebagai pemimpin
  • Kelompok kedua: 98% Allah cipatakan bisa mendapatkan ilmu dan keahlian dalam memimpin hanya saja tidak akan sehebat kelompok yang pertama
  • Kelompok ketiga: 1% Allah ciptakan tidak bisa menjadi pemimpin

Kelompok pertama Allah berikan bakat kepemimpinan sejak lahir, Ia memberi contoh sahabat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam: Amr Bin Ash, hanya beberapa bulan setelah Islamnya, Rasululllah perintahkan Ia menjadi pemimpin pasukan perang Sariyyah Dzatu Salaasil yang di dalamnya ada Abu Bakar dan Umar, Umar berkata: “Tidak pantas bagi Abu Abdillah, Amr Bin Ash berjalan dimuka bumi kecuali sebagai pemimpin”

Kelompok ketiga Allah takdirkan dengan hikmahnya tidak bisa memimpin sama sekali, contohnya adalah sahabat nabi, Abu Dzar, masuk Islam di tahun kelima setelah di utusnya nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, artinya Ia jauh lebih dulu masuk Islam dari Amr Bin Ash, Ia tidak pernah mendapat jabatan atau tanggung jawab sama sekali selama hidupnya hingga Ia wafat di zaman Utsman r.a, Ia tidak pernah menjadi amir bahkan amir pengumpul zakat pun tidak pernah, dan itu semua tidak mengurangi kemuliaannya di sisi kita dan sisi Allah SWT, Rasulullah sebagai pemimpin cinta kepada sahabatnya dan faham kapasitas sahabatnya:

عن أبي ذر قال: قلت يا رسول الله ألا تستعملني قال فضرب بيده على منكبي ثم قال: يا أبا ذر إنك ضعيف وإنها أمانة وإنها يوم القيامة خزي وندامة إلا من أخذها بحقها وأدى الذي عليه فيه (رواه مسلم)

Dari Abu Dzar: Saya berkata wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memakaiku, menjadikanku sebagai Amir?, kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menepukan tangannya di pundak Abu Dzar dan mengatakan, wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau lemah, dan sesungguhnya yang demikian itu adalah amanah, dan Ia nanti dihari kiamat akan mendatangkan kehinaan dan penyesalan, kecualli bagi yang mengambilnya dengan haknya dan melaksanakan kewajibannya. (HR.Muslim)

Kelompok ketiga adalah bagian besar dari masyarakat, Ia bisa mendapatkan ilmu dan keahlian dalam kepimimpinan melalui belajar dan melatih diri di lapangan. Dari paparan dia atas kita bisa memahami apa fungsi utama dari seorang pemimpin, dan bisa mengukur di kelompok mana kita berada dari jenis manusia dalam memiliki keahlian memimpin.

Sudah seharusnya apabila kita diberi amanah sebagai pemimpin kita harus bekerja keras melatih diri agar bisa memenuhi sifat ideal seorang pemimpin, kemudian bekerjalah, beramal dengan sungguh-sungguh jangan pedulikan keraguan orang lain terhadap kita, biarlah waktu berlalu, dan proses itu berjalan hingga kita mencapai hasil yang kita canangkan, Allah SWT berfirman:

وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ.

Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. At-Taubah: 105)

Pemimpin mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah, karena pemimpin memiliki pengaruh yang besar terhadap baik atau buruknya masyarakat, bahkan juga terhadap tumbuhan dan hewan. Iz Bin Abdussalam berkata dalam buku Qowaidul Ahkam fii Masolihul Anaam, “Sesungguhnya kekuasaan (kepemimpinan) termasuk dari bentuk ketaatan yang terbaik, seorang penguasa yang baik lebih besar pahalanya dan mulia kedudukannya dari yang lain, karena banyaknya kebaikan yang bisa terlaksana melalui tangannya dari menegakan kebenaran, dan mencegah kemungkaran, salah seorang dari mereka apabila mengatakan satu kata maka dengannya bisa dicegah 100.000 kedzholiman atau kurang dari itu, atau mendatangkan 100.000 kebaikan atau kurang dari itu.

Karenanya pembaca yang budiman pilihlah pemimpin yang soleh, didiklah anak-anak kita agar menjadi pemimpin, didiklah pemuda-pemudi kita agar bisa membuat dan menggerakan perubahan pada umat ini

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً

Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa (QS. Al-Furqan: 25)

Bogor, 14 april 2019

Rujukan:

Atlas sirah nabawiyah, Dr.syauqi abu kholil hal 137

(AK/R01/RS1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

*Tulisan ini disampaikan oleh Fakhri Iqomul Haq, Lc. pada Tabligh Akbar Festival Sya’ban 1440H, di Masjid An-Nubuwwah, Pondok Pesantren Al-Fatah, Muhajirun, Natar, Lampung Selatan, Sabtu malam, 21 Sya’ban 1440H/27 April 2019M.

Rekomendasi untuk Anda

MINA Preneur
Kolom
Tausiyah
Kolom