Washington, 3 Safar 1435/6 Desember 2013 (MINA) – Menteri Luar Negeri Israel, Avigdor Lieberman mengatakan, kesepakatan perdamaian dengan Palestina tidak akan mungkin terjadi dan tidak akan ada dalam sejarah.
Lieberman menyatakan hal itu dalam sebuah diskusi khusus dengan Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon di kantor PBB, Washington, Rabu malam (4/12). Dia juga bertukar pandangan mengenai situasi regional Timur Tengan dan kemungkinan melakukan perdamaian dengan Palestina.
Sementara itu, Ban Ki Moon menekankan perlunya kedua belah pihak (Palestina maupun Israel) untuk menciptakan kondisi kondusif dimulainya kembali negosiasi damai, Anadolu Agency melaporkan seperti dikutip Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Seorang politisi sayap kanan dari partai Yisrael Beitenu, yang bersekutu dengan Partai Likud pimpinan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengatakan, Lieberman telah menjadi kritikus paling vokal dalam mengomentari pembicaraan damai dengan Palestina atas prakarsa Amerika Serikat.
Banyak kalangan menganggap Lieberman politisi kontroversial di Israel karena ia dikenal dengan himbauannya agar Angkatan udara Israel meluncurkan serangan militer terhadap kota-kota di Iran dan Mesir.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), John Kerry juga memperingatkan, Israel bisa menghadapi Perlawanan Rakyat Palestina (Intifadah) Ketiga jika mereka gagal mencapai kesepakatan di jalur negosiasi itu.
Presiden Palestina, Mahmud Abbas mengeluarkan peringatan Palestina akan mengambil tindakan terhadap Israel melalui badan-badan internasional, jika pembicaraan damai gagal dicapai.
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan
“Pembicaraan akan melalui kesulitan besar karena hambatan yang dibuat oleh Israel,” kata Abbas di markasnya, di Ramallah, Tepi Barat. “Jika kita tidak memperoleh hak kita melalui negosiasi, kami memiliki hak untuk pergi ke lembaga internasional,” lanjutnya.
Pernyataan ini dilontarkan Abbas jelang kunjungan John Kerry. Untuk yang kesekian kalinya, Kerry mengunjungi Timur Tengah guna mendorong berlangsungnya pembicaraan damai Otoritas Palestina-Israel.
Sejak akhir Juli lalu, pembicaraan damai Palestina-Israel kembali bergulir, setelah disponsori oleh AS. Sebelumnya, perundingan damai ini sempat terhenti selama tiga tahun.
Di dalam satu wawancara dengan sebuah radio Israel, Menteri Kehakiman Israel Tzipi Livni mengatakan, pembicaraan damai Israel – Otoritas Palestina mencapai kemajuan besar kendati ada keraguan dari pihak Palestina.
Baca Juga: Israel Caplok Golan, PBB Sebut Itu Pelanggaran
Sementara itu, pemimpin perunding Palestina Saeb Erekat yang bertemu dengan tim perunding Israel di Al-Quds (Yerusalem) mengatakan, mereka mengundurkan diri karena sikap keras Israel yang tetap akan melanjutkan pembangunan permukiman ilegal Yahudi di Tepi Barat.
Meskipun Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Komite Sentral Partai Fatahnya menolak pengunduran diri tim Palestina, perunding kedua, Mohammed Ishteya tetap mempertahankan keputusannya dan tak mau ikut dalam pertemuan di kota Al-Quds.
Selama pertemuan itu, Erekat juga dengan tegas mengecam serangan militer Israel di beberapa wilayah Palestina di Tepi Barat dan Sungai Yordania. Dia juga mengecam pembangunan permukiman ilegal Yahudi yang membuat wilayah-wilayah Palestina secara geografis akan saling terpisah. (T/P04/P02)
Baca Juga: AS Tolak Laporan Amnesty yang Sebut Israel Lakukan Genosida di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)