Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menlu Saudi: Tidak Akan Normalisasi Sebelum Israel-Palestina Damai

Rudi Hendrik - Kamis, 20 Agustus 2020 - 06:37 WIB

Kamis, 20 Agustus 2020 - 06:37 WIB

3 Views

Berlin, MINA – Menteri Luar Negeri Arab Saudi mengatakan, Pemerintah Riyadh tidak akan menormalisasi hubungan dengan Israel sebelum kesepakatan perdamaian Israel-Palestina tercapai.

“Ketika kami meluncurkan Inisiatif Perdamaian Arab pada 2002, kami sepenuhnya membayangkan bahwa akan ada hubungan antara semua negara Arab, termasuk Arab Saudi dan Israel. Tapi dari perspektif kami, syaratnya jelas: Perdamaian harus dicapai antara Israel dan Palestina, berdasarkan parameter internasional. Setelah tujuan ini tercapai, segala sesuatunya menjadi mungkin,” kata Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan al-Saud pada konferensi pers di Berlin bersama mitranya dari Jerman, Heiko Maas, Rabu (19/8).

Itu adalah pernyataan resmi pertama Kerajaan sejak kesepakatan antara Israel dan Uni Emirat Arab diumumkan pada Kamis (13/8), demikian Times of Israel melaporkan.

Sejak 2002, Arab Saudi telah mensponsori Inisiatif Perdamaian Arab, yang menyatakan bahwa normalisasi dengan Israel hanya akan terjadi jika Yerusalem dan Ramallah dapat mencapai kesepakatan yang langgeng dan mendirikan negara Palestina dalam perbatasan tahun 1967.

Baca Juga: Perlawanan di Jabalia: 3 Tentara Israel Tewas, 18 Terluka

Uni Emirat Arab juga menandatangani Inisiatif Perdamaian Arab. Perjanjian yang dideklarasikan untuk menormalkan hubungan tanpa negara Palestina akan melanggar inisiatif itu.

Pejabat Emirat mengatakan bahwa kesepakatan mereka untuk menormalisasi hubungan dengan Israel bertujuan menghentikan aneksasi Israel atas wilayah yang diklaim Palestina.

Namun, al-Saud juga memuji “tindakan untuk menangguhkan tindakan sepihak Israel” dan mengatakan, kesepakatan itu “dapat dipandang sebagai hal yang positif.”

Perjanjian tersebut telah dielu-elukan oleh Mesir, yang juga memiliki perjanjian damai dengan Israel, serta Bahrain dan Oman, sementara  Otoritas Palestina menyebut perjanjian itu sebagai “perjanjian tercela” dan “tusukan di belakang.”

Baca Juga: Pengamat Politik: Keadaan Memungkinkan Gencatan Senjata di Gaza

Menlu Saudi juga mengatakan kegiatan pemukiman Israel merusak peluang perdamaian. (T/RI-1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Hamas Ucapkan Selamat untuk Rakyat Suriah

Rekomendasi untuk Anda