Menteri Agama Myanmar Peringatkan Ekstrimis Budha Hentikan Kebencian Terhadap Muslim

Nayphetaw, 13 Syawal 1437/18 Juli 2016 (MINA) – Menteri Urusan Agama Myanmar memperingatkan ektrimis Budha “Ma Ba Tha” untuk berhenti melakukan tindakan yang memicu kebencian terhadap Muslim.

Peringatan ini adalah kali pertama yang dilakukan dalam pemerintahan baru yang dibentuk pada bulan April, di bawah pengawasan penerima Nobel Perdamaian Aung Suu Kyi. Demikian yang diberitakan media dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Menteri Agama, Ong Ku mengatakan pemerintah tengah mencari solusi untuk menjaga stabilitas sementara tindakan Ma Ba Tha menyebabkan pecahnya konflik antar agama.

Sejak 2011 lalu, meningkatnya khadiran gerakan radikal menyebabkan terancamnya Islamisasi di Myanmar di mana Muslim berjumlah kurang dari 5%.

Tindakan yang terus berulang yang menargetkan Muslim dalam beberapa pkan seperti penggeledahan dua masjid di pusat dan utara negara itu, menyebabkan Muslim mengungsi.

Menurut data Dinas Statistik Cox Bazar ada 300.000 orang suku Rohingya yang tinggal di distrik pinggir perbatasan Bangladesh – Myanmar.

Jumlah tersebut terdiri dari 37.000 kepala keluarga, 20.000 asli Rohingya sementara sisanya 17.000 campuran dari Bangladesh dan Rohingya.

Sumber mengatakan, terdapat lebih dari 32.878 orang Rohingya dan 5.000 anak-anak yang tidak memiliki identitas tinggal di dua kamp pengungsi, Naypara dan Kutupalong.

Sekitar 17.000 Rohingya tinggal di gudang sementara di sebuah desa bernama Leda bawah Hnila sejak 2008 dan sekitar 35.000 orang tinggal di kamp Kutupalong.

Mereka tinggal di Coz Bazar ini, jauh dari kabupaten besar lainnya seperti Chittagong, Dhaka, Patuakhali, Khagrachari, Bandarban dan Pangamati. Sementara data dari sebuah LSM dan perorangan menyebutkan Rohingya yang tinggal di Bangladesh ada 500.000 jiwa.

Statistik ini berasal dari putaran pertama sensus pemerintah yang diselenggarakan pada 1-23 Februari yang tujuannya untuk mengidentifikasi keluarga Rohingya di Bangladesh. Sementara di putaran ke dua dan terakhir sensus sebelum pemilu 2015 lalu mengidentifikasi jumlah Rohingya tidak dapat diketahui.

Menurut kantor Komisaris Repatriasi Pengungsi Rohingya dan Bantuan (RRRC) di Cox Bazar, sekitar 250.000 Rohingya memasuki Bangladesh pada 1978, melarikan diri dari pemerintah Myanmar “Naga Operasi” di Negara Arakan (Rakhine).

Hampir semua dari mereka dikirim kembali melalui saling pengertian antara kedua negara – Bangladesh dan Myanmar – pada 1979, menurut RRRC.

Demikian pula, lagi, lebih dari 250.000 Rohingya memasuki Bangladesh melalui Cox Bazar dan Bandarban titik perbatasan di 1991-1992. Pemerintah Bangladesh kemudian mendirikan 21 kamp-kamp sementara bagi mereka di dua kabupaten, menurut RRRC.

Meskipun pemulangan Rohingya terhenti sejak tahun 2005, masyarakat Rohingya belum berhenti datang ke Bangladesh.

Setelah serangan besar-besaran di Rohingya di Burma pada Juni dan Oktober 2012, ribuan melarikan diri dari negara itu dan mencoba memasuki Bangladesh, meski tindakan tegas pemerintah Bangladesh untuk tidak mengizinkan lagi Rohingya.

Setelah repatriasi berhenti pada 2005, pemerintah Myanmar telah setuju untuk mengambil kembali hanya 9.910 Rohingya keluar dari 32.878 pengungsi terdaftar di dua kamp, setelah dialog yang luas dimediasi oleh UNHCR antara Bangladesh dan Myanmar. (T/P004/P2)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Admin

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.