Ramallah, 28 Sya’ban 1434/6 Juli 2013 (MINA) – Menteri Perumahan Israel, Uri Ariel bersumpah akan membangun kuil di reruntuhan kompleks Masjid Al-Aqsha.
“Pemerintah harus membangun kuil kedua di atas reruntuhan kompleks Masjid Al-Aqsha di Yerusalem (Al-Quds),” kata Ariel seperti dikutip harian berbahasa Ibrani Ma’ariv, Jumat (5/7).
Menteri Ariel menyatakan, warga Yahudi banyak membangun kuil, namun mereka sangat perlu membangun kuil hakiki di bukit kuil yang saat ini ditempati Masjid Al-Aqsha.
“Kami telah membangun banyak bangunan, termasuk banyak ‘kuil kecil’,” kata menteri dari partai ekstrimis kanan Habayit Hayehudi (Rumah Yahudi) dengan menggunakan istilah yang digunakan dalam dunia Yahudi merujuk ke rumah-rumah ibadat.
Baca Juga: Israel kembali Serang RS Kamal Adwan, Sejumlah Fasilitas Hancur
“Kita perlu sesuatu yang bukan seperti kuil. Kita perlu kuil. Di Bukit Kuil (Kompleks Masjid Al-Aqsha),” tegas Ariel kepada peserta Konferensi Shilo dalam Penelitian Alkitab dan Arkeologi. Pemukiman ilegal ‘Shilo’ terletak di Ramallah Utara, Tepi Barat.
Ariel pun menolak upaya Menteri Luar Negeri AS John Kerry untuk menghidupkan kembali pembicaraan damai antara Israel dan Palestina.
“Ada orang yang memberitahu kita bahwa dua negara bagi dua bangsa adalah solusi nyata. Dan saya mengatakan ini adalah kisah istri tua, antara Jordan (River) dan (Mediterania) Laut hanya ada satu negara, negara Israel,” kata Ariel seperti dilaporkan Saudi Gazette yang dikutip Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency).
Yahudisasi Meningkat
Baca Juga: RSF: Israel Bunuh Sepertiga Jurnalis selama 2024
Sementara, Yayasan Al-Aqsha untuk Wakaf dan Warisan mengatakan bahwa pemerintah Israel sedang melakukan penggalian di dekat Kompleks Masjid Al-Aqsha untuk membangun proyek-proyek untuk jamaah dan wisatawan Yahudi.
Yayasan Al-Aqsha mengatakan bahwa tujuan dari penggalian adalah untuk Yahudisasi kota Al-Quds dan meruntuhkan Masjid Al-Aqsha, serta membangun mitos Yahudi yang disebut sebagai Kuil Kedua di atas reruntuhan Masjid Al-Aqsha.
Yayasan Al-Aqsha juga melaporkan jumlah orang Yahudi yang mengunjungi kompleks Masjid Al-Aqsha telah meningkat secara signifikan dalam upaya untuk menciptakan fakta baru di lapangan.
“Kelompok-kelompok kecil ekstrimis Yahudi dan sekitar 60 perempuan berseragam tentara Israel berkeliling di halaman Masjid Al-Aqsha dalam apa yang tampaknya menjadi upaya untuk menempatkan kehadiran orang Yahudi setiap hari di tempat suci ketiga dan kiblat pertama umat Islam itu,” kata yayasan Al-Aqsha dalam pernyataannya yang di kutip kantor berita WAFA.
Baca Juga: Al-Qassam Sita Tiga Drone Israel
Seorang Rabbi Yahudi, Yaakov Medan pada Seminar Har (Gunung) Etzion, Jumat (5/7), mengatakan bahwa lembaga intelijen Israel, Shin Bet, mendukung dan mendorong kunjungan orang Yahudi untuk mengunjungi Masjid Al-Aqsha dalam rangka menciptakan kehadiran permanen bagi orang Yahudi di tempat yang mereka klaim adalah lokasi kuil Yahudi yang dibangun lebih dari 2000 tahun yang lalu.
“Direktur Shin Bet Divisi Yahudi mengatakan, kehadiran Yahudi di Bukit Kuil (Kompleks Masjid Al-Aqsha) sangat penting untuk menjaga kedaulatan kita. Dia mengatakan kepada saya bahwa untuk mengakomodasi tren ini, ia akan meningkatkan jumlah agen dan petugas keamanan di Bukit Kuil,” kata Yaakov.
Umat Islam khawatir kelompok ekstrimis Yahudi yang didukung oleh para pejabat dan tentara Israel mengunjungi Masjid Al-Aqsha bertujuan untuk menghancurkan tempat-tempat suci Islam guna membangun kuil Yahudi di reruntuhannya. Yayasan Al-Aqsha memperingatkan bahwa tindakan seperti itu akan memicu kekerasan.
Hentikan Kebijakan Israel
Baca Juga: Parlemen Inggris Desak Pemerintah Segera Beri Visa Medis untuk Anak-Anak Gaza
Menteri Wakaf dan Urusan Agama di Gaza, Ismail Radwan menyerukan mengadakan pertemuan darurat Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk mendiskusikan risiko yang dihadapi kota Al-Quds dan Masjid Al–Aqsha serta blokade yang diberlakukan di Jalur Gaza.
Radwan mengatakan saat pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu, Ahad lalu (30/6), kota Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha menghadapi bahaya nyata dan keadaan semakin memburuk, menekankan perlunya tindakan mendesak untuk menghentikan kebijakan Israel yang tidak adil di kota Al-Quds.
Israel merebut Al-Quds Timur pada Perang Juni 1967, berhasil mencaploknya pada 1980. Sejak itu, pemukiman ilegal Yahudi dibangun di sana guna pembangunan rumah bagi sekitar 300.000 pemukim ilegal Yahudi. (T/P09/P02)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Paus Fransiskus Terima Kunjungan Presiden Palestina di Vatikan