Menyusun Masterplan Bagian Dari Ibadah Bukan Hanya Teknis (Oleh: Ir. Heri Budianto, MT) –Bagian 1

Oleh Ir.Heri Budianto, MT, Dosen Sekolah Tinggi Shuffah Al Quran Abdullah bin Masud

(Bagian 1 dari 2 Tulisan)

“Beda Pasukan dan Gerombolan, Pada Pasukan ada Strategi Perencanaan dan Tertata Rapi, Gerombolan tidak” (Syekh Muhyiddin Hamidy).

Membandingkan pemukiman milik kaum Muslimin secara umum dan saudara saudara kita non-Muslim saat ini sungguh sangat miris dan menyedihkan. Dimulai dari kompleks perumahan, perkantoran, fasilitas ekonomi, bahkan fasilitas pendidikan, fasilitas olahraga dan lain-lain, masih jauh tertinggal kualitasnya.

Di Jabodetabek kita bisa membandingkan bagaimana Perumahan Milik Bumi Serpong Damai, Citraland, Sinar Mas Group,Agung Podomoro dan lain lain membuat kita merasa sangat nyaman walaupun hanya melewati saja (numpang lewat) apalagi bertempat tinggal. Setelah keluar kompleks beda rasanya. Karena memang fitrah manusia yang masih terjaga,  ingin merasa nyaman dan aman  bila berada di suatu tempat.

Pada acara Property awards ke-6 yang diselenggarakan oleh Property Guru secara virtual pada Kamis (5/11/2020), 10 Developer terbaik dari sisi keasrian, kebersihan, keharmonisan, inovasi, keamanan, kepercayaan pelanggan dan standar mutu pemukiman  lainnya, pemenangnya adalah group group saudara saudara kita non-Muslim. Kecuali apartemen dan kawasan industri adanya BUMN Wijaya Karya, juga PT Jababeka sebagai pemenang.

Hampir seluruh kawasan perumahan penghargaan di menangkan ownernya saudara sauadara kita non-Muslim. Ini harus menjadi motivasi agar kita ke depan lebih banyak belajar dan berkarya terbaik untuk ummat. Karena orang orang beriman harus hadir yang terbaik kualitas iman, ilmu dan amalnya di tengah-tengah manusia.

Sepuluh Developer terbaik yaitu: Best Developer: Sinar Mas Land,  Best Boutique Developer: Tanrise Property, Best Breakthrough Developer: PT Urban Jakarta Propertindo Tbk, Highly Commended: PT AKR Land Development, Best Industrial Developer: PT Jababeka Tbk,  Best Mixed Use Developer : Lippo Group, Best Condo Development (Jakarta): AKR Gallery West Residences by PT AKR Land Development, Highly Commended: Tamansari Skyhive Apartment by PT Wijaya Karya Realty Tbk (WIKA Realty),  Best Affordable Condo Development (Jakarta): Embarcadero by PT Lippo Karawaci Tbk

Kita sangat bersyukur, alhamdulillah masjid-masjid sekarang mulai terlihat rapi, bersih, sanitasinya standar  dan nyaman. Ini sesuatu yang sangat menggembirakan dan patut kita syukuri. Perubahan ini dimulai dari awal tahun 2000-an, sejak maraknya saudara saudara kita Muslimin dan Muslimat berganti Trend Traveling yang tadinya ke Eropa, China, dan tempat wisata lainnya. Mulai hijrah umrah pluss wisata,  sehingga merasakan langsung kebersihan dan kerapian Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan masjid-masjid lain di Timur Tengah yang menimbulkan rasa nyaman membuat betah berlama lama i’tikaf.

Setelah pulang ke Indonesia menginspirasi melakukan renovasi di lingkungannya masing masing, dengan melibatkan ahlinya dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Karena sesuatu tanpa strategi perencanaan digambarkan seperti gerombolan oleh Imaam Syaikh Muhyiddin Hamidy. Sebagaimana gerombolan yang membawa  mudarat, begitu juga membangun tanpa perencanaan banyak mudarat dari mamfaatnya. Selain banyak mubazir dalam hal SDM, waktu, uang dan material. Karena tanpa ilmu di mana itu nanti akan diminta tanggung jawab di hadapan Allah.

Kualitas konstruksinya tidak bisa terukur secara ilmiah, serta sangat menyiksa melihatnya bagi orang yang yang memiliki sedikit ilmu tentang perencanaan. Karena kumuh, sumpek, dan tidak serasinya dimensi, warna, view bangunan, luas ruang terbuka hijau dengan lingkungan sekelilingnya. Biasanya bangunan bangunan yang dibuat tanpa perencanaan akan cepat dibongkar, selain karena mengganggu keserasian juga secara alami akan cepat rusak dan tertinggal perkembangan zaman yang mengarah pada efisiensi-efisiensi dalam perawatan dan operasionalnya.

Tentang kebersihan masjid,  Penulis masih ingat betapa sulitnya dahulu  membawa tamu ulama dari Timur Tengah untuk shalat ketika berkunjung ke Indonesia. Selalu berpindah-pindah mencari masjid yang bersih dan suci. Kadang tamu-tamu itu tidak shalat di masjid dan lebih memilih shalat di rumah atau hotel. Hal ini dikarenakan mereka sudah terbiasa bersih, jadi was-was bila melihat tempat wudhu, MCK atau ruang shalat tidak standar dalam hal kebersihan.

Adanya najis merupakan siksaan batin bagi yang sudah terbiasa suci. Memang masjid-masjid di Timur Tengah umumnya sangat bersih, rapi dan sanitasinya cukup baik. Baik itu masjid yang dikelola masyarakat maupun yang dikelola pemerintahan setempat.

Seperti kita maklumi bersama, negara-negara di Timur Tengah sebagian besar sudah mengadopsi standar kebersihan dan Sanitasi Internasional, di antaranya ISO TS 13027. Salah satu Standar kebersihan  yang dikeluarkan oleh Institut Standar Turki, satu-satunya negeri Muslim yang sertifikasi standar kebersihannya banyak dijadikan rujukan.

Hal ini dikarenakan pola kebersihan dan kerapian kekhalifahan Turki masih diadopsi dan dijadikan standar sampai sekarang. Secara khusus  sertifikasi ISO TS 13027 awalnya kebersihan dan sanitasi. Perusahaan yang memproduksi bahan makanan, restoran, restoran, kafe, perusahaan katering, rantai bahan makanan, perusahaan pengemasan makanan, perusahaan penyimpanan makanan, perusahaan logistik, sekarang meluas pada standar kebersihan dan sanitasi fasilitas umum

Ada beberapa faktor mengapa  pemukiman atau fasilitas kaum Muslimin jauh tertinggal kualitasnya dari saudara-saudara kita non-Muslim.

Pertama, faktor berpola pikir sekuler. yakni memisahkan dua amanah yang diberikan Allah sebagai tugas hidup ketika di dunia yaitu: amanah sebagai  Abdullah (hamba Allah) dengan amanah  terus menerus mereali­sasi dan meningkatkan  ketataan/taqareub ilallah. Dalam hal ini memelihara tugas-tugas kewajiban dari Allah yang harus dipatuhi. Memahami, menghayati, mengamalkan dan mendakwahkan kalimah Laa ilaaha illallah, kalimat tauhid atau ma’rifah kepada-Nya adalah tugas pokok seorang hamba Allah selain menjaga kewajiban kewajiban ubudiyah lainnya.

Amanah yang kedua tugas manusia adalah sebagai khalifah Allah di muka bumi, antara lain menyangkut tugas mewujudkan kemakmuran, keselamatan dan kebahagiaan hidup manusia di muka bumi. Itu dengan cara beramal shaleh, bekerja­sama, saling membahu menyiapkan fasilitas agar manusia merasa dimudahkan, nyaman, tenang dan aman dalam beraktivitas. Baik fisiknya maupun pedoman-pedomannya. Karena  seorang Muslim di mana saja dia hadir di muka bumi ini, diharapkan selalu memberi  rahmat dan kebaikan kebaikan. Konsep tugas yang kedua ini  secara lengkap sudah termaktub dalam Al-Quran dan Sunnah serta dicontohkan Rasulullah, para sahabat, tabi’in dan Muslimin di masa kejayaan peradaban Islam terdahulu.

Sejak tumbangnya kekhalifahan Turki, negeri-negeri Muslim dijajah orang orang kafir. Penjajah ingin berkuasa dan bercokol selamanya, baik secara fisik maupun pemikiran. Mereka membagi Tugas ubudiyah tetap diamanahkan untuk masyarakat negeri-negeri terjajah. Sementara tugas khalifah mereka yang mengatur dan harus tunduk kepada aturan-aturan yang mereka buat.

Celakanya lagi setelah mereka tidak lagi menjajah pola pikir ini tetap bercokol sampai sekarang di negeri-negeri Muslim. Yang berakibat turun-temurun menjadi penonton setia kemegahan dan kejayaan saudara-saudara kita non-Muslim. Bila ada yang tampil dengan standar yang megah akan dibully dengan ungkapan bermewah-mewah dan ungkapan-ungkapan  membangun fasilitas itu hanya masalah teknis yang seakan-akan tidak terikat dengan syariat dan Akidah.

Inilah dampak dari pola pikir sekuler, tidak  seimbang dalam mengamalkan tugas sebagai hamba Allah dan sebagai Khalifah. Tidakkah dia sadar bahwa Rasulullah ketika hijrah yang dibangun pertama adalah fisik Masjid Quba yang tata letak (master plannya) ditentukan Allah langsung melalui ilham. Rasulullah ikut serta langsung dalam peletakan batu pertama, ikut terlibat membawa bahan-bahan bangunan, hingga dipenuhi debu dan pasir. Bahkan shalat di Masjid Quba pahalanya sama dengan umrah.

Bagaimana dengan fasilitas lainnya? Fasilitas ekonomi adalah prioritas Nabi setelah membangun fisik masjid. Karena kekuatan finansial sangat dibutuhkan dalam pemberdayaan ummat. Allah menyuruh agar pribadi-pribadi Muslim kaffah dalam melaksanakan syariat. Sementara banyak sekali syariat yang memerlukan dana untuk pelaksanannya agar lebih khusuk dan sempurna, seperti haji, umrah, menikah, tarbiyah, aqikah, infak, zakat, shadaqah, mengangkat anak yatim, memerdekan budak, dan lain-lain.

Di sisi lain ajaran Islam sangat melarang Muslimin meminta-minta kepada manusia, tetapi memuliakan kedermawanan. Apalagi bicara syariat jihad, Al-Quran selalu menyatukan kekuatan harta dan diri (bi amwalikum wa anfusikum) sebagai syarat kesempurnaan berjihad.

Pasar Suqul Anshar yang berada di Madinah dekat dengan Masjid Nabawi  adalah bangunan fisik yang dibangun langsung oleh Rasulullah setelah selesai membangun Masjid Nabawi. Untuk Memobilisasi kekuatan ekonomi ummat Islam yang pada waktu itu ekonomi dimonopoli pasar yahudi. Dengan kegigihan sahabat dan keahlian para pedagang pasar milik yahudi bangkrut dan tutup. Sehingga lahirlah saudagar-saudagar Muslim besar dan ekonomi dikendalikan kaum Muslimin.

Pada zaman Khulafaur Rasyidin pembangunan masjid selalu diiringin dengan membangun pasar sebagai pusat ekonomi, dengan fasilitas-fasilitas lengkap yang mengikuti sunnah Nabi. Lalu, masihkah kita pantas menganggap membangun fasilitas pasar hanya teknis tidak ada kaitan dengan syariat?

Amalan Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin ini menunjukkan bahwa pasar memiliki arti penting bagi Islam. Idealnya kita pun mencontoh sunnah ini sebagai perwujudan sami’na wa ata’na kepada syariat. Kebenaran dan bekerjasama dalam mene­gakkan kesabaran justru akan terlihat dengan jelas di pasar.

Pasar sebagai fasilitas untuk merealisaisi pelaksanaan surat Al-’Ashr : 1-3. Karena itu para pendahulu kita sudah memberi contoh dengan cara membangun fasilitas yang lengkap. Bukan meratapi nasib, tercengang dengan kemajuan  dan mencela sistem orang. Namun masing-masing pribadi harus produktif, hadir secara nyata mengorbankan secara maksimal harta, tenaga, waktu dan pikiran untuk membangun  fasilitas jihad meninggikan kalimatullah.

Kegagahan dan wibawa Rasulullah dan para sahabat juga khalifah-khalifah dulu sampai kekhalifahan Turki Usmani, tidak hanya sebatas terlihat di mimbar atau kajian-kajian . Tetapi terlihat dan dirasakan langsung oleh manusia dengan tidak henti-hentinya membuka (taslim) lahan-lahan baru dakwah tauhid, penguasaan ekonomi, menciptakan teknologi-teknologi terbaru  dan ilmu pengetahuan. Ini mustahil bisa dilakukan bila membangun fasilitas tidak dikaitkan dengan syariat, yaitu bagian dari kepada Allah dan akan dibalas berlipat ganda.

Sehingga akan menjadi sekala prioritas dalam perjuangan dan yang harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh serta maksimal. Salah satu dalil yang kuat bahwa membangun fisik adalah bagian dari syariat Islam dan harus dilaksanakan dengan sungguh sungguh bukan sambilan yaitu hadis Rasulallah :

“Sesungguhnya di antara amal kebaikan yang mendatangkan pahala setelah orang yang melakukannya wafat adalah ilmu yang disebar­luaskannya, anak shaleh yang ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah yang dibangunnya untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan, sungai yang dialirkannya untuk kepentingan orang banyak, dan harta yang disedekahkannya.” (HR Ibnu Majah).

Dari tujuh  pahala yang akan terus mengalir tersebut, hampir semuanya membutuhkan sarana fisik untuk mengamalkan yaitu ilmu yang membutuhkan kampus atau lembaga pendidikan yang kuat, mushaf membutuhkan pabrik percetakan modern, pembangunan masjid, irigasi, penginapan, semua mustahil dapat dilakukan secara baik tanpa adanya fasilitas yang menunjang

Sengaja Penulis membahas ini agak panjang, dengan tujuan untuk memutus mata rantai generasi yang menganggap remeh jihad pembangunan fasilitas. Seakan-akan tidak ada kaitannya dengan aqidah dan tidak begitu penting. Yang penting akidah selalu di ulang-ulang, fasilitas hanya teknis katanya. Tentu saja akidah versi dia jauh dari yang diperintahkan  Allah dan dicontohkan Rasul-Nya dan prilaku khalifah-khalifah dahulu. Sehingga ke depan diharapkan lahir generasi pengganti yang berpola pikir lebih maju, jauh lebih kuat dan berkualitas.

Selain ahli ibadah juga mempunyai keterampilan mengatur dan memakmurkan bumi ini. Sebagaimana para pendahulu kita dahulu yang sudah meninggalkan fasilitas-fasilitas monumental, di antaranya bendungan-bendungan besar yang berusia ratusan tahun, yang sangat membantu meringankan  kesulitan manusia. Karena bila orang beriman yang membangun, orentasinya hanya untuk mengharapkan balasan di akhirat kelak atas amal shalehnya (amal jariyah). Jadi bukan orentasi bisnis memperkaya diri sendiri.

Karea itu, untuk menyiapkan fasilitas jihad bagi Islam dan Muslimin tidak ada kata-kata mewah atau bermegah-megahan. Sebagaimana dulu kuda-kuda, perisai dan teknologi yang terbaik selalu disiapkan sahabat dalam berjuang. Sehingga terlihat gagah dan berwibawa di hadapan manusia-manusia yang memusuhi Allah. Yang tidak kalah pentingnya pahala akan terus mengalir (pahala jariyah) selama fasilitas yang disiapkan untuk perjuangan tadi digunakan. Di sinilah perlunya fasilitas yang kita bangun berkualitas agar berusia puluhan atau ratusan tahun. Agar kita yang terlibat dalam pembangunan baik mendanai, merencanakan, melaksanakan, mengawasi atau mempermudah pelaksanannya, tetap mendapatkan pahala yang mengalir dari Allah walaupun jasad kita sudah hancur ditelan bumi (di dalam kubur).

Ayat mengingatkan, “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)” (QS Al Anfal : 60). (A/R8/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)