Oleh Bahron Ansori dan Kurnia Muhammad*
Jakarta, 24 Rabi’ul Awwal 1435/25 Januari 2014 (MINA) – Pagi itu, Ahad 19 Januari 2014, tim Mer C dari Jakarta tiba di Bandara Sam Ratulangi Sulawesi Utara tepat pukul 09.30 wita. Kurang lebih setengah jam, tim medis yang sudah melahirkan sejarah besar dengan mendirikan Rumah Sakit Indonesia (RSI) Gaza itu menunggu tim medis Makasar hingga pukul 11.15 wita dengan rencana menuju Kantor BASARNAS.
Setelah berkumpul dan saling melepas rindu, tim langsung menuju Kantor BASARNAS Manado. Di BASARNAS, tim Mer C mendapatkan informasi mengenai letak posko utama penanganan bencana banjir Manado, tepatnya di Kantor Walikota Manado.
Sekitar pukul 12.00 wita, tim medis itu, walikota beserta wakilnya bersiap untuk berkordinasi. Selepas kordinasi itulah tim Mer C segera diarahkan ke beberapa titik bencana di Kota Manado. Untuk memudahkan dalam memberi bantuan di lapangan, tim itu dipandu oleh RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia) Rescue Manado.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
Menurut tim Mer C, sepanjang perjalanan menuju titik bencana, terlihat para warga yang menjadi korban bahu-membahu bersama TNI membersihkan rumah dan jalanan yang tertutup lumpur. Gundukan sampah seperti pakaian, perabotan rumah dan serpihan genting serta tembok rumah yang hancur pun tertimbun lumpur. Jalan-jalan utama menjadi padat akibat timbunan lumpur dan sampah sehingga memperlambat sampai titik bencana.
Pukul 15.00 waktu setempat, tim akhirnya sampai di titik pengungsian pertama, tepat di Taman Makam Pahlawan Kai Ragi Weru. Di tempat itulah tim mulai memberikan bantuan medis kepada 20 pasien. Sebagian besar pasien itu berusia dibawah 18 tahun. Mayoritas pasien di titik pertama itu menderita penyakit dermatitis, cephalgia, hipertensi dan diare. Di titik ini juga, tim selesai menjalankan tugasnya sekitar pukul 16.30 wita.
Tanpa menunda-nuda, tim kemudian berlanjut menuju titik kedua dari bencana banjir tersebut yang terletak di Kampung Kumoraka, Kecamatan Werang. Di titik itu, tim memberikan bantuan kepada 30 warga. Mayoritas pasien di titik ini berusia dibawah 18 tahun. Para pasien di tempat ini kebanyakan menderita ISPA, hipertensi dan dermatitis. Sekitar pukul 18.15 wita, tim ke penginapan untuk melepas lelah.
Pembagian Tim
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Di hari kedua, Senin (20/1), untuk memaksimalkan memberikan bantuan kepada korban, tim Mer C dibagi menjadi dua. Tim pertama beranggota dr. Andi Fajar Wela dan Yan Adhitya Kusuma, sedang tim kedua dr. Rifki Hidayat dan dr. Fathul Rochman. Tim pertama bertugas melakukan survey ke Tomohon, wilayah yang terkena longsor. Sementara tim kedua melakukan mobile clinic bersama RAPI Rescue. Sekitar pukul 08.30 wita tim berangkat menuju posko utama untuk melakukan kordinasi dengan walikota dan jajarannya.
Setelah melakukan kordinasi, dengan kendaraan bermotor, tim pertama menuju dinas kesehatan Kota Manado untuk mengambil obat-obatan yang dibutuhkan pasien. Obat-obatan itu lalu dibawa tim pertama menuju daerah pengungsi di Tinoor, Tomohon. Kurang lebih 90 menit, tim sampai di tempat tujuan.
Tak mudah rupanya menuju tempat pengungsi di hari kedua itu. Meski jalannya beraspal, namun mendaki, licin dan rusak. Meski jalan sepertinya tak bisa dilalui, namun akses untuk mencapai lokasi masih bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat. Walau berat, akhirnya tim pertama sampai juga di lokasi. Bantuan medis pun segera diberikan.
Sementara itu, tim kedua bersama RAPI Rescue melakukan mobile clinic di Gereja GKBP Sidan Hosanna, Tikala Kumaran. Tak kurang 30 orang korban ditangani tim kedua itu. Sebagian besar pasien itu adalah wanita berusia di atas 18 tahun. Penyakit yang diderita antara lain; dermatitis, ISPA, hipertensi, dan diabetes mellitus. Setelah selesai memberikan pengobatan, tim melanjutkan perjalanan untuk memberi bantuan kepada korban di Sindulan, Manado Utara. Sekitar 30 pasien bisa ditangani dengan baik. Di lokasi kedua ini, jenis penyakit yang diderita pasien hampir sama dengan pasien di lokasi sebelumnya.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Memasuki hari ketiga, Selasa (21/1), tim Mer C melakukan kegiatan bersama dengan anggota Korem 131 Manado. Seperti hari sebelumnya, tim tetap dibagi dua dengan tugas sama seperti hari sebelumnya. Yang membedakan, tim kedua pada hari ketiga ini bekerja sama dengan FKPPI (Forum Komunikasi Putra-putri Purnawirawan Indonesia) menuju beberapa titik bencana di wilayah Manado Utara.
Sementara itu, tim pertama melakukan survey ke Kampung Merdeka, Dendengan Dalam. Dengan berjalan kaki, kurang lebih 30 menit untuk menempuh lokasi yang dituju. Menurut pengamatan tim, daerah yang dituju itu merupakan wilayah terparah yang diterjang bencana akibat luapan Sungai Tondano. Menurut penuturan korban, air meluap hingga mencapai ketinggian lebih kurang 4 meter. Akibatnya, sebagian besar rumah warga tenggelam. Beruntung, luapan air itu tak menelan korban jiwa.
Sekitar pukul 12.00 wita, tim pertama tiba di posko bencana, tepat di sebuah masjid di Kampung Merdeka. Selepas shalat Dzuhur, tim Mer C bersama tim Calcaneus Universitas Hasanudin (Unhas) memberikan bantuan medis kepada masyarakat sekitar. Menurut tim Mer C, penyakit yang diderita warga kebanyakan penyakit kulit dan ISPA. Jumlah pasien yang ditangani sekitar 20 orang. Tepat pukul 14.00 wita, bantuan medis selesai diberikan.
Kerjasama yang Baik
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Memasuki hari keempat, Rabu (22/1), baik tim pertama maupun tim kedua bergerak menggunakan kendaraan bermotor menuju daerah bencana. Tim pertama membuka posko di salah satu rumah warga di Kampung Merdeka. Tidak seperti hari sebelumnya, posko kali ini jauh dari masjid.
Untuk mempersiapkan perlengkapan bantuan, tim baru bisa membuka layanan medis pukul 10.00 – 12.30 wita. Di hari keempat itu, pasien yang datang berobat berjumlah 10 orang, dengan usia dibawah 18 tahun. Sebagian besar menderita penyakit kulit.
Sementara itu, tim kedua melakukan survey ke beberapa titik di Sario, Ketang Baru dan Tanjung. Namun kali ini tim kedua tidak memberikan bantuan medis karena di lokasi itu sudah banyak didirikan posko kesehatan.
Selesai melakukan tugas di lokasi masing-masing, semua tim kembali ke Korem untuk melakukan kordinasi. Kali ini yang menjadi tujuan survey adalah daerah Pakowa. Tim berangkat sekitar pukul 15.30 wita menggunakan dua motor. Perjalanan menuju Pakowa memakan waktu sekitar 35 menit. Tiba di lokasi, tim langsung memberikan bantuan kepada pengungsi di masjid yang ada di Pakowa.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Memasuk hari kelima, Kamis (23/1), dr. Wela dan dr. Fathul sudah kembali lebih awal ke Makasar. Sementara, dr. Rifki Hidayat dan Yan A Kusuma untuk sementara tetap di posko bencana. Sekitar pukul 14.00 wita, tim yang tersisa melakukan kunjungan kepada para warga untuk memeriksa kesehatan mereka.
Setelah itu, tim menuju Kampung Bugis di Kecamatan Dendengan dan tiba di tempat sekitar pukul 14.30. Tanpa mengulur waktu, tim segera memberikan bantuan medis kepada warga di sebuah posko yang didirikan warga setempat. Sekitar pukul 14.45-17.00 tim selesai menangani sekitar 50 orang.
Di posko itu, sebagian besar pasien berusia di atas 18 tahun. Salah satu pasien mengalami vulnus laserasi akibat terkena pecahan beling, dan segera ditangani. Selain itu, ada satu pasien lain terkena infeksi telinga akibat adanya corpus alienum.
Secara umum, menurut tim Mer C yang telah melakukan survey hingga hari keempat, ada beberapa kesimpulan yang bisa di ambil antara lain; pertama, respon pemerintah daerah dan jajarannya dalam hal tanggap bencana cukup baik. Kedua, akses untuk mendapatkan air bersih masih terjangkau. Ketiga, tim kesehatan di tingkat lokal sudah banyak yang turun langsung ke posko bencana. Keempat, rumah sakit tidak terkena dampak dari bencana banjir sehingga masih bisa dimanfaatkan untuk menampung pasien.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Perjuangan tim Mer C dalam membantu para korban bencana banjir Manado dan beberapa daerah lainnya di Indonesia, semestinya menjadi teladan bagi tim medis lain untuk terus berjibaku tak kenal lelah, tak membeda-bedakan suku bangsa dan agama, mencurahkan segenap tenaga dan pikiran demi membantu saudara yang sedang terkena musibah.(L/R2/P012/E01).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Anda juga dapat mengakses berita-berita MINA melalui handphone.
*Redaktur dan Reporter MINA
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel