Jakarta, MINA – Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) dr. Henry Hidayatullah menyatakan, pihaknya tetap berkomitmen dalam menjalankan dan memperjuangkan misi kemanusiaan serta tidak akan pernah berhenti melaksanakan misi-misi kemanusiaan itu.
“Prinsipnya, kita tidak berhenti gara-gara suatu isu, kita tetap berjalan sebagaimana arah perjuangan kita dalam misi kemanusiaan,” kata Henry yang ditemui MINA usai acara Musyawarah Besar ke-5 MER-C di Cibubur, Jakarta Timur, Ahad (27/1).
Henry mengatakan, MER-C yang berjuang di bidang kesehatan, sudah sering terlibat dan terjun langsung dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan, seperti bencana alam yang terjadi di Indonesia, yakni Gempa Lombok, Gempa, Tsunami, Likuifaksi di Palu, Tsunami Selat Sunda dan lain-lain.
Selain itu, MER-C juga berpartisipasi dalam membantu korban-korban konflik dan perang, yaitu dengan membangun rumah sakit di sana. Saat ini, MER-C telah membangun Rumah Sakit (RS) Indonesia di Jalur Gaza Palestina dan sedang membangun RS Indonesia di Rakhine, Myanmar.
Baca Juga: Fun Run Solidarity For Palestine Bukti Dukungan Indonesia kepada Palestina
Ia menyatakan dengan membangun Rumah Sakit Indonesia di kedua negara tersebut merupakan misi diplomasi kemanusiaan yang membedakan antara MER-C dan lembaga-lembaga lain.
“Jadi misi diplomasi kemanusiaan itulah yang seriang membedakan kita dengan lembaga lain, contoh misalnya Rumah Sakit Indonesia di Gaza, apa hubungannya Rumah Sakit Indonesia karena itu bentuk diplomasi kemanusiaan dan ternyata manfaatnya sangat besar,” ucapnya.
Henry juga mengungkapkan, MER-C juga tengah membangun rumah sakit di Maluku Utara, tetapi sejauh ini ada beberapa kendala dalam proses pembangunannya.
“Meskipun tanah dan sebagian fisik bangunan sudah ada, tapi kendala yang dihadapi MER-C terutama masalah Sumber Daya Manusia (SDM), nah SDM inilah kita masih kendala untuk bagaimana bisa mengontrol proses pembangunan yang dijalankan,” katanya.
Baca Juga: KNEKS Kolaborasi ToT Khatib Jumat se-Jawa Barat dengan Sejumlah Lembaga
Netral dan Sukarela
MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) adalah organisasi sosial kemanusiaan yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan medis dan mempunyai sifat amanah, profesional, netral, mandiri, sukarela, dan mobilitas tinggi.
MER-C bertujuan memberikan pelayanan medis untuk korban perang, kekerasan akibat konflik, kerusuhan, kejadian luar biasa, dan bencana alam di dalam maupun di luar negeri.
Organisasi ini dibentuk oleh sekumpulan mahasiswa Universitas Indonesia yang berinisiatif melakukan tindakan medis untuk membantu korban konflik di Maluku, Indonesia Timur pada Agustus 1999.
Baca Juga: [BEDAH BERITA MINA] ICC Perintahkan Tangkap Netanyahu dan Gallant, Akankah Terwujud?
MER-C berasaskan Islam dan berpegang pada prinsip rahmatan lil’aalamiin. Dengan prinsip rahmatan lil alamin, MER-C memberi rahmat dalam hal ini pertolongan kepada semua makhluk baik personal maupun kelompok tanpa melihat latar belakang, agama, mazhab, harakah, kebangsaan, etnis, golongan, politik, penjahat/bukan, pemberontak/bukan, melainkan atas dasar urgensi, yaitu “untuk menolong orang-orang yang paling membutuhkan dan terlantar.
Dalam perjalanannya, MER-C telah menjalankan misi kemanusiaannya baik di dalam maupun luar negeri, seperti ke Afghanisan, Irak, Iran, Palestina, Lebanon Selatan, Kashmir, Sudan, Filipina Selatan, Thailand Selatan dan lain-lain.
Begitu juga ketika mengawal kesehatan Ust. Abu Bakar Baasyir, Ust. Abu Jibril, almarhumah istri almarhum panglima GAM Ishak Daud, orang-orang yang dipenjara karena tervonis “teroris” (almarhum Imam Samudera, Amrozi, Ali Gufron dan lain-lain) dan narkoba, serta Komjen Pol. Susno Duaji.(L/Haf/R01)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berawan Tebal Jumat Ini, Sebagian Hujan