MER-C TERIMA PENGHARGAAN ‘PESAN INDONESIA KEPADA DUNIA’ DARI KEM. KOMINFO DAN ISKI  

 

ketua Presidium MER-C, Henry Hidayatullah, saat di wawancarai MINA
ketua Presidium , Henry Hidayatullah, saat di wawancarai MINA

Wawancara Eksklusif MINA dengan dr. Henry Hidayatullah, Ketua Presidium Lembaga Kemanusiaan MER-C (Medical Emergency Rescue – Committee).

Ketua Presidium Lembaga Kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), dr. Henry Hidayatullah menyatakan rasa terimakasih kepada pemerintah dan masyarakat, atas kesetiaan dan kepercayaan yang telah diberikan kepada MER-C dalam menangani tugas kemanusiaan di daerah konflik maupun bantuan non konflik kepada masyarakat, di dalam maupun di luar negeri.

MER-C telah menerima ‘Pesan Indonesia kepada Dunia’ dalam ajang Anugerah Komunikasi Inodnesia (AKI) yang digelar Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (), awal pekan ini. Sebanyak tujuh insan dan lembaga yang dinilai telah berkomunikasi positif di ruang publik, menerima AKI, MER-C adalah salah satu penerima penghargaan itu.

Dr. Henry menyatakan penghargaan yang diperoleh MER-C adalah hasil kerja bersama dan relawan-relawan yang selalu setia bersama dan masyarakat yang selalu memberikan kepercayaan kepada MER-C atas bantuan yang disalurkan untuk masyarakat di daerah-daerah konflik dan di daerah-daerah bencana.

MER-C sebagai lembaga kemanusiaan tetap semangat untuk berkarya memberikan manfaat bagi semua orang tanpa memandang ras, agama dan sikap politik.

Apa saja harapan MER-C ke depan untuk mengemban amanah ini ? Berikut wawancara wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Septia Eka Putri dan Ketua Presidium MER-C dr. Henry Hidayatullah, yang berlamgsung Kamis petang di Rumahsakit Pusat Pertamina di Jakarta Selatan.

MINA: Apa makna penghargaan ‘Pesan Indonesia kepada Dunia’  ini bagi MER-C ?

Henry Hidayatullah (MER-C): Ya, Anugerah Komunikasi Indonesia (AKI) itu ada beberapa kategori di antaranya ‘Pesan Indonesia kepada Dunia’. Sebenarnya siapa saja yang menjadi nominator kami tidak tahu, kami coba menerka-nerka saja. Yang disampaikan Ketua AKI adalah bahwa  aktifitas-aktifitas MER-C, yang menunjukkan Peran Indonesia di Mata Dunia,  meskipun masyarakat Indonesia sendiri masih dalam kondisi susah. Tapi apa yang kita lakukan ternyata memberikan pesan bahwa Indonesia masih peduli, nah,  segi itu yang mereka nilai. Sementara dari kami sendiri, itu memang sudah menjadi ranah kita kerja, ranah kita melakukan kegiatan kemanusiaan, tapi kemudian ternyata ada apresiasi sendiri. Menteri Kominfo Rudyantara yang menyampaikan bahwa, kami mendapatkan penghargaan itu. Sebenarnya ini di luar dugaan. Penghargaan ini pertama kali diadakan.

MINA: Berbicara prestasi MER-C, seperti apa MER-C di mata masyarakat sehingga mendapatkan penghargaan ini?

Henry Hidayatullah : Sekali lagi, bahwa yang kita cari bukan itu, itu hanya bentuk apresiasi orang ketika melihat seseorang atau lembaga yang melakukan kegiatan yang menyentuh, misalnya atau ternyata memberikan dampak dengan indikator tertentu. Bahwa eksistensi masyarakat Indonesia di mata dunia masih tampak jelas dan itu mereka lihat ada di MER-C. Itu yang kemudian membuat kita sangat hargai. Kita sangat bersyukur terhadap apresiasi pada apa yang kita lakukan, dan itu bentuk apresiasi masyarakat. Lalu apa benyuk  apresiasi lainnya dari masyarakat? Adalah masyarakat  masih mempercayakan dana-nya kepada MER-C untuk disalurkan. Jadi bentuk apresiasi mereka, berbentuk kepedulian, dan kepercayaan pada MER-C untuk menyalurkan bantuan merekan. Kan  sekarang banyak lembaga yang menerima bantuan, tapi tentunya masyarakat memilih lembaga yang bisa menyalurkan bantuan mereka sesuai harapan mereka. Nah mungkin mereka melihat MER-C. Kenapa bisa saya sampaikan seperti itu? Salah satu contoh adalah  pengumpulan donasi untuk membangun RS Indonesia di Gaza. Besar dana terkumpul total akhir mencapai Rp. 120 miliar dan itu dari masyarakat. Jadi respon dan kepercayaan itulah yang masyarakat berikan kepada MER-C. Artinya bukan tiba-tiba masyarakat memberikan dananya kepada MER-C, tapi proses perjalanan panjang. Kita tidak ada pemberitan hoax, ini penting, tranparansi bekerja, dana, ini yang kita tekankan di organisasi ini. Tidak hanya darmawisata kemanusiaan, foto-foto kemudian pulang, tidak, ini adalah kerja nyata untuk memberikan manfaat kepada masyarakat. Apa yang kita lihat, apa yang kita dengar itulah yang kita informasikan. Tidak mengabarkan melakukan operasi seratus, sementara yang kita lakukan dua real nya, gakk, kalau dua yang kita lakukan, ya kita informasikan dua. Kita mencoba berjalan di atas track itu, harus clear dalam masalah itu, atas sebab itu masyarakat bisa percaya pada MER-C.

MINA: Bagaimana MER-C mendapat kepercayaan masyarakat dan pemerintah ?

Henry Hidayatullah : Begini, kita melakuikan sebuah kegiatan berdasarkan penilaian pada suatu hal, bukan berdasarkan kepada projek. Jadi bagi kita, apa sih program yang pas buat masyarakat? Sekali lagi, azaz manfaat bagi masyarakat itu yang kita lakukan. Yang kedua adalah politik kemanusiaan, kita melakukan politik untuk menyelamatkan kemanusiaan. Nah, ini penting, karena peranan itu harus dimainkan, sehingga ada nilai nilai kemanusiaan, ada kepedulian. Kemudian misalnya begini, menginisiasi orang untuk ikut peduli, menginisiasi pejabat atau pemerintah untuk ikut berperan. Mungkin saja mulanya mereka tidak sadar, ini peranan politik kemanusiaan, jadi intinya mengajak orang lain untuk peduli.

MINA: Apa program ke depan serta harapan?

Henry Hidayatullah : Yang jelas, pasti semua orang targetnya menjadi lebih baik, tentunya kita akan memperbaik internal kita dan eksternal. Internal otomatis yang berkaitan dengan kerelawaan untuk terjun kelapangan, bagaimana kemudian kita menyiapkan masyarakat lebih percaya kepada donasi yang kita sampaikan. Ini kan perlu pembenahan,  Sumber Daya Alam (SDM), pendanaan, harus kita perbaiki. Saya tidak  menafikan ada relawan yang belum mencapai kerelawaan yang sebenarnya, serta misi dan visi belum dapat, nah, ini tentunya koreksian untuk kita. Kemudian eksternal, tentunya terkait dengan dunia kemanusiaan pada umumnya. Memang kesulitannya adalah ketika kita mengambil ranah-ranah kemanusiaan dan itu berbaur politik, maka peran kita adalah menyadarkan bagaimana tidak terus terjadi tragedi kemanusiaan, Lagi-lagi politik kemanusiaan. Contohnya begini. Ada pengungsian akibat peperangan, pengungsian ini, ditanganin gak? Ditangani, tapi kalau perangnya terus terjadi ? Sebenarnya pengungsian ditangani, tapi lebih bijak lagi, kalau kita memberikan saran, perang dihentikan. Intinya itu.

MINA:  Prluasan peran  MER-C seperti di Sorong ?

Henry Hidayatullah : Kita tidak terlepas dari visi dan misi, kita dasarnya adalah organisai kemanusiaan yang bergerak di bidang medis, kemudian, cord nya memang medis, walaupun kemudian bisa juga merambah ke dunia lain untuk kepentingan kemanusiaan. Sementara itu untuk program-program yang berjalan, kalau untuk di daerah Indonesia Timur, hanya melanjutkan program yang sudah ada sebelumnya. Yaitu  kerjasama yang  namanya klalin di daerah Sorong,  pengobatan, kemudian di klining mobile klinik plus pendidikan. Kerjasama dengan teman teman yang ada di NU, mereka sangat membutuhkan itu, tidak hanya kesehatan tapi juga pendidikan, belum lagi berbicara tentang lingkungan.

MINA: Program MER-C di Myanmar ?

Henry Hidayatullah : Problem di Myanmar adalah kaum yang hampir dibilang tidak memiliki atau tidak diakui kewarganegaraannya oleh pemerintah setempat, sehingga mereka kesulitan dalam pendidikan, kesulitan dalam mengakses kebutuhan-kebutuhan dasar  lain dalam kehidupan mereka. Ini sebenarnya yang ingin kita sampaikan kepada Pemerintah Indonesa untuk bisa memainkan peran sebagai leader di ASEAN, sehingga mereka dapat diberikan bantuan. Yang kedua, kemaren kita sudah memberikan Ambulance untuk Rakhine State. Kemudian direncanakan mendirikan  Indonesia Healt Center. Kita tahu lingkungan Myanmar itu seperti Indonesia 20 tahun lalu, memang perlu “dibantu” apalagi melihat kondisidi beberapa daerah tertentu memang lebih parah dari Indonesia. Dan ini menyangkut bahwa di sana ada  kaum muslimin-nya, ada kaum budha-nya. Sekali lagi dalam kemanusiaan, kita kan tidak memilah milah  berdasarkan  agama, ras, aliran politik. Ada sesuatu yang perlu diprioritaskan bahwa ada yang perlu dibantu di sana. Untuk pembangunan health center itu masih di-desain, masih perlu direvisi, belum sampai kepada penghitungan berapa nominal persisnya dana yang diperlukan, masih diskusi. Karena itu kan nanti, akan menyangkut program bagaimana kita mengkampanyekan program ini. Kemudian menyangkut tahap pelaksanaan nanti, hampir mirip seperti ketika membangun rumahsakit di Gaza, tapi bedanya, akses ke Gaza lebih susah. Mungkin di Myanmar akan banyak kerjasama dengan orang lokal, kalaupun toh ada, tenaga dari  Indonesia hanya untuk supervisi saja. Toh ada orang Indonesia yang bergerak di bidang kontraktor yang sudah lama beroperasi di negara itu, jadi kita bisa berkerjasama dengan mudah. (L/P007/Widi-P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0