MER-C UPAYAKAN DIPLOMASI KEMANUSIAAN MELALUI INDONESIA HEALTH CENTER

IMG_6363
Ketua Tim ke-3 untuk , (kedua dari kanan) saat Konferensi Pers di Gedung MER-C. (Foto: Putri/MINA)

Jakarta, 20 Dzulqa’dah 1436/4 September 2015 (MINA) – Lembaga kemanusiaan Medical Emergency Rescue-Committee (MER-C) melalui program pembangunan berupaya melakukan Diplomasi dan Politik Kemanusiaan dalam rangka mengurangi dampak perang dan mencegah jatuhnya korban jiwa.

“Melalui program pembangunan Indonesia Health Center di Myanmar, kami berupaya untuk melakukan diplomasi kemanusiaan. Hal ini dilakukan guna mencegah atau setidaknya mengurangi jumlah korban yang berjatuhan akibat konflik. Upaya ini sebenarnya sudah kami lakukan sejak terjadinya konflik di Ambon,” kata Ketua Tim ke-3 MER-C untuk Myanmar, Joserizal Jurnalis saat Konferensi Pers di Gedung MER-C, Jakarta Pusat, Jumat (4/9) siang.

Joserizal mengungkapkan, program pembangunan Indonesia Health Center di wilayah konflik Myanmar yang akan dikerjakan MER-C telah mendapat respon positif dari berbagai pihak.

“Salah satu yang merespon positif program ini adalah pemerintah Myanmar. Bahkan yang mengusulkan lokasi yang akan menjadi tempat dibangunnya Indonesia Helath Center adalah pemerintah Rakhine State,” imbuhnya.

Hal itu, lanjut Joserizal, tentu menjadi pertimbangan utama, mengingat tempat yang diusulkan adalah wilayah yang strategis. “Pertimbangannya adalah di Mrauk U yang merupakan wilayah strategis, karena di sana ada komunitas dan komunitas yang bisa hidup berdampingan, walaupun ada juga internal displacement,” ujarnya.

Lebih lanjut, Joserizal menyatakan pihaknya akan memberikan perhatian khusus pada Myanmar mengingat di negara itu sedang terjadi konflik etnis dan stateless terhadap warga Muslim yang tidak terbatas hanya etnis Rohingya.

“Kami juga menetapkan wilayah ini sebagai wilayah misi jangka panjang melalui program pembangunan Indonesia Health Center ini,” kata alumnus Universitas Indonesia (UI) itu.

Pada kesempatan itu, dia berharap dengan dibangunnya Indonesia Health Center bisa menjadi media berbaur masyarakat Muslim dan Budha di wilayah itu. “Layaknya sekolah Indonesia di Minbya yang menjadi sarana berbaur komunitas Muslim dan komunitas Budha, pun demikian dengan pembangunan ini diharapkan bisa mendorong upaya rekonsiliasi di Myanmar,” pungkasnya.

Wilayah Pembangunan

Lahan yang disediakan pemerintah Rakhine State di Mrauk U memiliki luas 4.000 meter persegi yang terletak di antara desa Muslim bernama Site yang berpenduduk sekitar 650 jiwa dan desa Budha bernama Nanja yang berpenduduk sekitar 1.700 jiwa.

Di Rakhine State, seluruh tanahnya adalah milik negara Myanmar. Pada Jumat (28/8) lalu, Tim MER-C langsung melakukan proses pembebasan lahan dengan membayar ganti rugi sebesar 1,6 juta kyat atau sebesar 17,6 juta rupiah kepada tiga orang petani penggarap bertempat di Kantor Pemerintah Daerah setempat.(L/P011/P007/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rendi Setiawan

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0