Gaza City, 22 Rabi’ul Awwal 1435/24 Januari 2014 (MINA) – Pemerintah Mesir hanya mengizinkan masuk empat bus dari Jalur Gaza melalui perlintasan Rafah, sementara tujuh bus diminta untuk kembali ke daerah yang diblokade itu sejak perlintasan dibuka pada Selasa lalu.
Letnan Kolonel Ismail Abu Al-Jbeen, Direktur Pelayanan Administrasi Palestina di Rafah menegaskan, persimpangan Rafah, menghubungkan perbatasan Rafah (Mesir) dengan Jalur Gaza (Palestina) beroperasi secara lambat, Kantor Berita Palestina Al-Ray melaporkan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat.
Bahkan pihak Mesir di perlintasan Rafah sempat mengumumkan perlintasan Rafah yang biasa digunakan warga Palestina melintasi perbatasan ditutup sementara akibat gangguan jaringan komputer.
Baca Juga: Israel kembali Serang RS Kamal Adwan, Sejumlah Fasilitas Hancur
Menurut catatan, kerusakan jaringan komputer sering kali terjadi di perlintasan Rafah, yang mengorbankan para musafir yang hendak berangkat dari Gaza.
Abu al-Jbeen menunjukkan prioritas yang diijinkan melintasi Rafah bagi orang-orang yang mendaftar untuk melakukan perjalanan hingga 30 Januari mendatang. Untuk kembalinya bus keluar Gaza menuju Mesir, menuntut musafir yang terdaftar hadir di gerbang perlintasan sejak pukul 7:00 pagi waktu setempat.
Otoritas Mesir membuka perlintasan Rafah di kedua arah selama tiga hari sejak Selasa (21/1) pagi setelah ditutup 12 hari berturut-turut.
Pernyataan itu menekankan bahwa pihak Mesir akan memberikan prioritas bagi para pasien, pemegang kewarganegaraan asing, dan warga negara Mesir.
Baca Juga: RSF: Israel Bunuh Sepertiga Jurnalis selama 2024
Pihak Mesir juga telah memberitahukan kepada pemerintah Palestina bahwa perlintasan Rafah akan kembali dibuka pada Ahad dan Senin depan hanya bagi jamaah haji yang akan melakukan Umrah.
Dilaporkan, jumlah warga terlantar di kedua sisi perbatasan itu meningkat. Pemerintah Palestina meminta pihak berwenang Mesir untuk mengindahkan panggilan ribuan warga Palestina yang terlantar, terutama mereka yang tinggal di negara lain.
Sejak militer menggulingkan Muhammad Mursi, presiden pertama Mesir yang dipilih secara sah, militer Mesir telah memperketat kontrol perbatasan dengan Jalur Gaza.
Rafah adalah satu-satunya cara sekitar 1,8 juta penduduk Gaza agar dapat masuk ke dunia luar setelah tujuh tahun diembargo penjajah Israel terhadap daerah kantong Palestina itu dan terus berlanjut hingga sekarang.
Baca Juga: Al-Qassam Sita Tiga Drone Israel
Kebijakan militer Mesir tersebut telah menjadikan ribuan orang yang akan keluar dan masuk Jalur Gaza-Mesir terlantar di perbatasan kedua negara itu (Palestina-Mesir).
Blokade penjajah Israel dan kebijakan penutupan Rafah oleh Mesir telah membatasi impor dan ekspor dari Jalur Gaza sehingga menyebabkan krisis kemanusiaan serta sulitnya memperoleh kehidupan yang layak bagi warga Gaza. Penutupan total Rafah ternyata menjadikan Jalur Gaza sebagai “penjara terbesar di dunia”. (T/P02/R2).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Parlemen Inggris Desak Pemerintah Segera Beri Visa Medis untuk Anak-Anak Gaza