MESIR TAK NYAMAN DENGAN REKONSILIASI TURKI-ISRAEL, PEMBICARAAN SOAL GAZA

Bendera Turki dan Israel
Bendera dan . (Dok. Sabah Daily)

Istanbul, 29 Rabi’ul Awwal 1437/9 Januari 2016 (MINA) – Pemerintah meminta klarifikasi Israel mengenai kemajuan terakhir dalam pembicaraan dengan Turki.

Harian Israel, Haaretz, pada Jumat (8/1) mengutip para pejabat senior Israel yang tak disebutkan namanya yang mengatakan, Mesir menyatakan keberatan sehubungan pemberian peran kepada Turki di Jalur Gaza dan menanyakan komitmen Israel untuk melonggarkan pembatasan dalam blokade yang dikenakan pada Gaza, demikian laporan Sabah Daily, seperti dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Pejabat Kementerian Luar Negeri Senior Mesir bertemu dengan Duta Besar Israel Haim Koren dan bertanya “apakah laporan ini benar, apakah Israel dan Turki memang hampir mencapai rekonsiliasi”.

Kuasa usaha sementara di kedutaan Mesir di Tel Aviv menyampaikan pesan yang sama dalam sebuah pertemuan dengan para pejabat senior Departemen Luar Negeri di Yerusalem. Mesir menyatakan keberatannya terhadap konsesi Israel kepada Turki dalam masalah Jalur Gaza.

Harian Haaretz juga mengutip pejabat Israel senior lainnya yang mengatakan, krisis antara Mesir dan Turki merupakan salah satu faktor yang membuat sulit untuk berdamai dengan Turki.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Emmanuel Nahason menegaskan, Mesir telah meminta klarifikasi dari Israel mengenai kemajuan dalam pembicaraan dengan Turki.

“Dalam rangka dialog kami dengan Mesir, ada juga beberapa pembicaraan tentang Turki. Mesir ingin tahu sampai sejauh mana hasil pembicaraan,” katanya

Hubungan bilateral Turki-Israel secara dramatis memburuk ketika armada kedua yang diselenggarakan Gerakan Internasional Gaza Bebas dan lembaga swadaya masyarakat Turki Yayasan Bantuan Kemanusiaan (IHH), yang dikenal sebagai armada Kebebasan Gaza, diserbu pasukan Israel di perairan internasional pada 2010.

Sepuluh orang tewas, dan 55 lainnya menderita luka-luka dalam serangan di kapal utama armada ini, Mavi Marmara. Sejak itu, upaya untuk membangun kembali hubungan antara Turki dan Israel terus berlanjut, namun Ankara menegaskan bahwa semua kondisi yang harus dipenuhi, termasuk mengakhiri blokade Gaza dan kompensasi untuk para aktivis Turki yang tewas dalam serangan Mavi Marmara.

Satu-satunya syarat yang telah dipenuhi Israel adalah permintaan maaf Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas serangan pada 2013.

Juru bicara presiden, İbrahim Kalin, baru ini mengatakan dalam suatu konferensi pers di Ankara bahwa Israel harus memenuhi tiga syarat Ankara untuk menormalkan hubungan kedua negara dan Turki tidak akan mengambil langkah mundur mengenai perjuangan Palestina dalam pembicaraan dengan Israel.

“Turki akan terus memainkan perannya sampai solusi dua negara tercapai, dan orang-orang Palestina memiliki negara sendiri. Perdamaian tak akan tercapai di wilayah itu tanpa menyelesaikan masalah Palestina,” kata Kalin. (T/R07/P001)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Widi Kusnadi

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.