MINYAK ISIS DI ANTARA TURKI, SURIAH, BARAT DAN ISRAEL

Militan Islamic State (ISIS) amankan ladang minyak. (Foto: dok. AffairToday.com)
Militan Islamic State () amankan ladang . (Foto: dok. AffairToday.com)

Oleh: Rudi Hendrik, wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Presiden Rusian Vladimir Putin dan Presiden Recep Tayyip Erdogan saling baku hantam di media. Perang kata-kata atas tuduhan bahwa Turki adalah pembeli minyak yang diselundupkan oleh Islamic State (ISIS/Daesh), menjadi pemberitaan utama media-media dunia.

Hingga Senin, 30 November 2015, di pertemuan KTT iklim di Paris, kedua pemimpin ini turut hadir dan masih saling serang kata, keduanya pun ogah saling bertemu.

Perang ini bermula setelah jet tempur F-16 Turki menembak jatuh jet Su-24 Rusia yang oleh militer Turki diklaim telah melanggar wilayah udara perbatasan.

Setelah itu, Putin menuduh Turki menembak jatuh pesawat Rusia karena ingin melindungi jalur pasokan minyak ISIS yang diselundupkan masuk ke wilayah Turki.

“Saat ini kami telah menerima informasi tambahan yang menyatakan bahwa minyak dari deposit yang dikendalikan oleh militan Islamic State memasuki wilayah Turki pada skala industri,” kata Putin di sela-sela KTT perubahan iklim di Paris.

“Kami memiliki setiap alasan untuk yakin bahwa keputusan menjatuhkan pesawat kami, didasari keinginan untuk menjamin keamanan rute pengiriman minyak ini, menuju pelabuhan tempat keberadaan tanker mereka,” katanya.

Presiden Turki Tayyip Erdogan pun balas menyerang klaim yang disebutnya sebagai ‘fitnah’, dan berani menantang, jika ada bukti bahwa Turki bekerja sama dengan ISIS, ia akan mengundurkan diri.

“Kami jujur ​​tidak membeli minyak dari teroris. Jika terbukti pada kenyataannya kami melakukannya, saya akan melepas jabatan,” katanya yang dikutip oleh kantor berita Rusia, TASS.

Bahkan beberapa hari sebelumnya, Erdogan membalas Putin dengan mengatakan, “Daesh (ISIS) menjual minyak yang mereka bor kepada (Presiden Suriah Bashar) Al-Assad. Bicaralah kepada Assad yang Anda dukung.”

Jadi, apakah tidak ada bukti bahwa Turki adalah pembeli minyak yang diselundupkan oleh ISIS?

Bukan rahasia lagi, ISIS mendulang uang dari ladang minyak yang dikuasainya di Suriah dan Irak. Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) baru-baru ini mengatakan dalam konferensi keamanan di Aspen, ISIS mendulang $ 500 juta per tahun dari pendapatan minyak.

“Awal tahun ini (ISIS) menghasilkan sekitar $ 40 juta dalam satu bulan dari penjualan minyak. Jadi, jika Anda ingin memperkirakan, Anda bisa mendapatkan angka sekitar $ 500 juta dalam setahun, dan ini semua hasil untuk internal (ISIS),” kata David Glaser, Asisten Sekretaris Keuangan AS bidang pendanaan teroris.

Analis keamanan mengatakan, pasar gelap Barat buka pintu untuk minyak ISIS.

Pada bulan September 2015, ISIS berhasil merebut ladang minyak besar terakhir yang ada di bawah kendali pemerintah Suriah di daerah gurun utara kota kuno Palymra dan daerah ladang gas alam utama Suriah.

Sejak mengambil alih ladang minyak utama Suriah dan Irak tahun lalu, ISIS telah mengembangkan perdagangan gelap dalam penjualan minyak.

Banyak pengamat keamanan yakin, ada pasar gelap yang besar untuk minyak ISIS di negara-negara Barat.

“Penaklukan barbar Islamic State dibiayai oleh kolaborator di antara kalangan bisnis dan keuangan dari Barat,” tulis Dr Norman Bailey dari Pusat Penelitian Keamanan Nasional dan Geostrategi di Universitas Haifa, Israel.

“Pembeli dapat segera ditemukan di Barat dan truk tanker diizinkan mencapai pelabuhan di mana kapal tanker minyak menunggu untuk memuatnya,” katanya.

“Semua ini memerlukan kesiapan, kesediaan dan kemampuan berkolaborasi di antara kalangan bisnis dan keuangan dari Barat serta negara-negara sekitarnya,” kata Dr Bailey, tapi ia enggan menyebutkan nama pelabuhan atau negara yang terlibat.

“Ini bukan tempat untuk menyebut nama, tapi pembeli, fasilitator dan pemodal tidak sulit untuk diidentifikasi, sehingga jika lawan Islamic State benar-benar serius melakukan sesuatu, bersama dengan sekali serangan bom, ISIS bisa kekurangan dana,” katanya.

Sementara politisi oposisi Turki mengklaim ISIS menyelundupkan $ 800 juta minyak.

Pada Juni 2014, anggota oposisi parlemen Turki, Ali Edibogluan, mengklaim ISIS telah menyelundupkan minyak senilai $ 800 juta ke Turki dari Suriah dan Irak, menurut situs Al Monitor.

Ia mencontohkan ladang minyak di Rumaila di Suriah utara dan di dekat Mosul, Irak. Ia mengatakan ISIS telah meletakkan pipa yang memungkinkan untuk mentransfer minyak ke Turki dan merubahnya menjadi uang tunai.

“Kerjasama Turki dengan ribuan orang bermentalitas seperti itu sangat berbahaya,” kata Edibogluan.

“Pipa serupa ada juga di (wilayah perbatasan Turki) Kilis, Urfa dan Gaziantep. Mereka mengambil minyak dari kilang tanpa biaya. Dengan cara primitif, mereka menyuling minyak di daerah dekat perbatasan Turki dan kemudian menjualnya melalui Turki,” ujarnya.

Pernyataan mantan anggota parlemen Irak pun mendukung klaim tersebut.

“Dalam delapan bulan terakhir (ISIS) berhasil menjual minyak senilai $ 800 juta di pasar gelap Turki. Ini adalah minyak Irak dan minyak Suriah, dan ini dibawa oleh truk dari Irak, dari Suriah, melalui perbatasan ke Turki dan dijual dengan harga kurang dari 50 persen dari harga minyak internasional,” kata Mowaffak Al Rubaie dalam sebuah wawancara dengan saluran Rusia, RT.

Rubaie mengungkapkan, minyak ISIS selalu dijual di kisaran harga $ 21-22 per barel, baik untuk wilayah Turki atau ke pelabuhan Jihan yang kemudian dikirim melalui pipa ke Mediterania untuk dijual ke pasar internasional.

“Uang dan dolar yang dihasilkan dengan menjual minyak Irak dan Suriah di pasar gelap Turki, laksana suplai oksigen kepada ISIS dan operasinya. Setelah Anda memotong oksigen maka (ISIS) akan mati lemas,” katanya.

Mantan anggota parlemen Irak itu menegaskan, tidak ada keraguan bahwa pemerintah Turki tahu tentang operasi penyelundupan.

“Para pedagang, pengusaha (membeli minyak) di pasar gelap Turki di bawah hidung, di bawah naungan badan intelijen Turki dan aparat keamanan Turki,” katanya kepada RT.

Bahkan, Rubaie menuduh Turki menyediakan perawatan medis untuk anggota ISIS di rumah sakit Turki di sepanjang perbatasan dengan Suriah, bahkan di Istanbul.

“Ada petugas keamanan yang bersimpati dengan (ISIS) di Turki,” katanya.

“Mereka memungkinkan ISIS untuk pergi dari Istanbul ke perbatasan dan menyusup ke Suriah dan Irak. Tidak ada organisasi teroris yang dapat berdiri sendiri, tanpa negara tetangga membantunya. Dalam hal ini Turki.”

Politisi Irak itu mendesak Turki untuk tampil bersih dan bergabung dengan upaya internasional dalam menghancurkan ISIS.

Outlet berita Rusia mengatakan, Putin sendiri mencatat, “sulit untuk percaya, tetapi secara teoritis mungkin” bahwa kepemimpinan Turki tahu tentang minyak yang mengalir ke Turki secara ilegal.

“Kendaraan membawa minyak, berbaris dalam rantai melampaui cakrawala,” kata Putin melaporkan apa yang dilihat oleh pilot Rusia dan drone terhadap pipa minyak yang membentang dari daerah yang dikuasai ISIS di Suriah menuju Turki.

“Siang dan malam mereka pergi ke Turki. Truk selalu pergi ke sana dengan muatan dan kembali dari sana dengan kondisi kosong,” kata Putin.

Website RT telah mempublikasikan foto udara yang menunjukkan deretan truk dekat perbatasan Turki-Suriah.

Namun, dengan tegas Presiden Turki Erdogan menyebut klaim Rusia itu adalah “fitnah”.

Israel Beli Minyak ISIS

Di sisi lain, media Arab yang berbasis di Inggris, Al-Araby Al-Jadeed memberitakan bahwa Israel menjadi pembeli utama minyak dari ISIS.

Menurut laporan beberapa media Arab dan Rusia, penyelundup Kurdi dan Turki mengangkut minyak dari wilayah ISIS di Suriah dan Irak lalu menjualnya ke Israel.

Diperkirakan sebanyak 20.000 hingga 40.000 barel minyak diproduksi setiap hari di wilayah kekuasaan ISIS, menghasilkan keuntungan harian sebesar $ 1 hingga 1,5 juta untuk kelompok itu.

Minyak berasal dari ladang minyak di Der Az-Zur di Suriah dan dua ladang di Irak yang diangkut ke kota Kurdi Zakhu di segitiga dekat perbatasan Suriah, Irak dan Turki.

Dilaporkan, mediator Israel dan Turki datang ke kota itu. Ketika harga disepakati, minyak diselundupkan ke kota Silop, Turki.

Minyak dari daerah Kurdi Irak dijual seharga $ 15-18 per barel ke mediator Israel, sementara harga pasaran WTI dan Brent Crude saat ini menjual $ 41 hingga $ 45 per barel.

Seorang pria berusia 50-an berkewarganegaraan ganda Yunani-Israel yang dikenal sebagai Dr. Farid, mengangkut minyak melalui beberapa pelabuhan Turki lalu ke pelabuhan lainnya dengan tujuan utama ke Israel.

Pada Agustus, “Financial Times” melaporkan, Israel memperoleh 75% pasokan minyak dari Kurdistan Irak. Lebih dari sepertiga ekspor tersebut melalui pelabuhan Ceyhan, yang Financial Times gambarkan sebagai “gerbang potensial untuk menyelundupkan minyak mentah ISIS”.

“Israel telah menjadi pemasar utama minyak ISIS. Tanpa mereka, minyak ISIS diproduksi hanya untuk antara Irak, Suriah dan Turki. Bahkan tiga perusahaan tidak akan menerima minyak itu jika mereka tidak memiliki pembeli di Israel,” kata seorang pejabat industri kepada harian Al-Araby Al-Jadeed. (T/P001/P4)

Sumber: ABC News dan Globes

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0