Kazan, Tatarstan, 29 Muharram 1438/30 Oktober 2016 (MINA) – Kamil Samigullin, mufti dari mayoritas Muslim republik otonom Tatarstan menyatakan dukungannya terhadap gagasan melarang aborsi, yang telah memicu perdebatan di Rusia.
Ia mengatakan, para pemimpin agama ingin menekankan bahwa hak untuk hidup adalah suci dalam Islam. Demikian Asia News memberitakan yang dikutip MINA, Ahad (30/10).
Kampanye larangan aborsi telah dikampanyekan oleh Gereja Ortodoks dan Patriark Kirill Moskow yang menuai banyak kontroversi.
“Hak untuk hidup adalah anugerah dari Allah dan kita harus melindunginya,” kata Samigullin, seperti dilansir Interfax.
Baca Juga: Bank dan Toko-Toko di Damaskus sudah Kembali Buka
Pada Juni tahun ini, dewan antar-agama Rusia yang meliputi Kristen Ortodoks, Islam, Buddha dan Yahudi, menyerukan penarikan praktik aborsi dari sistem kesehatan nasional.
September lalu Patriark Kirill menandatangani petisi yang diluncurkan oleh aktivis dari gerakan “Pro Life” dan “Orthodox Volunteers” yang menyerukan larangan total aborsi di negara itu.
Penandatanganan petisi itu adalah penegasan posisi Gereja sebelumnya, yang sampai sekarang hanya sebatas menuntut pembatalan aborsi dari daftar perawatan yang ditutupi oleh sistem kesehatan masyarakat, dengan tidak adanya alasan medis yang darurat.
Dokumen petisi tersebut juga menyuarakan perlunya untuk “mengenali embrio sebagai manusia, yang hidup dan kesehatannya harus dilindungi oleh hukum” dan karena itu, aturan melarang metode keluarga berencana “menghina martabat manusia dan membunuh anak-anak pada tahap awal perkembangan embrio”.
Baca Juga: Ratu Elizabeth II Yakin Setiap Warga Israel adalah Teroris
Sejauh ini, petisi telah mengumpulkan 300.000 tanda tangan dan targetnya adalah untuk mencapai satu juta tanda tangan dan kemudian mempresentasikan dokumen tersebut kepada Duma (dewan legeslatif bawah) dan Presiden Vladimir Putin.
Praktik aborsi tersebar luas di Rusia. Menurut perkiraan resmi terbaru, pada 2014 ada hampir satu juta angka aborsi dan itu belum memperhitungkan mereka melakukan aborsi di klinik swasta.
Rusia telah digambarkan mengalami “koma demografi”, tapi pada 2014 situasi agak membaik.
Negara telah menerapkan serangkaian langkah-langkah yang bisa merangsang orang tua untuk memiliki lebih dari satu anak.
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Dalam kebijakan untuk pemulihan demografi, pemerintah sangat bergantung pada dukungan dari Gereja Ortodoks.
Namun, menurut sebuah survei terbaru, penghapusan praktek aborsi dari sistem kesehatan publik tidak didukung oleh penduduk dan sebagian besar warga Rusia meyakini bahwa seorang wanita harus diberikan hak untuk aborsi. (T/P001/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan