Jakarta, 29 Dzulqa’dah 1437/1 September 2016 (MINA) – Komisi Pengembangan Al-Quran dan Pemberdayaan Masjid MUI Provinsi Bali Khomsun Imtihan mengatakan, tingginya minat belajar Al-Quran di Bali dikarenakan adanya rasa ingin tahu yang tinggi dan kesadaran dari umat Islam di sana.
“Motivasi mereka mempelajari Al-Quran karena adanya kesadaran dan keinginan untuk belajar agama, apalagi di daerah minoritas, serta banyaknya metode yang dipakai, seperti Qiroati, Iqro’, dan Tilawati,” kata Khomsun saat dihubungi Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melalui telepon, Kamis (1/9).
Khomsun mengatakan, tenaga pengajarnya sendiri sudah bisa di bilang standar. Mayoritas dari mereka sudah memiliki sertifikat, bahkan melalui seleksi yang cukup ketat.
Minat belajar Al-Quran di Bali, lanjutnya, gencar setelah masuk metode Qiroati oleh K.H. Salim Zarkasy dari Semarang, masuknya sendiri sudah sekitar 20 tahun lalu.
Baca Juga: Pakar Timteng: Mayoritas Rakyat Suriah Menginginkan Perubahan
“Saya ingat pada saat tahun 2000, ketika saya menjadi panitia untuk seleksi Qiroati, sayapun ikut dites waktu itu,” ujar Khomsun.
Ia menambahkan, minat belajar Al-Quran ini sendiri sebenarnya muncul dari berbagai kalangan, hanya saja minat terbesar berasal dari pendatang.
“Adapun muslim asli Bali, kebanyakan adalah mualaf. Tetapi para pendatang yang sudah ada sejak zaman kerajaan,” tuturnya.
Di akhir penyampaiannya, ia mengatakan bahwa perkembangan lembaga pendidikan Al-Quran di Bali cukup baik dalam hal baca tulis, meskipun belum sampai pada taraf qori’ internasional.
Baca Juga: Festival Harmoni Istiqlal, Menag: Masjid Bisa Jadi Tempat Perkawinan Budaya dan Agama
“Sekalipun ada usaha-usaha kearah sana, tapi gerakan untuk baca tulis itu sendiri sudah cukup bagus, baik anak-anak maupun orang dewasa,” jelas dia. (L/ima/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Industri Farmasi Didorong Daftar Sertifikasi Halal