“Demonstrasi kami lebih kuat dari peluru dan tank,” kata Badei dalam situasi langsung terhadap ancaman tindakan keras militer pada demonstran pro-Mursi.
Meskipun surat perintah penangkapan dikeluarkan militer terhadap dirinya pada Kamis (4/7), Badei hadir dan memberikan pidato ditengah-tengah jutaan massa rakyat Mesir yang berunjuk rasa meminta mengembalikan Presiden sah negeri itu, Muhammad Mursi yang sebelumnya dikudeta oleh Militer di Raba’a Al-Adaweya, Jumat (5/7).
Laporan keamanan awalnya menunjukkan bahwa ia ditahan menyusul penggulingan Mursi, tapi Ikhwan Muslimin membantah penangkapan itu.
Baca Juga: Jejak Masjid Umayyah di Damaskus Tempat al-Jawlani Sampaikan Pidato Kemenangan
Badei menyebut penggulingan Mursi sebagai tindakan “ilegal” yang membatalkan semua keputusan yang mengikutinya. Selama pidato menantang kudeta militer sepihak, helikopter militer Mesir terus melayang di sekitar panggung pada tingkat yang lebih rendah dari apa yang disaksikan di hari terakhir.
“Saya menyerukan kepada rakyat Mesir untuk turun ke jalan menuntut kembalinya presiden kita,” katanya, menekankan bahwa tidak ada negosiasi dilakukan dengan pemerintah hingga militer mencabut tahanan rumah yang dikeluarkan pada Mursi pada Kamis (4/7).
“Kami akan tetap berada di alun-alun publik sampai kami membebaskan presiden terpilih dan membawanya di bahu kami,” tegas Badei seperti dilansir Egypt Daily News.
Badei membuat permohonan pada militer untuk menahan diri dari penembakan terhadap”warganya” dan menegaskan bahwa protes mereka damai.
Baca Juga: Pemerintahan Transisi Suriah Dipercayakan kepada Mohamed Al-Bashir
Para pejabat Mesir melaporkan, 36 orang tewas dan 1.079 terluka dalam bentrokan Jumat malam (5/7) di sekitar wilayah Mesir yang melibatkan lawan dan pendukung Presiden terguling Muhammud Mursi, serta aparat keamanan. Sebagian besar kematian terjadi dalam demonstrasi besar di Kairo dan Alexandria.
Di Kairo, helikopter Apache Mesir terbang di atas para demonstran. Militer menembakkan gas air mata, senjata otomatis dan senapan yang digunakan untuk membubarkan gelombang demonstran muslim menuju Gedung Pengawal Republik yang dikenal sebagai “Klub Perwira Pengawal Republik” di mana mantan presiden Muhammad Mursi diyakini ditahan di sana sejak ia digulingkan.
Badei membuat seruan bagi militer untuk mengingat bahwa Mursi tetap komandan tertinggi mereka dan bahwa mereka bertanggung jawab kepadanya.
Badei mengkritik militer penutupan cepat atas saluran Islam pada Kamis (4/7). Dia menyatakan bahwa rakyat Mesir “tidak akan lagi mengakui kekuasaan militer.”
Baca Juga: Tank-Tank Israel Sudah Sampai Pinggiran Damaskus
Dukung Presiden Mursi
Sementara itu, Koalisi Nasional untuk Legitimasi Mesir menyeru pada semua individu dan lembaga Mesir untuk mematuhi konstitusi dan menghormati proses demokrasi yang terpilih sebagai Presiden Mesir, Muhammad Mursi.
Koalisi Nasional untuk Legitimasi Mesir mencakup Partai Kebebasan dan Keadilan, Ikhwanul Muslimin, Partai Al-Watan, Partai Al-Wasat,dan Al-Jamaa al-Islamiyah, mengadakan demontrasi pro-Mursi di Rabaa Al-Adaweya, Kairo sejak Rabu (3/7) untuk menyatakan dukungan mereka terhadap presiden Mesir yang terpilih, Muhammad Mursi.
Koalisi juga berulang kali menyerukan militer untuk berdiri dengan janjinya guna melindungi bangsa dan tetap netral secara politik. Pengunjuk rasa pro-Mursi tersebar di berbagai wilayah Mesir menandai apa yang mereka sebut dengan “hari kemarahan.” (T/P02/R2).
Baca Juga: PBB: 16 Juta Orang di Suriah Butuh Bantuan
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Gempur Suriah di Tengah Upaya Oposisi Bentuk Pemerintahan Baru