MUSLIM MYANMAR PENDUKUNG SUU KYI DESAK PERBAIKAN RAKHINE

suu kyi asianews
dalam sebuah pertemuan dengan (Foto: Asia News)

Naypyidaw, 5 Muharram 1437/18 Oktober 2015 (MINA) – Komunitas Muslim Muslim yang mendukung pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi, Sabtu (17/10), berharap pemerintahan yang dipimpin Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) akan memperbaiki kehidupan mereka di Negara Bagian .

Rakhine merupakan wilayah Myanmar yang banyak dihuni kaum Muslim, termasuk mereka yang berasal dari etnis Rohingya. Daerah tesebut sarat konflik antara warga Buddha yang merupakan mayoritas di negara itu dan kaum Muslim yang menjadi minoritas.

Komunitas Muslim di Rakhine menempatkan harapan mereka pada NLD meskipun partai yang dipimpin Suu Kyi itu tidak mengajukan satupun calon Muslim dari lebih 1.100 kandidat yang bertarung pada pemilihan umum parlemen 8 November nanti.

Seperti dilansur CNA, Sabtu (17/10), kegiatan kampanye yang sudah dimulai sebulan lalu telah diwarnai lonjakan ketegangan yang dipicu oleh kelompok Buddha garis keras anti-Muslim Ma Ba Tha. Kelompok Ma Ba Tha dikenal sebagai pengeritik keras NLD.

Saat berkampanye di Rakhine pada Sabtu, Suu Kyi berbicara di Kota Thandwe, tempat lima warga Muslim Kaman dibunuh dalam kekerasan agama pada Oktober 2013.

Banyak warga Muslim Thandwe dan desa-desa sekitarnya yang datang untuk melihat Suu Kyi mengatakan mereka masih mendukung tokoh prodemokrasi itu dan berharap NLD akan membantu mengakhiri diskriminasi dan mendorong rekonsiliasi antara umat Buddha dan Muslim.

“Kami memiliki sedikit harapan,” ungkap Win Naing, 41. “Kami tidak memiliki hak yang sama. Saya berharap jika Ibu Suu Kyi menang pemilu, kita akan mendapatkan hak yang sama,” tegas Win Naing.

Pendukung Suu Kyi dari sebuah desa di luar Thandwe, Tun Win, 48, mengatakan warga Muslim menghadapi intimidasi warga Buddha dan banyak penganut Islam tidak diberikan kartu identitas nasional oleh pemerintah.

Otoritas, kata dia, juga membatasi kebebasan bergerak mereka. Karena itu dia berharap NLD, jika berhasil menang pemilu, akan membuat mereka lebih mudah mendapatkan kartu kewarganegaraan.

“Mereka (pemerintah) bilang, ‘pergi ke Yangon,’ tapi kita tidak bisa karena tidak memiliki kartu identitas,” tegasnya. “Kami pulang-balik di sekitar sini dan itu seperti penjara,” imbuhnya, menggambarkan penderitaan warga Muslim Myanmar.

Pernyataan Suu Kyi

Adapun Suu Kyi dalam pidatonya pada Sabtu tidak ada berbicara soal kekerasan di Thandwe. Selama pidato di Kota Tongup pada Jumat dia juga tidak menyebutkan insiden pembunuhan 10 warga Muslim pada 2012, yang diseret dari bus oleh massa di kota itu.

Sambil menghindari berbicara kejadian yang lebih khusus, Suu Kyi berbicara mengenai ketegangan agama dan kekerasan dalam tataran yang lebih luas.

“Sangat penting bahwa semua orang tanpa memandang ras dan agama hidup di negara kita dengan aman,” kata Suu Kyi. Ia menambahkan, “Kita dapat memiliki kedamaian di negara kita hanya jika orang merasa aman baik secara mental dan fisik.”

Tidak seperti Muslim Rohingya yang terpinggirkan, orang-orang Kaman dari Tandwe adalah salah satu dari 135 kelompok etnis yang diakui di Myanmar. Adapun etnik Rohingya menetap terutama di Sittwe dan utara Rakhine, tempat 140.000 orang mengungsi akibat kekerasan pada 2012.

Suu Kyi tidak akan mengunjungi Sittwe atau wilayah utara Rakhine selama perjalanan tiga harinya melalui negara bagian barat itu. Pemenang Nobel perdamaian tersebut telah dikritik karena tidak berbicara banyak soal penderitaan warga etnis Rohingya. (T/P022/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0