Abuja, 4 Ramadhan 1434/11 Juli 2013 (MINA) – Muslim di ibukota Abuja, Nigeria, memasuki bulan suci Ramadhan, yang dimulai Selasa (9/10) dalam kekhawatiran kenaikan harga pangan.
Nigeria adalah rumah bagi komunitas Muslim terbesar di Afrika Sub-Sahara, terhitung sekitar setengah dari 150 juta penduduk negara itu.
Munculnya Ramadhan biasanya disertai dengan peningkatan jumlah transaksi keuangan dan belanja konsumen, namun banyak yang mengatakan mereka akan terpaksa memotong kembali perbelanjaan, Arise TV melaporkan yang dikutip Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency).
“Saya telah pergi ke pasar, tetapi hal yang disayangkan adalah semua bahan makanan dan hal-hal lain telah meningkat harganya, di bulan suci seharusnya tidak meroket seperti itu,” kata Abdulkadir Jibril, seorang pria bisnis.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Pengamat agama mengatakan harga makanan pada tahun 2013 relatif tinggi karena Ramadhan.
“Anda dapat melihat harga dari segala sesuatu sudah naik di pasar sekarang,” kata pengamat tersebut, Enca.com melaporkan.
Nigeria telah melakukan ekonomi dengan baik, dengan ledakan pengeluaran kelas menengah dan tingkat pertumbuhan yang konsisten mencapai 7 persen.
Meskipun 7 persen pertumbuhan ekonomi, kemiskinan di Nigeria telah memburuk menurut angka resmi. Pengamat mengatakan ekonomi tergantung pada minyak yang hanya memperkaya segolongan orang.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Investor khawatir bahwa kekerasan yang meluas dan ketidakamanan hanya akan memperburuk jika Nigeria tidak bisa menyingkirkan pengangguran masa muda dan kemiskinan, risiko yang harus diambil dalam kegembiraan dari pertumbuhan yang mengesankan.
Dengan inflasi pangan mencapai 9,3 persen pada Mei, konsumen pasar lokal di Abuja mengeluh bahwa harga telah melonjak menjelang Ramadhan.
“Harga tahun ini relatif pada sisi yang tinggi, saya kira dari Ramadhan ini hingga Ramadhan yang akan datang. Anda dapat melihat harga dari segala sesuatu sudah naik di pasar sekarang,” kata Suleiman Sanusi, seorang penduduk Abuja.
Tapi bagi Faud Adeyemi, seorang imam di Masjid Al Habibiyah di Abuja, Ramadhan harus menjadi waktu pengorbanan, doa dan refleksi, ketika orang harus memotong kembali hal-hal yang biasa mereka nikmati, seperti makanan.
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
Ramadhan tahun ini datang pada saat negara telah mengalami ketegangan agama, di tengah meningkatnya saling serang antara pasukan pemerintah dengan kelompok Islam Boko Haram. (T/P09/R2).
Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng