Beijing, 6 Sya’ban 1434/15 Juni 2013 (MINA) – Tidak seperti jutaan umat Islam di seluruh dunia, menjelang liburan musim panas di Provinsi Xinjiang, pelajar Uighur dilarang untuk melaksanakan puasa selama bulan Ramadhan.
Pihak berwenang Cina melaporkan, mereka telah melakukan pembatasan terhadap pelajar muslim Uighur di Provinsi Xinjiang untuk mengisi Ramadhan dengan berpuasa.
“Mereka meminta jaminan dari orangtua pelajar agar anak-anak mereka tidak berpuasa pada bulan Ramadhan,” kata Dilxat Raxit, Juru bicara untuk Kongres Uighur Dunia (WUC) yang berbasis di Swedia, menurut laporan OnIslam seperti dipantau kantor berita Islam MINA (Mi’raj News Agency), Sabtu (15/6).
Berdasarkan kebijakan pemerintah Cina, pelajar Uighur berusia di bawah 18 tahun dilarang untuk berpuasa selama bulan Ramadhan atau melaksanakan kegiatan keagamaan lainnya.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Para pelajar menentang pembatasan tersebut yang dihimbau oleh pihak berwenang China dan melaporkan kepada pihak berwenang.
“Mereka juga telah membuat kelompok-kelompok dari 10 rumah tangga yang bertanggung jawab untuk memata-matai satu sama lain, sehingga jika seorang anak dari satu keluarga melakukan puasa di bulan Ramadhan, atau mengambil bagian dalam kegiatan keagamaan, maka semua 10 anggota keluarga akan didenda,” kata Raxit.
Dia mengungkapkan, kebijakan itu disebut dengan “Sistem Jaminan 10 Rumah Tangga”.
Menurut Organisasi Uighur Human Rights Project, pemerintah Cina sengaja memberlakukan aturan yang membuat muslim Uighur bingung. Melalui kebingungan itu, muslim Uighur dibatasi kebebasan menjalankan keyakinannya.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Selain itu, pemerintah Cina membuat peraturan bagi muslim Uighur dengan melarang masuk masjid apabila usianya dibawah 18 tahun. Saat bulan Ramadhan tiba, seluruh restoran diminta tetap buka. Pada siang hari, Muslim Uighur juga dilarang mengenakan pakaian tradisionalnya, janggut dan cadar.
Pemuka Agama telah mengkonfirmasi bahwa selama bulan Ramadhan pelajar Muslim Uighur dilarang melaksanakan puasa. “Puasa tidak diperbolehkan,” kata seorang pejabat di biro urusan agama di daerah Hotan Yutian, Xinjiang.
Ramadhan adalah bulan suci umat Islam yang menurut perhitungan terjadi pada bulan mendatang, selama bulan Ramadhan umat Islam yang sudah baligh menjauhkan diri dari makan, minum dan merokok, serta hal lainnya yang dapat membatalkan puasa hingga terbenam matahari.
Sepertiga populasi muslim Cina berada di provinsi Xinjiang. Provinsi ini adalah daerah otonomi yang berbatasan dengan Daerah Otonomi Tibet di sebelah selatan dan Provinsi Qinghai serta Gansu di Tenggara.
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam
Penduduk asli Xinjiang berasal dari ras-ras Turki yang beragama Islam, terutama suku Uighur (45,21 persen) dan suku Kazakh (6,74 persen) membuat mereka berbeda dengan etnis-etnis di Cina. Selain itu, di Xinjiang juga terdapat suku Han yang merupakan suku mayoritas di Cina.
Sekian puluh tahun, muslim Uighur mengalami diskriminasi dan intimidasi Beijing. (T/P013/P02)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: PBB akan Luncurkan Proyek Alternatif Pengganti Opium untuk Petani Afghanistan