NASIB PENGUNGSI PALESTINA DARI SURIAH, DITOLAK DI MANA-MANA

Pengungsi Palestina dari Suriah tiba di Kantor UNRWA untuk menerima bantuan. (Foto: Daily Star)
Pengungsi dari tiba di Kantor untuk menerima bantuan di Beir Hasan, Beirut, Lebanon, Februari 2013. (Foto: Daily Star)

Nasib pengungsi Palestina dari Suriah di Timur Tengah menjadi semakin serius yang disebabkan oleh ditutupnya perbatasan dan serangkaian pengembalian secara paksa dari negara-negara tetangga.

Chris Gunness, juru bicara Badan Bantuan dan Pekerjaan (UNRWA) dalam rilis resminya yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Rabu, melaporkan meningkatnya kesulitan yang dihadapi pengungsi Palestina dari Suriah, untuk mendapat perlindungan di negara-negara di kawasan tersebut, termasuk di Yordania, Lebanon, Turki dan Mesir, maupun di Eropa.

“Kami mengakui berbagai upaya besar yang dilakukan oleh negara-negara tetangga yang menyediakan perlindungan bagi para pengungsi Palestina dan tantangan keamanan yang mereka hadapi, tapi kami menerima laporan meningkatnya kesulitan para pengungsi Palestina dari Suriah   untuk mendapat perlindungan di negara-negara di kawasan termasuk Yordania, Lebanon, Turki dan Mesir serta di Eropa,” kata Gunness.

Dia menjelaskan, kejadian itu memaksa penduduk Palestina yang sudah rentan untuk mengambil risiko yang mengancam kehidupan mereka, seperti mencoba untuk melarikan diri dengan perahu menyeberangi Laut Tengah, yang kerap penuh dengan konsekuensi dan marabahaya yang tragis.

Lebanon telah memberikan perlindungan bagi 44.000 orang pengungsi asal Palestina dari Suriah sejak konflik dimulai. Namun, pada 4 Mei 2014 lalu, Pemerintah Lebanon mengembalikan 41 orang pengungsi Palestina dari Suriah kembali ke Suriah, yang ditangkap di bandara karena memegang visa palsu ke negara ketiga.

“Pada saat yang bersamaan, pembatasan-perbatasan telah diperketat, yang secara efektif dapat menghalangi pengungsi Palestina dari Suriah untuk masuk ke Lebanon. Terjadi berbagai kasus kemanusiaan pada mereka yang berikhtiar mencari cara untuk dapat berkumpul kembali dengan keluarga mereka,” ujar Gunness.

Pada September 2014, Pemerintah Lebanon memberikan para pengungsi Palestina dari Suriah suatu kesempatan untuk memperpanjang visa yang telah kadaluarsa secara cuma-cuma selama tiga bulan, sementara rakyat Suriah diberikan visa selama enam bulan.

Namun masih belum jelas apa yang terjadi setelah visa mereka berakhir nantinya. Banyak pengungsi asal Palestina yang masih memiliki status tidak menentu di Lebanon sehingga membuatnya semakin sulit untuk mengakses pelayanan sosial dan menerima dokumen-dokumen yang diperlukan untuk dapat tinggal di negara itu.

Sementara itu, saat ini terdapat hampir 15.000 pengungsi Palestina dari Suriah yang terdaftar di UNRWA di Yordania. Tapi tak lama setelah para pengungsi Palestina pertama menerima visa, Pemerintah Yordania melarang masuknya lebih lanjut pengungsi Palestina dari Suriah.

“Pada tahun 2014, UNRWA telah menyadari adanya 106 kasus deportasi secara paksa terhadap pengungsi Palestina dari Yordania ke Suriah, banyak di antara para pengungsi adalah anak-anak dan perempuan,” ungkap Gunness.

“Ini mungkin hanya perkiraan konservatif dari jumlah pengungsi yang dipaksa kembali,” tambahnya.

Dengan perbatasan secara efektif ditutup, sangat tidak mungkin untuk mengetahui berapa banyak jumlah pengungsi Palestina di Suriah yang telah dicegah untuk melarikan diri dari Suriah ke Yordania. Para pengungsi Palestina akan terekspos menghadapi risiko refoulement (atau “dipaksa kembali”) dan menanggung rasa ketidakamanan.

Terlebih lagi, pengungsi Palestina dari Suriah yang berada di Yordania tidak bisa secara terbuka berlindung di kamp-kamp yang didirikan untuk pengungsi asal Suriah dan menghadapi berbagai kesulitan dalam mengakses pekerjaan dan memperoleh dokumen catatan sipil (misalnya akte kelahiran) melalui proses hukum/sipil yang berlaku.

Sementara itu, di Mesir, di mana saat ini terdapat sekitar 4.000 pengungsi asal Palestina, izin masuk untuk pengungsi Palestina dari Suriah memerlukan visa, tetapi visa ini tidak lagi dikeluarkan untuk mereka. Di negara itu, pengungsi Palestina dari Suriah menerima beberapa dukungan dari PBB tetapi anak-anak mereka tidak dapat bersekolah, visa tidak lagi diperpanjang, dan mereka semua berada dalam keadaan sangat rentan.

Gunness juga mengatakan, banyak pengungsi Palestina berusaha pula untuk melarikan diri ke Suriah melalui Turki, tapi UNRWA tidak memiliki mandat untuk melakukan operasi di Turki, sehingga Badan PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) terus melakukan penyelidikan. Badan PBB untuk Bantuan dan Pekerjaan Pengungsi Palestina (UNRWA) menyediakan bantuan kemanusiaan, pembangunan manusia, perlindungan, dan advokasi bagi sekitar lima juta pengungsi Palestina yang terdaftar dan tinggal di Tepi Barat, Gaza, Suriah, Lebanon, dan Yordania.(R05/P2)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0