Rafah, MINA – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeklaim tidak ada krisis kemanusiaan di kota Rafah, Jalur Gaza selatan, Anadolu Agency melaporkan.
Dalam pernyataan video hari Rabu (15/5), Netanyahu mengatakan, tentara Israel terlibat dalam pertempuran di Gaza, termasuk di Jabalia di utara, Zeitoun di Kota Gaza dan Rafah di selatan.
Dia mengeklaim tentara Israel melakukan apa yang dia gambarkan sebagai “evakuasi penduduk sipil sambil memenuhi komitmen kami terhadap kebutuhan kemanusiaan mereka”.
Pernyataan ini dibantah oleh organisasi-organisasi internasional yang telah mendokumentasikan contoh-contoh pemindahan paksa warga Palestina.
Baca Juga: Al-Qasam Rilis Video Animasi ”Netanyahu Gali Kubur untuk Sandera”
“Bencana kemanusiaan yang mereka bicarakan tidak terjadi dan tidak akan terjadi,” kata Netanyahu.
Perdana Menteri menyatakan, Israel sedang mengevakuasi warga sipil dari Rafah, dan sejauh ini hampir 500.000 orang telah meninggalkan Rafah, meskipun ada laporan yang bertentangan dari warga Palestina yang mengatakan mereka terpaksa mengungsi karena serangan udara Israel.
“Setiap diskusi mengenai ‘hari setelah’ (perang) tidak ada artinya sampai Hamas dikalahkan,” kata Netanyahu. “Sampai jelas bahwa Hamas tidak memerintah Gaza secara militer, tidak ada aktor yang siap menerima pemerintahan sipil di Gaza karena takut akan keselamatannya sendiri.”
Tentara Israel melancarkan serangan darat pada tanggal 6 Mei di Rafah, rumah bagi sekitar 1,5 juta pengungsi Palestina. Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), memperkirakan sekitar setengah juta orang telah meninggalkan kota tersebut sejak dimulainya serangan Israel.
Baca Juga: Tentara Cadangan Israel Mengaku Lakukan Kejahatan Perang di Gaza
Penyeberangan Rafah, jalur penting bagi bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang terkepung, telah ditutup sejak dimulainya serangan Israel terhadap kota tersebut. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jihad Islam Kecam Otoritas Palestina yang Menangkap Para Pejuang di Tepi Barat