Nurhadis: Ada Dinamika, Tapi Sahabat Rasulallah Tidak Meninggalkan Ketaatan kepada Pemimpin

Al-Muhajirun, Lampung Selatan, MINA – Sebesar apapun dinamikanya saat merespon perintah, sahabat tidak meninggalkan ketaatan kepada Rasulallah. Demikian dikatakan Aktivis Pemuda, , saat mengisi Kajian rutin pemuda di Komplek Ponpes Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah Al-Muhajirun, Negararatu, Natar, Lampung Selatan, Kamis (4/2) malam.

Ia menceritakan sebuah kisah sahabat pada zaman Rasulallah Shalallahu A’laihi Wasallam betapa diutamakannya ketaatan kepada pemimpin (Amir) baik dalam keadaan suka ataupun tidak suka.

“Saat itu Rasul mengutus Usamah bin Zaid, seorang pemuda berumur 18 tahun untuk memimpin perang melawan Romawi Timur yang di dalamnya ada Al-Aqsa. Saat itu ada dinamikanya, bukan tidak ada,” katanya.

Pada waktu itu Rasulallah wafat, dan Abu Bakar Ash Shiddiq diangkat sebagai khalifah.

Pada saat itu bukan tidak ada para sahabat yang protes, bahkan saat situasi yang begitu gentingnya pasca wafatnya Rasulullah. Umar bin Khattab salah satu sahabat yang protes kepada Abu Bakar.

“Umar itu orangnya dikenal berbadan tinggi besar, gagah, sampai-sampai dikatakan setan pun minggir ketika Umar lewat. Saat itu atas usulan sahabat lain, Umar menyampaikan masukannya kepada Abu Bakar sebagai Khalifah, pertama baiknya ditunda pengiriman pasukan karena saat itu umat Islam sedang ada masalah internal, murtadnya sebagian besar umat Islam. Kedua Umar mengusulkan Panglima pasukan ke Syam agar diganti, jangan Usamah anak kemarin sore, masih banyak yang lebih senior, apalagi ini menghadapi Romawi,” Nurhadis menceritakannya.

Saat itu dengan tegas Abu Bakar memutuskan tetap mengirimkan Usamah Bin Zaid, meski Madinah dalam kondisi genting dan tidak mengubah keputusan menunjuk Usamah meski kemampuannya diragukan oleh beberapa sahabat.

“Mendengar jawaban Abu Bakar, Umar tetap taat terhadap apa yang telah ditetapkan, masukan tetap disampaikan, meski tidak diterima, ada dinamika pertentangan seperti ini di tengah sahabat, tapi tidak juga membuat Umar bin Khattab dan sahabat meninggalkan ketaatan,” ungkapnya.

Hingga akhirnya, dengan strateri perang yang matang, pasukan yang dipimpin Usamah mampu mengalahkan musuh dengan cepat tanpa ada satupun dari pasukannya yang berkurang.

Karenanya, kata Nurhadis, ketika seorang pemimpin memerintahkan sesuatu, maka taatilah dahulu meskipun perintah itu tidak sesuai dengan keinginan, tapi jangan sampai meninggalkan ketaatan kepada pemimpin.

“Ketika ada amanah taat dulu, kepada Amir yang kita suka maupun tidak kita sukai. Bisa jadi karena pemahaman kita belum sampai sehingga kita merasa perintah ini kurang tepat. Nanti Allah akan nampakkan hikmahnya. Nah karakter-karakter pemuda dengan ketaatan seperti inilah yang sangat diperlukan jika kita sebagai pemuda punya keinginan besar untuk membebaskan Masjid Al-Aqsa,” lanjutnya.

Kajian Pemuda Kampung Al-Muhajirun ini merupakan kajian rutin yang diadakan sepekan sekali pada malam Jum’at. Pemuda Karang Taruna, bersama unsur pemuda lain seperti mahasiswa ikut kajian yang dilaksanakan bergilir dari rumah ke rumah ini.

Di Kampung Al-Muhajirun ini terdapat Pesantren yang disebut Pesantren Masyarakat. Karena Pesantren punya peran edukasi tidak hanya untuk santri tapi juga kepada masyarakat sekitar. Begitu juga masyarakatnya berperan dalam proses pendidikan santri, sehingga masyarakat juga sebagai guru, sekaligus sebagai pagar bagi santrinya. (L/R12/B03/P1).

Mi’raj News Agency (MINA).

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.