Washington, 19 Rabi’ul Awwal 1435/21 Januari 2014 (MINA) – Presiden AS, Barack Obama tanpa merinci sikap pesimisnya menyebutkan, kemungkinan tercapainya penyelesaian akhir dalam perundingan damai antara Palestina dan Israel ‘kans’-nya di bawah “5O:5O”.
Ia mengemukakan dalam wawancara dengan mingguan AS New Yorker, ada korelasi perundingan antara Israel-Palestina dengan masalah Suriah dan Iran, demikian Middle East Monitor (MEMO) yang dikutip Mi’raj News (MINA), Senin.
“Kepentingan Israel terhadap stabilitas dan keamanan sebenarnya sangat berkaitan erat dengan kepentingan negara-negara Arab yang menganut aliran Sunni. Isu Palestina menghalangi negara-negara tersebut membentuk aliansi lebih solid.
“Isu Palestina menghalangi mereka membentuk aliansi informal, paling tidak untuk menormalisasi hubungan diplomatik, bukan karena mereka terlibat dalam konflik yang dalam”, katanya .
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Obama mengakui kesulitan yang dihadapi Palestina-Israel, Suriah dan Iran – tiga kelompok inisiatif di Timur Tengah- akan tetapi ia menyarankan agar ketiganya masih mungkin mampu “mendorong batu ke puncak bukit, membuatnya stabil agar tidak menggelinding ke arah mereka,” ujar Obama memberikan perumpamaan.
Obama juga menyatakan, ada kesamaan antara Palestina – Israel, Iran dan Suriah. Ketiganya memiliki keterkaitan, ” katanya seraya menambahkan: ” Saya percaya bahwa kawasan itu akan melalui perubahan yang cepat, dan perubahan tidak mungkin dihindari”
Di antara faktor yang memicu perubahan antara lain yakni demografi, teknologi, ekonomi, orde lama dan keseimbangan lama, tidak lagi bisa dipertahankan di Palestina. Pertanyaannya kemudian bagaimana selanjutnya?”
Dalam sebuah wawancara Obama yang menyebutkan sejarah panjang agresi Israel ke wilayah Palestina yang diawali dengan pemindahan secara paksa rakyat Palestina dari tanah mereka dan diciptakannya entitas politik rasis di tanah Palestina tersebut
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan
Obama juga mencoba membenarkan sikap Israel dengan berbicara tentang” sejarah panjang anti – Semitisme yang dikembangkan selama puluhan tahun di wilayah tersebut, begitu pula sebaliknya, terus meningkatnya sentimen anti Arab di tengah rakyat Israel hanya karena melihat bus-bus yang diledakkan” (oleh aksi pemboman-red.(T/P012/E02/Mi’raj News)