Kuala Lumpur, 26 Rabi’ul Awwal 1438/26 Desember 2016 (MINA) – Seorang utusan khusus untuk Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengusulkan kepada Pemerintah Malaysia untuk membentuk sistem pendaftaran khusus mengidentifikasi dan mencatat semua pengungsi Rohingya yang tiba di negara itu.
Hal ini disampaikan utusan khusus OKI untuk Myanmar, Syed Hamid Albar, Senin (26/12) “bahwa sistem pendaftaran kemudian dapat diandalkan untuk menyediakan lapangan kerja dan pendidikan bagi minoritas Muslim di Myanmar itu,” kata Syed Hamid. Demikian World Bulletin melaporkan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Dia juga mengatakan, seharusnya tidak lagi mengandalkan kartu identifikasi yang disediakan oleh Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi (UNHCR). Karena “tidak memberikan fasilitas tambahan bagi para pengungsi muslim Rohingya,” kata Syed Hamid kepada wartawan di Kuala Lumpur Malaysia
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
“Ada sejumlah 50.000 etnis Rohingya yang terdaftar dengan UNHCR di negeri ini, tapi masih banyak yang lain tidak terdaftar. Dalam kartu UNHCR, status mereka sebagai pengungsi,” tambah Syed Hamid.
“Apa yang kami inginkan adalah mereka dapat didaftarkan di bawah sistem UNHCR sehingga mereka dapat hidup di bawah hukum internasional sampai masalah di negara mereka terselesaikan,” ujar Albar.
Dia juga mengatakan, sementara Malaysia menerima etnis Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar akibat konflik yang berkepanjangan negara bagian barat Rakhine, saat ini belum ada kerangka terstruktur untuk mencegah orang-orang dari dieksploitasi.
Albar menegaskan, “kita perlu struktur yang benar. Kita tidak bisa menjadi seperti sekarang sehingga mereka bisa mendapatkan kesehatan, pergi ke sekolah dan mendapatkan hak hidup yang layak,” tegas Albar.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
“Saat ini di Malaysia, mereka adah seluruh tempat. Kami tidak ingin mereka dieksploitasi oleh kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab,” katanya.
Menurut Laporan PBB, diperkirakan 27.000 Rohingya telah melarikan diri dari Rakhine dan berlindung di negara tetangga Bangladesh setelah militer Myanmar melancarkan serangan mematikan 9 Oktober di pos-pos polisi.
Pemerintah Myanmar mengatakan sedikitnya 93 orang, 17 polisi dan tentara dan 76 diduga “penyerang” (termasuk enam yang dikabarkan meninggal selama interogasi) tewas dan beberapa 575 tersangka telah ditahan karena dituduh terlibat dalam serangan 9 Oktober dan selama tindakan keras militer.
Namun Kelompok advokasi Rohingya mengklaim sekitar 400 muslim Rohingya yang dijelaskan oleh PBB sebagai antara kelompok-kelompok yang paling teraniaya di seluruh dunia, yang tewas dalam operasi militer, wanita diperkosa dan desa-desa Rohingya dibakar. (T/R003/P1)
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: PBB akan Luncurkan Proyek Alternatif Pengganti Opium untuk Petani Afghanistan