Oposisi: Kasus KDRT Marak di Israel, Bukti Pemerintah Gagal

Tel Aviv, MINA – Anggota oposisi Israel menuduh pemerintah telah gagal dalam menangani kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dengan bukti terbunuhnya perempuan di Israel tahun ini yang mencapai 24 orang.

“Ini semua masalah prioritas. Kantor-kantor kesejahteraan kini berada di ambang kehancuran,” kata Ksenia Svetlova dari Persatuan Zionis dalam sidang parlemen.

Menurutnya, anggaran sebesar 250 juta shekel (sekitar Rp 964 miliar) yang ditujukan untuk program penanganan KDRT tak kunjung cair.

Sementara itu, seperti yang dikutip dari the guardian, ribuan menggelar aksi protes menentang kekerasan dalam rumah tangga dan menyerukan agar pemerintah mengambil tindakan lebih tegas di Tel Aviv, pada Selasa (4/12) malam.

Aksi protes yang dilakukan para wanita Israel ini beragam, mulai dari mogok bekerja, menggelar demonstrasi di sejumlah kota, bahkan ada yang sampai memblokir jalan.

Mereka juga mengheningkan cipta sejenak untuk memperingati para korban tewas akibat KDRT di Israel.


“Bibi, bangun, darah kami tidak lahmurah,” seru para pengunjuk rasa dalam aksi yang digelar di dekat pintu masuk Yerusalem, sambil mengoleskan cat merah ke jalan sebagai simbol darah korban KDRT.

Bibi adalah panggilan akrab Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.


Netanyahu, pada Minggu (2/12), menyebutkan kunjungannya baru-baru ini ke tempat perlindungan wanita dan mengumumkan akan memimpin komite pemerintahan untuk melawan kekerasan dalam rumah tangga.

 “Kami akan menggelar rapat komite berkali-kali demi membawa masa depan yang lebih baik dan memberi harapan kepada para perempuan ini,” ujar Netanyahu kala itu.(T/Sj)

Mi’raj News Agency (MINA)