Jakarta, 16 Syawal 1434/23 Agustus 2013 (MINA) – Kisruh internal di Mesir menjadi sorotan masyarakat dunia. Situasi semakin memburuk di negeri piramida itu menjadikan sejumlah pemerintah asing memberikan kebijakan untuk mengevakuasi warga negaranya dari Mesir.
Sementara pemerintah Indonesia terus berkomunikasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo seputar perkembangan situasi di Mesir.
KBRI Kairo juga sudah menyiapkan upaya pelaksanaan evakuasi WNI untuk alasan keamanan jika perkembangan di Mesir kurang baik.
Tak luput keluarga dari WNI yang masih berada di Mesir pun ikut memantau kondisi Mesir untuk memastikan keamanan dan keselamatan anggota keluarganya.
Baca Juga: Menag Tekankan Pentingnya Diplomasi Agama dan Green Theology untuk Pelestarian Lingkungan
Begitu pun salah satu orang tua dari mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Mesir.
Bagi Ishaq Abas Shodiqin (53), orang tua dari Rahim Arif (21), salah seorang Mahasiswa Indonesia yang sedang menyelesaikan program pendidikan sarjana (S1) di Unversitas Al-Azhar Kairo, menuntut ilmu adalah jihad, jadi dirinya tidak khawatir dengan keberadaan anaknya di Mesir.
“Kami melihat dari televisi dan membaca Koran tentang kerusuhan di Mesir, sempat ada kekhawatiran terhadap anak kami disana. Namun, dia disanakan sedang belajar, menuntut ilmu itu merupakan jihad. Insya Allah, dijaga oleh Allah, ini yang membuat kami tenang sebagai orang tua,“ kata Ishaq saat ditemui wartawan Mi’raj News Agency (MINA) dikediamannya di komplek Ma’had Al-Fatah Muhajirun, Natar, Lampung Selatan, Kamis (22/8).
Namun, Ishaq juga berharap agar pemerintah Indonesia memperhatikan keselamatan WNI di Mesir. “Kepada pemerintah agar diperhatikan keselamatan, keamanan, serta kebutuhan pangan WNI di sana. Kemungkinan di sana WNI kesulitan cari makan karena kerusuhan melanda,“ ujar Ishaq yang bekerja sebagai penjahit di rumahnya.
Baca Juga: Menhan: 25 Nakes TNI akan Diberangkatkan ke Gaza, Jalankan Misi Kemanusiaan
Sementara, istri Ishaq, Rokayah (53) mengharapkan agar anaknya mendapatkan keamanan selama berada di Mesir. ”Pasrahkan saja pada Allah. Semoga situasi di sana membaik dan anak saya bisa melanjutkan belajarnya. Tapi kalau memang sudah tidak bisa aman, ya lebih baik pulang saja,“ kata Rokayah yang sehari-hari jualan buah di pasar untuk menghidupi anak-anaknya.
Rokayah juga menambahkan, beberapa hari yang lalu, Rahim Arif mengirimkan pesan singkat kepadanya melalui temannya meminta izin untuk pulang terkait rencana pemerintah untuk melakukan evakuasi bagi WNI.
“Dia kirim pesan lewat temannya. Dia meminta izin boleh pulang atau tidak. Dia juga mengatakan pemerintah hanya memberikan ongkos satu jalan, untuk kembali ke Mesir harus dengan ongkos sendiri,“ tambah Rokayah.
Rokayah juga mengharapkan anaknya bisa menyelesaikan pendidikannya di Mesir. Namun, jika situasi tidak memungkinkan, Rokayah menginginkan anaknya untuk pulang dan meminta pemerintah Indonesia agar memfasilitasi proses kepulangannya.
Baca Juga: BMKG: Waspada Gelombang Tinggi di Sejumlah Perairan Indonesia
“Saya ingin anak saya bisa belajar sampai selesai di Mesir, tapi jika situasi membahayakan, lebih baik pulang dahulu. Saya berharap pemerintah bisa membantu kepulangannya ke Indonesia dan kembali ke Mesir lagi jika situasi sudah aman,“ imbuh Rokayah.
“Saya kan hanya pedagang buah-buahan di pasar sementara suami saya penjahit. Namun, kami usahakan bagi keberhasilan anak kami di Mesir, walaupun harus pulang dahulu, saya berharap pemerintah bisa membantu ongkos kembalinya ke Mesir jika situasi sudah aman,“ tambah Rokayah.
Masih Kondusif
Sementara itu, Penasehat Grand Sheikh Al-Azhar Urusan Diplomatik, Dubes Abdel Rahman Musa menegaskan bahwa Jadwal pendidikan di Universitas Al-Azhar tetap pada rencana semula, tahun ajaran baru dimulai 21 September 2013.
Baca Juga: Longsor di Salem, Pemkab Brebes Kerahkan Alat Berat dan Salurkan Bantuan
“Perkembangan tiga hari terakhir di Mesir, semua berjalan normal, tidak ada gejolak yang mengganggu kehidupan sehari-hari. Hingga saat ini, Al-Azhar tidak mengubah jadwal pendidikannya, tahun ajaran baru tetap dimulai pada 21 September 2013,” Abdel Rahman Musa saat menanggapi pertanyaan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo, Dr. Fahmy Lukman, M.Hum. mengenai kegiatan belajar mengajar di Universitas Al-Azhar.
Saat melakukan koordinasi antara Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo dengan insitansi berwenang di Mesir, Rabu (21/8), Ambassador Abdel Rahman Musa juga menceritakan pertemuannya dengan mahasiswa asing, termasuk mahasiswa Indonesia di International Students Hostel (Madinat el-Buuts el-Islamiyah), Selasa (20/8) .
“Mereka kelihatan tenang dan merasa aman, mudah-mudahan kondisi ini terus membaik, sehingga benar-benar kembali normal dan aman seperti sedia kala,” katanya dalam rilis dari laman resmi Atdik Kairo yang diterima MINA.
Ambassador Abdel Rahman Musa juga berjanji jika perkembangannya kurang baik dan Mesir semakin tidak aman, maka Al-Azhar akan secara pro-aktif berkomunikasi dengan perwakilan negara asing di Mesir untuk mengambil langkah-langkah penyelamatan pelajar dan mahasiswa bersama-sama dengan Al-Azhar.
Baca Juga: Tausiyah Kebangsaan, Prof Miftah Faridh: Al-Qur’an Hadits Kunci Hadapi Segala Fitnah Akhir Zaman
Mengenai keamanan WNI, KBRI Kairo mengatakan tidak tinggal diam dan terus memberikan keamanan bagi WNI.
“KBRI Kairo tidak tinggal diam dalam menangani perlindungan WNI di Mesir dan bekerja selama 24 jam penuh untuk memastikan kondisi WNI dalam keadaan aman dan selamat, serta sigap melakukan langkah-langkah yang diperlukan seiring dengan perkembangan politik dan keamanan dalam negeri Mesir dari waktu ke waktu,“ kata KBRI Kairo dala liris resminya.
Dalam upaya perlindungan WNI menyusul krisis internal Mesir yang terus berkelanjutan, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo tengah menyiapkan upaya evakuasi jika situasi di negara itu semakin tidak aman.
Saat ini, diperkirakan ada 5.000 WNI yang tinggal di Mesir, selain ada yang bekerja sebagai professional di perusahaan-perusahaan setempat atau perusahaan investor asing di negara itu, WNI di Mesir ada yang juga menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) baik sektor domestik maupun menjadi tenaga terampil.
Baca Juga: Pembukaan Silaknas ICMI, Prof Arif Satria: Kita Berfokus pada Ketahanan Pangan
Selain itu, sekitar 2.600 diantaranya adalah mahasiswa Indonesia yang belajar di Mesir, utamanya di Universitas Al-Azhar, Kairo.
Sejauh ini, belum ada informasi mengenai keterlibatan WNI dalam gejolak politik di Mesir, baik yang mendukung pemerintahan militer maupun yang berada di belakang pendukung Presiden Mesir terguling Muhammad Mursi.
Sementara konflik antara pendukung pemerintahan militer dan pendukung Mursi belum ada tanda-tanda kondusif, meski sudah ribuan warga sipil menjadi korban.
KBRI Kairo juga terus menyiagakan petugas piket di Kantor Pusat Garden City dan Kantor Konsuler Nasr City dengan membuka saluran hotline pelayanan perlindungan WNI selama 24 jam serta menyiagakan kendaraan yang siap dimobilisasi setiap saat.
Baca Juga: Menteri Yusril Sebut ada Tiga Negara Minta Transfer Napi
Untuk bahan pangan, Kadin Kairo menyebutkan bahwa meskipun terjadi peningkatan aktivitas belanja kebutuhan pangan pokok oleh masyarakat terkait adanya pemberlakuan jam malam, namun ditegaskan tidak ada kekurangan komoditas di Kairo.
Namun, dalam mengantisipasi perkembangan kondisi perekonomian Mesir, KBRI Cairo sejak Senin, 19 Agustus 2013 lalu telah proaktif memberikan bantuan sembako kepada para WNI baik di Kairo maupun di kota-kota lainnya.
KBRI Kairo menegaskan bahwa hal ini murni sebagai wujud tanggung jawab dalam upaya melindungi WNI dan sama sekali tidak mengandung unsur pencitraan sebagaimana yang diisukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
KBRI Kairo menghimbau agar WNI di Mesir tidak melanggar ketentuan jam malam dan menjauhi pusat-pusat unjuk rasa, serta tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri Mesir demi keselamatan WNI. (L/B01/P02/R2)
Baca Juga: ICMI Punya Ruang Bentuk Kader-kader Indonesia Emas 2045
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Antisipasi Kerawanan Pangan, Wamendes PDT Wacanakan Satu Provinsi Satu Desa ICMI