Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pakar IPB Bicara Peluang dan Tantangan Perjanjian Perdagangan Internasional

Septia Eka Putri - Kamis, 7 April 2016 - 06:16 WIB

Kamis, 7 April 2016 - 06:16 WIB

351 Views ㅤ

Direktur Trade Analysis and Policy Studies yang juga Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof.Dr. Rina Octaviani

Jakarta, 27 Jumadil Akhir 1437/ 6 April 2016 (MINA) – Direktur Trade Analysis and Policy Studies yang juga Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Rina Octaviani berbicara tentang peluang dan tantangan perdagangan internasional dan perjanjian perdagangan Indonesia beberpa hari yang lalu.

Ia menyampaikan hal itu dalam  forum diskusi yang bertajuk “Peluang dan Tantangan Indonesia dalam Integrasi Ekonomi”,  di FEM Kampus IPB Darmaga Bogor.

Seperti yang di terima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Prof. Rina mengatakan, saat ini Indonesia berada di percaturan ekonomi dunia. Di ASEAN sendiri Indonesia telah menyepakati adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Dalam perdagangan dunia, terangnya, Amerika Serikat dan Cina merupakan pemain besar dalam permintaan barang dunia. Saat ini Cina mulai turun pertumbuhan ekonominya, sementara kebijakan ekonomi Amerika Serikat mulai menggeliat.

Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi 

Dalam kesepakatan kerjasama perdagangan, Prof. Rina menambahkan masih terjadinya perebutan pengaruh masing-masing negara besar. Dalam kerjasama perdagangan negara-negara Asia Timur pun ingin mengalihkan kekuasaan dari Amerika ke Asia Timur karena melihat Jepang dan Cina memiliki pengaruh besar.

“Lihat bagaimana perlambatan permintaan, lihat juga bagaimana turun harga-harga di pasar internasional, food dan primary product turun. Artinya peluang ini bisa mendongkrak kesejahteraan masyarakat. Negara berkembang seperti Indonesia pangsa pasar akan makanan sangat besar,” ujarnya.

Menurut  Prof.Rina, Indonesia seharusnya bisa melihat grafik impor negara-negara di dunia. Selain itu, Indonesia dinilainya kurang memanfaatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara lain.

Apabila Indonesia bergabung dengan Trade Pasific Partnership (TPP), tambahnya, perlu antisipasi.

Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah

“Indonesia harus siap dalam perbaikan daya saing ekonomi nasional atau internasional, daya saing industri, logistik, kualitas infrastruktur eksport dan konektivitas. Indonesia juga diprediksi akan inflasi jika bergabung dengan TPP karena tidak mampu bersaing,” pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB Dr. Tanti Novianti menyampaikan terkait dampak perjanjian kerjasama perdagangan FTA ASEAN-India dan ASEAN Australia dan Selandia Baru terhadap ekonomi Indonesia.

Simulasi mengaju pada perjanjian FTA ASEAN India dan ASEAN ANZ dampak kesejahteraan naik dari sisi konsumen.

“Bandingkan ternyata ASEAN India lebih besar, sementara ASEAN Australia dan New Zealand negatif,” ujarnya. (T/P007/P001)

Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
MINA Preneur