Sanaa, MINA – Komite Palang Merah Internasional (ICRC) melaporkan wabah baru demam berdarah di Yaman yang dilanda perang pada Senin (25/11) malam, dengan ribuan kasus dilaporkan dan beberapa lusin korban meninggal.
Robert Mardini, pengamat ICRC PBB, mengatakan kepada para wartawan, meskipun telah terjadi penurunan pertempuran di Yaman yang merupakan berita positif, negara termiskin di dunia Arab menghadapi situasi kemanusiaan yang sangat mengerikan.
Yaman tidak hanya menghadapi peningkatan dalam kasus demam berdarah tetapi juga harus terus menangani puluhan ribu kasus kolera serta malaria, katanya. Demikian Daily Sabah melaporkan.
Lebih dari 3.500 kasus demam berdarah telah dilaporkan di Taiz, kata Mardini, sementara di Hodeida, tempat pelabuhan utama negara itu berada, ICRC mendengar 50 orang meninggal pada akhir Oktober dan awal November akibat demam berdarah dan malaria. Kantor pusat setempat melaporkan jumlah orang yang terinfeksi demam berdarah adalah 2.000 jiwa dan hampir 3.000 menderita malaria.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
“Jadi bisa dibayangkan, dengan kekerasan dan pertempuran, itu adalah tantangan besar untuk mengendalikan epidemi ini,” kata Mardini.
Selain itu, katanya, kenaikan kolera spektakuler tahun lalu di Yaman belum berakhir, menunjukkan lebih dari 56.000 kasus dilaporkan antara Januari hingga September.
Operasi bantuan kemanusiaan Komisi Eropa yang dikenal sebagai ECHO melaporkan hari Senin 10 orang dalam sepekan terakhir telah meninggal karena demam berdarah di Taiz, otoritas kesehatan setempat memperkirakan jumlah korban jiwa akan meningkat.
Sampai Kamis, kata ECHO, 7.970 kasus demam berdarah telah dilaporkan di gubernur itu. Dikatakan 3.215 dikonfirmasi dan 103 pasien sedang diamati di rumah sakit pemerintah. (T/R11/RI-1)
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
Mi’raj News Agency (MINA)