Palestina Tolak Tawaran Trump Memberi Ganti Yerusalem

Ramallah, MINA – Pemimpin Palestina menolak tawaran Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Rabu (22/8), yang mengatakan, Palestina akan mendapatkan sesuatu yang “sangat baik” sebagai ganti negaranya mengakui sebagai ibu kota Israel.

Pejabat senior Palestina Ahmad Al-Tamimi menyebut pernyatan Trump yang menghapus Yerusalem dari perundingan masa depan adalah “kelanjutan dari poltik AS yang mendukung Israel.”

Berbicara kepada kantor berita resmi WAFA, dia menambahkan bahwa dorongan Trump untuk kesepakatan perdamaian Israel-Palestina tidak mungkin tanpa mengakui Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara Palestina.

‘Bagi kami, bagian timur kota Yerusalem yang sekarang disengketakan adalah ibu kota negara masa depan kami,” katanya menegaskan.

Pembukaan kedutaan AS pada tanggal 14 Mei di Palestina, protes massa dan bentrokan di perbatasan Gaza yang membuat setidaknya 63 tewas oleh tembakan tentara Israel.

Berbicara kepada pendukungnya, Selasa (21/8), Trump kembali membela langkahnya, mengatakan dia akan mengusahakan negosiasi di masa depan.

“Sekarang (Yerusalem) tidak lagi ada di atas meja perundingan, tidak ada yang dinegosiasikan. Tapi mereka (Palestina) akan mendapatkan sesuatu yang sangat baik karena giliran mereka berikutnya,” kata Trump.

Sementara itu berbicara di Yerusalem pada Rabu (22/8) pagi, penasihat keamanan nasional Trump, John Bolton, mengatakan dia berharap Palestina bisa move on dari isu pemindahan kedutaan AS ke Yerusalem.

Saeb Erekat, sekretaris jenderal Organisasi Pembebasan Palestina, mengecam komentar Bolton dan mengatakan Yerusalem Timur harus menjadi ibu kota negara Palestina.

“Kata-kata Bolton itu omong kosong dan tidak sesuai dengan kenyataan,” kata Erekat dalam sebuah pernyataan. Anda tidak bisa berbicara tentang perdamaian tanpa Yerusalem sebagai ibu kota negara Palestina yang merdeka atas dasar perbatasan tahun 1967,” katanya  (T/R11/RS2-P1)

Mi’raj News Agency (MINA).