Pasca Upaya Kudeta, Keanggotaan Turki di Uni Eropa Tertunda

London, 13 Syawwal 1437/18 Juli 2016 (MINA) – Pengajuan keanggotaan untuk menjadi bagian dari sementara tertunda pasca percobaan kudeta di negara itu.

Seperti disebutkan Express media berbasis di London, jalan negara itu menuju suksesi di Uni Eropa bahkan bisa mencapai jalan buntu menyusul penangkapan massal dan rencana untuk mengajukan hukuman mati bagi para tersangka kudeta.

Komisioner senior Uni Eropa menyatakan pada Senin (17/7/2016) bahwa unsur-unsur dari kekacauan berdarah yang membuat Erdogan dengan cepat menangkap 8.000 hakim, tentara dan polisi segera setelah kekerasan.

Bahkan Belgia, salah satu sekutu terbesar Ankara di Brussels, menyatakan bahwa peristiwa baru-baru ini di Turki akan menimbulkan masalah serius bagi hubungan negara itu dengan Uni Eropa.

Erdogan dinilai telah mendesak warga untuk turun ke jalan menentang aksi kudeta militer.

Presiden Parlemen Eropa Martin Schulz mengatakan, “Seorang pria dengan aturan dan keputusan yang sewenang-wenang tidak dapat diterima di negara yang tidak hanya sekutu strategis tetapi juga calon keanggotaan ke Uni Eropa.”

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Marc Ayrault mengatakan ada “kecurigaan” tentang apakah Turki masih sekutu yang layak untuk Eni Eropa, dan mengatakan kepada para pemimpin Uni Eropa, “Mari kita jujur tentang hal ini.”

Dia juga berjanji untuk mengangkat masalah ini dan apakah Turki masih mitra serius dalam memerangi ISIS, dalam pertemuan pemimpin negara eropa dengan pimpinan AS di Washington pekan depan.

Dia menambahkan, “Kami harus berhati-hati bahwa pemerintah Turki menempatkan sistem politik yang ternyata jauh dari demokrasi. Aturan hukum harus menang. Kita perlu otoritas tetapi kita juga perlu demokrasi.”

Pernyataan lainnya, Menteri Luar Negeri Belgia Didier Reynders, yang menyuarakan keprihatinan atas penangkapan hampir 3.000 hakim dan jaksa begitu cepat setelah aksi kudeta. Ini terlihat sebagai upaya Erdogan untuk memperkuat basis kekuasaannya.

Dia menyatakan kecewa pada tindakan seperti memperkenalkan kembali hukuman mati, dan itu “akan menimbulkan masalah hubungan Turki dengan Uni Eropa.”

Dia mengecam, “Kita tidak bisa membayangkan dari negara yang berusaha untuk bergabung dengan Uni Eropa. Kita harus sangat tegas dalam hal ini. Kita memang mengutuk kudeta, tapi respon harus tetap menghormati aturan hukum.” (T/P4/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.