Al-Quds, 17 Safar 1438/ 17 November 2016 (MINA) – Ketua Uskup Sabsathiyah Ortodoks Roma, Pastur Athallah Hanna mengecam keputusan Pemerintah Israel yang melarang azan di kota Al-Quds (Yerusalem Timur).
“Tindakan Israel ini rasisme berbahaya dan tidak bisa diterima. Hari ini, zionis membidik masjid-masjid dengan azannya, besok lonteng-lonteng di gereja yang akan dibidik. Sebab pada dasarnya, ketegaran kami dan keberadaan kami di Al-Quds menagganggu warga Israel,” katanya dalam keterangan persnya, demikian Palestinian Information Center (PIC) yang dikutip MINA.
Ia menegaskan sikapnya untuk tetap bertahan di Al-Quds dan tidak akan melepaskan afiliasinya terhadap kota yang juga dianggap suci oleh penganut Kristen.
“Gereja-gereja kami dan masjid-masjid kami akan tetap menjadi pemanggil spirit yang menyerukan nilai-nilai perdamaian, kecintaan, dan persaudaraan antar manusia,” katanya. “Kami menolak rasisme dengan segala bentuknya. Kami menilai pelarangan azan di tanah suci Palestina adalah indikator berbahaya yang menunjukkan politik rasis Israel untuk meminggirkan dan membidik rakyat Palestina itu sendiri.”
Baca Juga: Paraguay Resmi Kembalikan Kedutaannya di Tel Aviv ke Yerusalem
Menurut Athallah, tindakan kebijakan Israel melarang azan harus dilawan dengan persatuan nasional dan mematangkan budaya persaudaraan antaragama di seluruh lapisan dan kelompok rakyat Palestina. (T/M013/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Abu Ubaidah Serukan Perlawanan Lebih Intensif di Tepi Barat