Gaza, MINA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengingatkan pada hari Ahad (14/10) mengenai memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza utara.
PBB menyebut, lebih dari 400.000 orang menghadapi tekanan yang meningkat untuk pindah ke selatan karena terganggunya pasokan kebutuhan dasar.
“Tekanan pada lebih dari 400.000 orang yang tersisa di Gaza utara untuk pergi ke selatan meningkat,” kata Muhammad Hadi, Koordinator Kemanusiaan untuk Wilayah Palestina yang Diduduki, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Ahad (14/10), melansir Palinfo.
Sejak 1 Oktober 2024, penjajah Israel semakin memutus pasokan penting ke Gaza utara. Perlintasan Erez dan Erez Barat ditutup, dan tidak ada pasokan penting yang diizinkan masuk dari selatan.
Baca Juga: Al-Qassam Sita Tiga Drone Israel
“Tiga perintah baru telah dikeluarkan pada 7, 9, dan 12 Oktober yang memerintahkan warga untuk mengungsi. Secara paralel, permusuhan terus meningkat, yang mengakibatkan lebih banyak penderitaan dan korban sipil,” demikian bunyi pernyataan tersebut.
Hadi menunjukkan bahwa selama dua pekan terakhir, lebih dari 50.000 orang telah mengungsi dari wilayah Jabalya, yang terputus, sementara yang lainnya tetap terdampar di rumah mereka di tengah meningkatnya pemboman dan pertempuran.
“Pengepungan militer yang menghilangkan sarana penting bagi warga sipil untuk bertahan hidup tidak dapat diterima,” kata dia.
Hadi mengungkapkan, serangan Israel terbaru di Gaza utara telah memaksa penutupan sumur air, toko roti, tempat medis, dan tempat penampungan, serta penangguhan layanan perlindungan, perawatan kekurangan gizi, dan ruang belajar sementara. Pada saat yang sama, rumah sakit telah melihat masuknya korban luka trauma.
Baca Juga: Parlemen Inggris Desak Pemerintah Segera Beri Visa Medis untuk Anak-Anak Gaza
“Warga sipil harus dilindungi, dan kebutuhan dasar mereka harus dipenuhi. Beberapa jalur masuk harus dibuka untuk pasokan penting dan respons kemanusiaan yang aman perlu diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan di mana pun mereka berada,” tegas Hadi.
“Warga sipil tidak boleh dipaksa untuk memilih antara pengungsian dan kelaparan. Mereka harus memiliki tempat yang aman untuk dituju, dengan tempat berteduh, makanan, obat-obatan, dan air. Di Gaza, tidak ada lagi pasokan yang tersedia untuk membantu orang-orang yang baru mengungsi,” pungkasnya.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Paus Fransiskus Terima Kunjungan Presiden Palestina di Vatikan